Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali jatuh gara-gara saham emiten konglomerat Prajogo Pangestu masih rontok imbas dari gagalnya masuk jadi konstituen indeks MSCI. Lantas gimana nasibnya ke depan?
IHSG pada perdagangan Senin hari ini (10/2/2025) per pukul 11.15 WIB sudah susut 1,56% ke posisi 6.637,50. Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang ambruk menjadi pemberat indeks hari ini.
Saham BREN jadi penyeret paling berat indeks mencapai 37,58 poin. Hal ini seiring dengan harga sahamnya yang anjlok nyaris 14% ke posisi Rp16.050 per lembar.
Saham CUAN juga anjlok lebih dalam sampai Auto Reject Bawah (ARB) atau 20% ke posisi Rp9.075 per lembar. Hal ini menekan indeks sampai 9,41 poin.
Ambruknya saham BREN dan CUAN ini terjadi adanya kabar bahwa Morgan Stanley Capital International tidak akan emiten konglomerasi Prajogo Pangestu ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025.
Hal ini karena setelah analisis dan masukan, ditemukan kendala investibility dari saham tersebut. MSCI akan meninjau kembali kelayakan saham-saham tersebut sebagai bagian dari tinjauan indeks di masa mendatang dan akan memberikan komunikasi lebih lanjut sesuai kebutuhan.
Pupus Harapan Masuk Indeks Global
Saham Prajogo Pangestu ini sebenarnya sudah booming dalam dua tahun terakhir. Sebut saja, BREN yang dari IPO di harga Rp780 per lembar hanya dalam waktu sekitar tiga bulan kapitalitasi pasarnya menyalip PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan menjadi saham paling ber-value di bursa.
Sementara itu ddengan CUAN yang dari IPO di harga Rp220 per lembar berhasil melejit ke atas Rp15.000-an per lembar.
Dalam sepak terjangnya, saham-saham ini sempat beberapa kali mau masuk ke indeks global, seperti MSCI dan FTSE.
Misalnya, BREN yang pertama kali diumumkan akan masuk FTSE pada Juni 2024. Sayangnya, waktu itu saham BREN kena suspensi BEI dan masuk pemantauan khusus, sehingga diperdagangkan dalam metode FCA.
FTSE akhirnya mendepak saham BREN dan menilai kalau sahamnya hanya dikuasai beberapa pihak tertentu dan tidak memenuhi ketentuan free float, meskipun hal itu akhirnya ditepis oleh manajemen. Dan yang paling baru, BREN kembali gagak masuk MSCI.
Setiap Masa Ada Sahamnya, Setiap Saham Ada Masanya!
Berbicara soal saham, kita harus memahami bahwa pergerakan harga selalu ada siklusnya. Saham yang naik tidak akan terus, jadi akan ada masa-nya turun juga.
Lantas apakah jadi akhir bagi tren saham Prajogo Pangestu? Jawabannya, kita tidak tahu, tapi setidaknya kita bisa mulai berpikir rasional dengan kenaikan saham yang terlampau cepat membuat valuasi makin anomali.
BREN saat ini dihargai dengan price to earning (PER) lebih dari 400 kali, sementara price to book value (PBV) lebih dari 100 kali. Begitu juga dengan CUAN dengan PER di 194 kali, sedangkan PBV di 45,11 kali.
Melihat valuasi yang terlampaui mahal ini, tentu secara fundamental untuk beli saham ini sudah tidak terlalu menarik. Kecuali, untuk trading buy jangka pendek yang hanya melihat momentum harga.
Perlu dipahami juga, BREN saat ini memang menarik sebagai pemain paling besar di Indonesia untuk bisnis energi terbarukan, tetapi dalam operasional bisnis-nya, mereka membutuhkan modal besar dan waktu yang lama untuk ekspansi.
Artinya, kita harus sabar untuk potensi pertumbuhan kinerja keuangannya yang cenderung akan lebih lambat dibandingkan penjualan barat dan komoditas.
Sementara itu untuk CUAN yang memiliki bisnis batu bara metalurgi dan ada rencana masuk ke tambang emas di Sumbawa memang punya potensi cuan lebih cepat. Namun, kondisi sektor batu bara sedang tertekan, harga komoditas saja sudah terjun lebih dari 40% dalam dua tahun terakhir ini.
Jadi, perusahaan harus lebih banyak mengeluarkan cost untuk produksi karena untuk menutup target penjualan mereka harus lebih banyak produksi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)