Awas! Krisis Dunia "Dimulai" Saat Rusia-China Timbun Ratusan Ton Emas

6 days ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - Emas menjadi buruan saat krisis ekonomi dan politik menghantui dunia. Emas dianggap sebagai aset yang relatif aman selama masa ketidakpastian ekonomi atau krisis. Selama krisis finansial, nilai mata uang atau aset lainnya dapat tergerus, sementara emas cenderung mempertahankan nilainya.

Perang, ketegangan politik, atau sanksi ekonomi dapat membuat investor beralih ke emas karena nilainya tidak bergantung pada keputusan suatu pemerintah atau kebijakan moneter tertentu.

Berdasarkan data dari World Gold Council (WGC), pembelian emas terjadi cukup besar ketika momen krisis di 2005, 2008, 2009, dan 2020.

Sebagai catatan, dunia dilanda gejolak sebagai dampak dari lonjakan harga minyak global, pada 2008/2009 terdapat Krisis Keuangan Global, sementara pada 2020 terdapat pandemi Covid-19.  

Pada 2005, negara dengan pembelian emas terbesar dibandingkan dengan 2004 yakni Ukraina sebesar 8,09 ton, kemudian Belarusia sebesar 6,22 ton, dan Kazakhstan sebesar 2,69 ton.

Keputusan Ukraina untuk membeli emas kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi dan geopolitik, meskipun tahun tersebut tidak secara luas dianggap sebagai tahun krisis bagi Ukraina. Namun, negara ini menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan transisi politik setelah Revolusi Oranye (2004-2005).

Pembelian emas oleh Ukraina pada 2005 kemungkinan merupakan langkah strategis untuk menstabilkan perekonomian, melindungi nilai aset dari inflasi, dan mendiversifikasi cadangan devisa di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi. Tren serupa juga sering terjadi di negara berkembang yang menghadapi ketidakstabilan geopolitik atau ekonomi.

Selanjutnya pada 2008 dan 2009, Arab Saudi dan China menjadi negara dengan penambahan emas terbesar. Arab Saudi menambahkan emas sejumlah 179,95 ton pada 2008, sedangkan China mengoleksi emas sebesar 454,11 ton pada 2009.

Hal menarik tercermin dari negara Rusia yang pada 2008, 2009, dan 2020 secara konsisten terus mengoleksi emas dan berada di posisi ketiga terbesar di dunia secara jumlah penambahannya.

Pada 2008 dan 2009, banyak negara yang mengoleksi emas secara besar-besaran dalam merespon terhadap krisis keuangan global yang dipicu oleh runtuhnya Lehman Brothers dan gejolak di sektor perbankan.

Negara-negara berkembang, terutama China, Rusia, dan India, meningkatkan pembelian emas untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan memperkuat stabilitas ekonomi mereka.

Negara-negara membeli emas sebagai aset yang tidak bergantung pada sistem keuangan tradisional dan tetap memiliki nilai intrinsik.

Lebih lanjut pada 2020, India, UAE, Rusia, Jordan, dan Turki menjadi lima negara dengan peningkatan penambahan emas terbesar di dunia.

Dengan besar dan konsistennya penambahan emas oleh Rusia tahun demi tahun, hal ini membuat Rusia menjadi negara dengan gold reserves terbesar kelima di dunia yakni sejumlah 2.298,53 ton.

Selanjutnya pada 2022 juga terpantau terjadi penambahan yang masif pada negara Turki yakni sebesar 147,57 ton emas, diikuti dengan China sejumlah 62,21 ton, hingga Mesir sebanyak 44,72 ton.

Sebagai catatan, pada 2022, Turki mengalami krisis ekonomi yang parah akibat inflasi tinggi, depresiasi mata uang, dan kebijakan moneter yang tidak konvensional. Sebagai respons, Turki secara signifikan meningkatkan cadangan emasnya, menjadikannya salah satu pembeli emas terbesar di dunia pada tahun tersebut

Turki ingin mengurangi ketergantungannya pada dolar AS dan sistem keuangan Barat di tengah ketidakstabilan ekonomi. Peningkatan cadangan emas menjadi strategi untuk mendiversifikasi cadangan devisa dan memperkuat ketahanan finansial.

Bank Sentral Uzbekistan menjadi bank sentral dengan penambahan emas terbanyak sebesar 8,1 ton. Di posisi kedua di isi oleh bank sentral China dengan pembelian emas sebanyak 5 ton. Dan urutan ketiga besar lainnya di isi oleh bank sentral Kazakhstan sebanyak 3,8 ton.

China Kembali Boron Emas
China kembali memborong emas pada November dan Desember 2024 serta Januari 2025.

Bagi China, ini adalah pembelian mereka ketiga bulan beruntun. Dalam tiga bulan, bank sentral China atau PBoC memborong emas sebanyak 20,3 ton. China sempat berhenti memborong emas selama enam bulan yakni Mei-Oktober 2024.

China kembali memborong emas di tengah pelemahan ekonomi serta ketegangan hubungan dagang dengan Amerika Serikat. Ketegangan ini diperkirakan bisa memperburuk ekonomi China karena turunnya permintaan ekspor.

China memborong emas pada November 2024 (5 ton) dan Desember 2024 (10,3 triliun) dan Januari 2025 ( 5 ton). Sebagai catatan, Donald Trump kembali terpilih sebagai presiden Amerika Serikat (AS) pada 5 November 2024.
Sejak awal terpilih, dia langsung membunyikan genderang perang dagang dengan China.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research