Membangun Budaya Riset dan Kolaborasi Akademik

4 hours ago 2

Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Pada Selasa, 21 Oktober 2025, sepuluh pimpinan dan tiga dosen dari Universitas Amikom Yogyakarta menghadiri undangan Yudisium Program Studi Doktor Ilmu Komputer, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. Kehadiran ini merupakan bentuk dukungan terhadap Barka Satya, salah satu dosen Amikom yang tengah menyelesaikan studi Doktoralnya. Saya sendiri turut hadir dalam kapasitas sebagai Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Amikom. Dalam forum tersebut, disampaikan pemaparan terbuka hasil penelitian Disertasi sebagai bagian dari tahapan akhir studi, setelah sebelumnya peserta menjalani ujian tertutup. Selain dosen dari Amikom, dua kandidat Doktor lainnya juga mempresentasikan hasil penelitian Disertasi mereka di hadapan para undangan.

Sebagai seseorang yang pernah menjabat sebagai Ketua Program Studi S3 Informatika di Universitas Amikom Yogyakarta pada periode 2023–2025, saya melihat bahwa mekanisme kelulusan program Doktor bisa berbeda-beda di setiap perguruan tinggi. Universitas Amikom Yogyakarta, yang sejak 2023 telah membuka program Doktor Informatika dan kini terakreditasi “Baik Sekali”, menetapkan beberapa persyaratan akademik yang harus dipenuhi oleh mahasiswa sebelum dinyatakan lulus. Di antaranya adalah satu publikasi di seminar internasional bereputasi, dua publikasi di jurnal nasional terakreditasi Sinta 1 atau Sinta 2, serta satu publikasi di jurnal internasional bereputasi dengan indeks SJR di atas 0,2. Tidak dapat dimungkiri bahwa penyelesaian studi S3 memang mensyaratkan standar akademik yang berbeda antar institusi, dengan tingkat kesulitan yang juga bervariasi.

Adanya berbagai persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai kelulusan program Doktor mengingatkan kita bahwa standar dan target serupa juga berlaku dalam ranah lain, seperti dalam upaya memperoleh hibah penelitian atau pengabdian kepada masyarakat. Menariknya, pada hari yang sama, Selasa, 21 Oktober 2025, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) meluncurkan dua program utama, yaitu Program Riset Prioritas dan Program Riset Strategis Tahun Anggaran 2026. Program ini menjadi momentum penting bagi para peneliti di seluruh Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitas riset mereka. Di Universitas Amikom Yogyakarta, LPPM secara konsisten mendorong para dosen agar terus mengembangkan kompetensi dan portofolio akademik mereka, sehingga mampu memenuhi berbagai kriteria seleksi dalam pendanaan hibah kompetitif tersebut.

Salah satu pesan kunci dalam peluncuran Program Riset Prioritas dan Program Riset Strategis Tahun Anggaran 2026 tersebut adalah pentingnya kolaborasi riset untuk menghasilkan temuan yang berdampak nyata. Selain itu, ditekankan pula bahwa penelitian seharusnya berangkat dari identifikasi permasalahan di lapangan, agar hasilnya benar-benar relevan dan bermanfaat bagi masyarakat. Prinsip ini sejalan dengan apa yang selalu saya tekankan dalam setiap proses pembelajaran di jenjang S1, S2, maupun S3 bahwa riset yang baik harus dimulai dari pertanyaan atau permasalahan yang jelas. Oleh karena itu, kegiatan inventarisasi atau pemetaan masalah menjadi langkah awal yang sangat krusial dalam menghasilkan riset yang berdampak.

Tidak dapat dimungkiri bahwa riset di perguruan tinggi masih belum menjadi budaya yang kuat di banyak institusi. Dalam peluncuran Program Riset Prioritas dan Program Riset Strategis Tahun Anggaran 2026, Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Brian, turut menyoroti fenomena ini. Ia menyampaikan bahwa publikasi ilmiah oleh dosen masih kerap dimaknai semata-mata sebagai syarat administratif untuk kenaikan jenjang kepangkatan, bukan sebagai bagian dari rutinitas akademik yang seharusnya melekat pada profesi dosen itu sendiri. Padahal idealnya penelitian dan publikasi ilmiah merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi dan dilakukan secara berkesinambungan sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah nyata di masyarakat. Oleh karena itu, membangun budaya riset yang kuat di kalangan dosen merupakan sebuah keharusan strategis bagi kemajuan institusi dan bangsa.

Peluncuran Program Riset Prioritas Tahun Anggaran 2026 di pengujung tahun 2025 ini tentu perlu segera direspons secara sigap oleh perguruan tinggi. Perubahan jadwal penerimaan proposal yang dimajukan hingga akhir tahun ini menjadi tantangan tersendiri bagi para dosen, yang dituntut untuk lebih terampil dalam mengelola waktu, gagasan, dan strategi riset. Oleh karena itu, manajemen dan pengelolaan riset menjadi aspek krusial yang harus diperhatikan, baik oleh individu dosen maupun oleh institusi secara keseluruhan. Perjalanan akademik, mulai dari penyelesaian studi Doktoral hingga keaktifan dalam hibah penelitian merupakan bagian dari upaya kolektif dalam membangun budaya riset yang kuat di lingkungan kampus. Tentu bukan sekadar proses administratif, tetapi langkah nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kontribusi terhadap kemajuan bangsa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Al-Mujadilah ayat 11: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Wallāhu a‘lam.

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research