XL Bakal 'Nanggung' Beban Rugi Bengkak Smartfren, Cek Analisisnya

2 months ago 36

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada kabar terbaru dari kinerja keuangan dua emiten telekomunikasi RI yang akan segera melebur jadi satu, yakni PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).

Sepanjang tahun lalu, EXCL mencatatkan pendapatan sebesar Rp34,39 triliun, meningkat 6,4% secara tahunan (yoy).

Pendapatan tersebut sebagian besar didapatkan dari data dan layanan digital sebesar Rp31,57 triliun, percakapan dan SMS sebesar Rp898,6 miliar, serta jasa interkoneksi dan jasa telekomunikasi lainnya sebesar Rp1,13 triliun.

Sejalan dengan pendapatan yang meningkat, beban EXCL juga naik 3,74% yoy menjadi Rp28,6 triliun. Meski begitu, emiten telekomunikasi ini masih berhasil meraup laba sebanyak Rp1,84 triliun, melonjak 45,45% yoy.

Dari sisi operasional, EXCL berhasil mencatat peningkatan Average Revenue per User (ARPU) menjadi Rp41.000 naik dari Rp40.000 pada akhir 2023 lalu, serta diikuti pertumbuhan jumlah pelanggan menjadi 58,8 juta pada 2024, naik 2% dibandingkan 57,5 juga pelanggan pada akhir 2023.

Beda Nasib, FREN Masih Rugi

Berbeda nasib dengan EXCL, untuk FREN pada sepanjang 2024 lalu malah mencatat kerugian.

Tak tanggung-tanggung, rugi yang dialami FREN ini melambung sampai 11 kali lipat dari Rp108,93 miliar pada 2023 menjadi Rp1,29 miliar.

Kerugian ini terjadi karena pendapatan usaha turun 2,06% menjadi Rp11,41 triliun, dengan pendapatan dari segmen jasa telekomunikasi susut ke Rp9,9 triliun dari sebelumnya Rp10,18 triliun dan endapatan interkoneksi juga ambles menjadi Rp259,8 miliar, sementara pendapatan lain-lain tercatat Rp852,35 miliar.

Selain itu, beban usaha juga membengkak menjadi Rp11,73 triliun, melambung dari sebelumnya Rp11,11 triliun.

Di tengah proses merger antara FREN dan EXCL ini, kami melihat kerugian yang dialami FREN menjadi salah satu kekurangan karena bisa menjadi penekan kinerja EXCL pasca konsolidasi.

Meskipun, di satu sisi merger bisa menjadi solusi jitu bagi FREN untuk menyelamatkan operasional dan memperbaiki bisnisnya lebih efisien.

Prospek Merger EXCL dan FREN

Seperti diberitakan sebelumnya pada 11 Desember 2024 lalu, EXCL dan FREN sudah sepakat merger. FREN bakal melebur ke dalam EXCL sebagai surviving entity dan akan diberi nama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (XLSmart).

Merger diperkirakan bisa rampung pada paruh pertama tahun ini setelah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

Foto Kolase XL Axiata dan Smartfren. (Dok. XL Axiata dan Smartfren)Foto: Foto Kolase XL Axiata dan Smartfren. (Dok. XL Axiata dan Smartfren)
Foto Kolase XL Axiata dan Smartfren. (Dok. XL Axiata dan Smartfren)

Paling dekat, pembahasan soal merger ini akan dinantikan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) EXCL dan FREN yang dijadwalkan pada 21 Maret 2025 mendatang.

Adapun, nilai dari aksi korporasi itu diperkirakan mencapai US$ 6,5 miliar atau setara Rp104 triliun.

Setelah merger, rencananya EXCL menyediakan dana kurang lebih Rp3,09 triliun untuk buyback saham di Rp2.350 per lembar untuk saham EXCL, sementara untuk saham FREN di Rp25 per lembar.

Sinarmas akan membeli kurang lebih 2,4 miliar saham EXCL dari Axiata senilai total maksimum Rp7,5 triliun untuk menyetarakan porsi kepemilikan. Jika dana buyback nanti melebihi alokasi, Sinarmas bersama Axiata akan menjadi standby buyer.

Dari situ menarik dicermati, EXCL yang akan melakukan mandatory tender offer (MTO). Jika tingkat free float EXCL susut setelah MTO karena saham publik yang diserap lebih sedikit, maka ini menjadi peluang untuk harga saham naik lagi karena faktor supply yang terbatas.

Setelah merger, yang menarik dari EXCL adalah potensi membagikan dividen Rp85/saham. Ini bakal menjadi nilai dividen paling tinggi sejak 2013 silam.

Namun, setelah 2026 ada potensi penurunan tingkat dividen karena ada penyesuaikan kinerja laba pasca-merger, terutama karena FREN masih merugi.

Meski begitu, merger ini pada akhirnya akan memperkecil selisih atau gap bisnis di industri dan menjadikan perseroan sebagai pemain telekomunikasi terbesar ketiga setelah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT).

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 

(tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research