Bukan Harvard, Ini Kampus dengan Mahasiswa Asing Terbanyak di AS

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Universitas Harvard yang merupakan salah satu kampus terbaik di dunia ternyata bukan menjadi universitas dengan mahasiswa asing terbanyak di Amerika Serikat (AS).

Sebagai informasi, Presiden AS, Donald Trump melarang universitas di AS menerima mahasiswa atau mahasiswi asing, bahkan sampai pada level program beasiswa.

Trump juga memaksa pelajar asing yang sedang berkuliah di Harvard untuk segera pindah kampus atau terancam deportasi.

Reuters mencatat ada 6.800 mahasiswa asing yang berkuliah di Harvard pada 2025-2026 alias 27 persen dari total keseluruhan pelajar. Sekitar 1.300 mahasiswa berasal dari China.

Warga asal China juga pernah menjadi mahasiswa terbanyak yang masuk Harvard pada 2022 lalu, yakni 1.016 orang.

Harvard menanggapi dengan menggugat pemerintah federal, mengklaim bahwa tindakan tersebut merupakan pembalasan yang melanggar Konstitusi. Seorang hakim federal kemudian mengeluarkan perintah penahanan sementara, memungkinkan Harvard untuk terus menerima mahasiswa internasional sementara waktu.

Konflik ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas antara kebijakan imigrasi pemerintahan Trump dan peran universitas dalam menarik bakat global. Para kritikus memperingatkan bahwa tindakan semacam itu dapat merusak posisi Amerika Serikat sebagai pemimpin dalam pendidikan tinggi dan inovasi ilmiah.

Kampus dengan Siswa Internasional Terbanyak

Berdasarkan data dari National Center for Education Statistics, untuk undergraduate dan graduate (students in fall 2023), Illinois Tech menjadi kampus dengan jumlah mahasiswa asing terbanyak di AS yakni sebesar 51% atau sekitar 6.571 orang.

Sementara di posisi kedua dan ketiga yakni Carnegie Mellon dan Stevens Tech yang masing-masing memiliki porsi mahasiswa asing sebesar 44% dan 42%.

Para pejabat universitas menyatakan kekhawatiran bahwa ketidakpastian kebijakan visa, pembatasan perjalanan, serta sentimen politik yang tidak ramah terhadap warga asing, telah membuat AS kurang menarik bagi calon mahasiswa internasional. Mahasiswa dari negara seperti China dan India, dua kelompok terbesar pelajar asing di AS menunjukkan penurunan signifikan dalam pendaftaran.

Tren ini dapat berdampak pada keuangan universitas (karena mahasiswa internasional membayar biaya lebih tinggi), keragaman kampus, dan posisi AS sebagai tujuan utama pendidikan global. Jika tren ini berlanjut, AS berisiko kehilangan talenta global ke negara-negara pesaing seperti Kanada, Inggris, dan Australia.

Larangan Bagi Mahasiswa Asing, Termasuk Indonesia

Dengan adanya larangan ini, maka berpotensi membuat mahasiswa Indonesia yang tengah mengenyam pendidikan di universitas elite tersebut 'terusir', di mana ada 87 mahasiswa Indonesia yang aktif berkuliah di universitas bergengsi tersebut.

Wakil Menteri (Wamen) Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Stella Christie mengimbau mahasiswa Indonesia pemegang visa F, M, dan J yang saat ini berada di AS untuk tidak bepergian ke luar wilayah AS hingga ada kepastian kebijakan lebih lanjut dari otoritas imigrasi setempat.

"Bagi adik-adik dan rekan-rekan yang saat ini sudah berada di Amerika Serikat dengan visa F, M, atau J, kami merekomendasikan untuk tidak bepergian ke luar AS hingga ada kejelasan," ujar Stella dalam pernyataan resmi di Instagram resmi Kemendik Saintek, dikutip Jumat (30/5/2025).

Stella juga menegaskan, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk memastikan kelanjutan studi para penerima beasiswa Kemendikti-Saintek.

Beberapa upaya yang sedang ditempuh, antara lain menjajaki peluang studi di perguruan tinggi unggulan negara lain hingga membuka opsi studi di kampus-kampus terbaik dalam negeri.

"Kami bergerak cepat untuk mengutamakan kelanjutan studi kalian," ujar Prof. Stella, menegaskan komitmen kementeriannya di bawah kepemimpinan Menteri Brian Yuliarto.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research