Jakarta, CNBC Indonesia - Sisa tiga hari perdagangan pekan terakhir Maret 2025, perbankan Himbara justru kompak menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) sepanjang pekan ini. Banjir kabar perubahan struktur komisaris dan direktur hingga informasi besaran dividen yang akan dibagikan dapat menjadi kabar baik bagi saham perbankan Himbara.
Secara performa kinerja keuangan, saham perbankan Himbara masih mencatatkan kenaikan kinerja yang cukup ciamik. Sehingga dua katalis dari kinerja keuangan hingga dividen menjadi booster bagi saham perbankan Himbara, mengingat harga sahamnya kini semakin murah akibat terusnya terjadi penurunan ditengah performa kinerja keuangannya yang masih tumbuh baik.
Bank BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil mencatatkan kenaikan kinerja keuangan dengan membukukan laba bersih Rp4,6 triliun, melesat 129% secara kuartalan dan naik 42% secara tahunan.
Bank BRI mencatatkan laba bersih Rp6,61 triliun pada Januari-Februari 2025 setelah pada Januari 2025, Bank BRI hanya meraih laba bersih Rp2 triliun. Sementara itu, pendapatan bunga BRI menyentuh Rp26,2 triliun untuk periode Januari-Februari 2025, tumbuh 4,2% dari periode yang sama 2024.
Per Februari 2025, Net Interest Margin (NIM) Bank BRI berada di level 6,38%, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 6,15%. NIM tersebut juga lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun lalu sebesar 6,17%.
Peningkatan NIM BRI tersebut didorong oleh beban bunga yang turun cukup signifikan ke level Rp3,9 triliun. Hal ini seiring turunnya deposito sebesar 9,8% secara tahunan. Perbaikan tersebut seiring beban provisi yang mulai normal ke level Rp3,3 triliun. Angka itu turun 49% secara tahunan dan 41% secara bulanan.
Dari sisi dividen, Bank BRI sepakat membagikan 85% dari laba bersih tahun buku 2024 atau Rp 51,74 triliun sebagai dividen. Nilai tersebut setara dengan Rp 345 per lembar saham.
Adapun pada tahun lalu BRI telah membagikan dividen interim sebesar Rp 20,46 triliun atau setara dengan Rp 135 per lembar saham. Dengan demikian sisa dividen final yang akan dibagikan BRI sebesar Rp 208,40.
Untuk sisa dividen final tersebut, jika dibagi dengan harga saham BBRI di Rp3.610 per lembar, maka yield yang didapatkan setara 5,76%.
Sementara jika ditotal seluruhnya Rp354 per lembar, yield mencapai 9,56%.
Yield dividen BRI ini terbilang cukup jumbo, berada di atas rata-rata lima tahun sebanyak 5,10% dan lebih tinggi dari rata-rata investasi deposito atau pasar uang.
Dari sisi valuasi, saham BBRI masih sangat murah, dimana harga wajarnya Rp5.167 per lembar saham sementara harga saham hingga Selasa (25/3/2025) di perdagangan intraday masih berada di Rp3.610 per lembar saham.
Sementara posisi support berada di level Rp3.360 per lembar saham, sehingga dari level support menuju harga wajarnya, saham BBRI memiliki upside 53,78%.
Bank Mandiri
Bank plat merah lainnya yang akan menggelar RUPST hari ini Selasa (25/3/2025) yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Salah satu agenda yang akan dilakukan adalah persetujuan penggunaan laba bersih termasuk di dalamnya pembagian dividen Bank Mandiri.
Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan bahwa dividend payout ratio atau rasio dividen dalam 5 tahun terakhir dijaga pada level 60%. "Ini sesuai arahan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham utama," katanya.
Sehingga jika dihitung dengan payout ratio tersebut, estimasi dividen Bank Mandiri berkisar Rp358,60 per lembar saham dari EPS annualised 598.
Bank Mandiri hari ini juga akan mengumumkan kinerja keuangan periode Februari 2025. Pada periode sebelumnya, Bank Mandiri berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 4,5% (yoy) pada Januari 2025 mencapai Rp 4 triliun.
Faktor utama pendorong kinerja ini adalah terkendalinya credit cost serta perbaikan likuiditas. Di sisi lain, tekanan pada net interest margin (NIM) serta meningkatnya beban operasional menjadi tantangan tersendiri bagi bank.
Credit cost bank only BMRI masih berada di level yang relatif rendah pada Januari 2025, yakni sebesar 0,52%. Angka tersebut turun dibandingkan Januari 2024 yang mencapai 0,65% dan Desember 2024 yang sempat mengalami pembalikan sebesar -0,03%.
Tren penurunan ini tercermin dari beban provisi yang turun menjadi Rp568 miliar, lebih rendah dibandingkan Januari 2024 sebesar Rp594 miliar dan Desember 2024 sebesar Rp32 miliar setelah pembalikan provisi.
Dari sisi likuiditas, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan pemulihan signifikan dengan kenaikan sebesar 15,1% (yoy) pada Januari 2025.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Januari 2024 yang hanya 1,5% dan Desember 2024 sebesar 6,8%. Peningkatan ini membantu menurunkan loan-to-deposit ratio (LDR) ke level 93,7%, mendekati target manajemen di kisaran 90-95% sepanjang tahun 2025.
Dari sisi valuasi, Bank Mandiri juga masih murah alias undervalued dengan harga kewajaran di Rp6.095 per lembar saham.
Sementara itu, posisi support saham BMRI berada di level Rp4.250 per lembar saham, sehingga upside saham BMRI dari level support ke harga wajarnya mencapai 43,41%.
Bank BNI
Pada esok harinya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) akan menggelar RUPST pada Rabu (26/3/2025). Dalam RUPST besok diperkirakan Bank BNI akan memberikan nama calon kuat direksi, dividen hingga rencana buyback saham. Selain itu salah satu agenda utama dalam rapat tersebut adalah meminta persetujuan terkait penggunaan laba bersih tahun buku 2024.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, dikabarkan akan digantikan setelah menyelesaikan satu periode masa jabatannya. Royke sebelumnya ditunjuk sebagai Dirut BNI dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 2 September 2020. Meski sempat beredar kabar bahwa masa jabatannya akan diperpanjang, belakangan nama Putrama Wahju Setywan mencuat sebagai kandidat kuat untuk posisi tertinggi di BNI.
Dari sisi dividen, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar memperkirakan rasio pembagian dividen dari laba tahun buku 2024 akan berada pada rentang 55% hingga 60%.
Persentase itu lebih tinggi jika dibandingkan realisasi rasio dividen tahun 2023 sebesar 50% dari total laba bersih atau senilai Rp10,45 triliun. Namun, Royke juga menegaskan bahwa keputusan akhir terkait besaran dividen berada di meja RUPS.
Sehingga dapat diperhitungkan estimasi dividen Bank BNI dari payout ratio 60% adalah sebesar Rp345,28 per lembar saham dari EPS annualised 575.
Dari sisi kinerja keuangan pada periode terbaru, Bank BNI berhasil mencetak laba bersih (bank only) senilai Rp 3,29 triliun atau naik 8,31% (yoy) hingga Februari 2025.
Kenaikan laba bersih didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) dari BBNI masih tumbuh sebesar 1,75% (yoy) menjadi Rp 6,09 triliun hingga Februari 2025. Kinerja NII pun tumbuh lebih tinggi dari bulan sebelumnya +1,71% (yoy).
Dari sisi kredit, pertumbuhan kredit BNI melesat 10,17% (yoy) pada Februari 2025, meski sebenarnya relatif melambat dibandingkan 10,28% pada Januari. Outstanding kredit BNI mencapai Rp 741,99 triliun.
Di sisi lain, dari kinerja pendapatan komisi/fee BNI pada Februari 2025 dengan perolehan Rp 1,57 triliun yang tercatat -6,41% yoy dari Januari -7,14% (yoy). Sedangkan pos kerugian penurunan nilai aset -19,70% (yoy) dari Januari -20,68% (yoy) menjadi Rp 969,19 miliar.
Dari sisi kinerja keuangan terbaru, Bank BTN membukukan penurunan laba bersih per Januari 2025 sebesar 63,10% menjadi Rp101,66 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp275,52 miliar.
Penurunan laba bersih disebabkan oleh pos pendapatan bunga yang tertekan dan beban kerugian penurunan nilai aset (impairment) atau provisi yang membengkak. Per Januari 2025, pos pendapatan bunga BTN turun sebesar 10,12% (yoy) menjadi Rp2,36 triliun, dibanding tahun lalu yang sebesar Rp2,62 triliun.
Di sisi lain, beban bunga naik 0,28% menjadi Rp1,50 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih BTN turun 24,04% menjadi Rp853,79 miliar.
Selain itu, terdapat kerugian penurunan aset keuangan (impairment) atau provisi. Per Januari 2025, pos tersebut melembung 37,08% dari Rp60,20 miliar di 2024 menjadi Rp325,54 miliar pada 2025.
Namun, Dana pihak ketiga (DPK) BTN tumbuh sebesar 8,77% menjadi Rp374,46 triliun. Pertumbuhan DPK tersebut ditopang instrumen giro dan tabungan yang masing-masing naik 12,61% dan 0,73%. Kemudian, instrumen deposito juga tumbuh 7,66% menjadi Rp179,78%.
Adapun dana murah (CASA) yang terdiri dari giro dan tabungan mengalami kenaikan sebesar 9,82% pada Januari 2025. Rasio dana murah terhadap total DPK pun naik menjadi 52% per Januari 2025, dari 51,59% di Januari 2024.
Total aset Bank BTN pun tercatat sebesar Rp454,02 triliun, naik 4,72% dibanding tahun 2024 lalu yang sebesar Rp433,52 triliun.
Dari sisi valuasi, saham BBNI memiliki harga wajar yang murah di Rp4.922 per lembar saham. Sementara posisi support saham BBNI berada di level Rp3.360 per lembar saham. Sehingga saham BBNI masih memiliki upside sebesar 46,48%.
Bank BTN
Selain Bank BNI, pada hari Rabu (26/3/2025) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) juga akan menggelar RUPST. Terpantau sembilan agenda yang akan dibahas dalam RUPST BTN.
Pertama, RUPST akan meminta persetujuan laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan bank tahun buku 2024. Kedua, pertemuan itu juga akan menentukan penetapan penggunaan laba bersih BTN tahun buku 2024.
Ketiga, penetapan gaji/honorarium beserta fasilitas dan tunjangan tahun buku 2025, serta tantiem atas kinerja tahun buku 2024 bagi direksi dan dewan komisaris BTN juga akan ditetapkan dalam RUPST. Keempat, persetujuan penunjukkan akuntan publik dan/atau kantor akuntan publik. Kelima, RUPST BTN akan meminta persetujuan usulan jumlah plafon hapus tagih piutang macet terkait program perekonomian pemerintah.
Selanjutnya, agenda keenam, RUPST BTN akan membahas persetujuan rancangan restrukturisasi terkait pemekaran usaha bisnis syariah. Aset Unit Usaha Syariah (UUS) BTN telah mencapai Rp60,56 triliun, sehingga perseroan wajib melakukan penyapihan alias spin-off.
Ketujuh, persetujuan pengambilalihan PT Bank Victoria Syariah, agenda ini menjadi bagian dari spin-off UUS berdasarkan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kedelapan, perubahan anggaran dasar perseroan. Dan terakhir, akan membahas perubahan susunan pengurus BTN yang terdiri dari dewan komisaris dan direksi.
Dari sisi bocoran dividen, Bank BTN berniat menaikkan rasio dividen menjadi 20% hingga 25% untuk laba tahun buku 2024 pada RUPS besok. Jika EPS annualised Bank BTN sebesar 214, maka dengan payout ratio 25%, estimasi dividen Bank BTN akan berada di kisaran Rp53,57 per lembar saham.
Dari sisi valuasi, saham BBTN memiliki valuasi yang sangat murah dengan harga kewajaran di Rp1.322 per lembar saham. Sementara dari sisi support saham BBTN berada di level Rp755 per lembar saham. Sehingga upside saham BBTN mencapai 75,01%.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)