PM Israel Benjamin Netanyahu dan Menkeu Bezalel Smotrich (kanan).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, kembali memantik kontroversi internasional. Kali ini, politisi yang dikenal dengan pandangan ultranasionalisnya, menghina Raja Salman dan seluruh rakyat Arab Saudi dengan pernyataan yang dianggap rasis dan arogan.
Smotrich menyatakan bahwa bangsa Arab Saudi harus "berterima kasih" kepada Israel karena, menurut klaimnya yang tak berdasar, permintaan Saudi agar Israel mengakui negara Palestina tidaklah mungkin. "Biarlah Saudi menunggangi onta sementara kita terus maju membangun Israel, permintaan mereka tidak dapat diterima," kata Smotrich, sebagaimana diberitakan The Times of Israel.
Dia mengatakan, Israel-lah yang menjadikan gurun di Timur Tengah "makmur" dan "hijau", sebuah narasi yang secara terang-terangan mengabaikan sejarah, budaya, serta pembangunan modern yang digerakkan oleh bangsa Arab Saudi sendiri.
Akibat pernyataannya itu, Smotrich tidak hanya dinilai telah merusak upaya diplomatik yang sedang dijajaki antara Israel dan Arab Saudi, tetapi juga memperlihatkan watak asli dari sebagian politik sayap kanan Israel.
Insiden ini memicu kecaman luas dan mempermalukan pemerintah Israel di panggung dunia, menunjukkan bagaimana ucapan provokatif seorang menteri dapat menggagalkan peluang perdamaian strategis yang didambakan banyak pihak. Banyak pengamat yang menyimpulkan bahwa sikap seperti inilah yang menjadi penghalang nyata bagi normalisasi hubungan dan stabilitas di kawasan.
Apa Plus dan Minus Israel Berhubungan dengan Arab Saudi?
Jika Arab Saudi tidak bergabung dalam Perjanjian Abraham, Israel akan menghadapi kerugian signifikan dalam beberapa aspek, terutama di bidang geopolitik, keamanan, dan legitimasi internasional.
Normalisasi hubungan dengan Riyadh dianggap sebagai pencapaian diplomatik puncak yang akan mengubah peta politik Timur Tengah secara fundamental. Kegagalan normalisasi ini akan menyulitkan Israel untuk mengkonsolidasikan posisinya di kawasan, terutama pasca-perang di Gaza.
Salah satu kerugian terbesar bagi Israel adalah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan legitimasi yang lebih luas di dunia Arab dan Muslim. Status Arab Saudi sebagai pemimpin dunia Arab dan penjaga dua tempat suci Islam akan memberikan bobot diplomatik yang luar biasa.

5 hours ago
1












































