CPIN dan JPFA Cetak Laba Besar, Saham-nya Siap Ngegas?

1 week ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua emiten unggas (poultry), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) kompak mencetak pertumbuhan laba ciamik pada 2024.

Pada tahun ini, dua emiten itu juga potensial mendapat berkah Ramadhan dan program pemerintah, makan bergizi gratis (MBG).

Update Kinerja CPIN

Menilik kinerja CPIN terlebih dahulu, berdasarkan data laporan keuangan sampai akhri tahun lalu, perusahaan ini mencatat laba senilai Rp3,71 triliun, melonjak 60,14% secara tahunan (yoy).

Capaian tersebut diperoleh dari pendapatan yang tumbuh 9,51% yoy menjadi Rp67,47 triliun.

Secara rinci, pendapatan ditopang oleh segmen ayam pedaging sebanyak Rp35,31 triliun, diikuti segmen pakan sebesar Rp16,44 triliun, ayam olahan Rp11,94 triliun, anak ayam usia sehari Rp2,50 triliun, dan segmen lain-lain sebanyak Rp1,26 triliun.

Sementara itu, dari sisi beban pokok penjualan tumbuh lebih rendah dibandingkan pendapatan, yakni sebesar 6,97% yoy, dari Rp53,31 triliun menjadi Rp57,05 triliun.

Berkat itu, CPIN masih mencetak laba bruto naik jadi Rp10,42 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp8,27 triliun.

Lebih lanjut, CPIN juga mendapat tambahan pendapatan dari laba atas perubahan nilai wajar aset biologis senilai Rp294,31 miliar, nilai ini turnaround dari rugi yang terjadi tahun sebelumnya sebesar Rp65,09 miliar. Ditambah juga, penghasilan operasional lain sebesar Rp295,66 miliar.

Update Kinerja JPFA

Berikutnya, JPFA mencatat laba Rp3,01 triliun, meroket 224,71% yoy. Kinerja ciamik ini didapatkan dari penjualan yang naik 9,03% yoy menjadi Rp55,80 triliun.

Menilik dari segmen pendapatannya, peternakan komersial masih menjadi kontributor utama, berikut rinciannya dari tiap segmen bisnis JPFA :

  • Peternakan komersial: Rp23,03 triliun (8,13% YoY)
  • Pakan ternak: Rp14,67 triliun (6,20% YoY)
  • Pengolahan hasil peternakan: Rp8,89 triliun (11,82% YoY)
  • Budidaya perairan: Rp4,77 triliun (4,25% YoY)
  • Pembibitan unggas: Rp3,27 triliun (35,84% YoY)
  • Perdagangan dan lain-lain: Rp2,09 triliun (4,90% YoY)

Adapun dari sisi beban pokok penjualan hanya naik tipis 2,10% yoy menjadi Rp44,58 triliun pada 2024.

Kombinasi dari pertumbuhan penjualan dan pengendalian beban pokok ini menghasilkan kenaikan laba usaha JPFA bisa tumbuh 129,41% yoy, menjadi Rp5,06 triliun pada 2024.

Pilih Mana JPFA atau CPIN?

Menilai dari dua emiten unggas itu, dari segi valuasi CPIN terpantau masih murah, sementara JPFA sudah overvalue.

  • CPIN : PBV Current 2,43 kali Vs Avg 5Y 3,63 kali
  • JPFA : PBV Current 1,5 kali Vs Avg 5Y 1,48 kali.

Namun, JPFA masih dalam tren harga saham yang naik. Pergerakan ini malah kontras dengan saham CPIN yang bergerak dalam tren turun.

Menilai dari pergerakan harga per 21 Maret 2025, JPFA saat ini ada potensi menguji support terdekat di level 1865. Jika ada pantulan menarik dicermati sebagai buy area trading jangka pendek, dengan target resistance di 2170.

Sementara itu untuk CPIN, saat ini terpantau masih menguji resistance trendline. Jika harga tidak mampu menguat lebih dari level 4500, saham CPIN masih potensi meneruskan tren turun.

Namun, support terdekat di 4190 bisa dicermati sebagai batasan tren turun, jika harga mementul dari area ini ada potensi pergerakan bisa beralih sideways dulu.

Teknikal CPIN dan JPFAFoto: Tradingview
Teknikal CPIN dan JPFA

Kesimpulannya, menurut kami saham JPFA menarik untuk trading buy follow the trend yang masih naik. Sementara untuk CPIN masih menarik untuk akumulasi, tetapi harus memiliki toleransi waktu hold yang lebih panjang lantaran tren besar masih turun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research