Mari Merapat! Ini Bocoran Kapan Borong Saham Mandiri, BCA dan BRI

3 months ago 37

Jakarta, CNBC Indonesia - Lagi-lagi pasar saham tanah air mendung seperti cuaca Jakarta pagi hari ini. Saham perbankan pun menjadi salah satu penyebab amblesnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan hari ini.

Terpantau hingga pukul 11.41 WIB Kamis (6/2/2025), IHSG terperosok 1,85% di level 6.893,93. Penurunan ini dapat memperpanjang pelemahan pada perdagangan sebelumnya.

Jatuhnya IHSG pada perdagangan awal hari ini didorong oleh amblesnya saham-saham perbankan big caps. Meskipun tiga dari empat saham perbankan big caps telah merilis kinerja keuangannya dan tumbuh positif, namun sayangnya investor asing masih belum kembali ke saham-saham perbankan big caps.

Justru dengan penurunan harga saham di tengah tumbuhnya kinerja keuangan, hal ini bisa menjadi kesempatan emas untuk membeli saham-saham perbankan di harga murah.

Lalu kira-kira di harga berapa yang tepat dan layak untuk kembali mengoleksi saham-saham perbankan?

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

Bank plat merah andalan investor dan UMKM ini masih menjadi favorite para investor maupun trader. Hingga har ini PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) belum mengumumkan kinerja keuangannya di sepanjang 2024.

Akan tetapi, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Sunarso, membocorkan kisi-kisi kinerja laba sepanjang tahun 2024. Seperti diketahui, BRI beserta perusahaan-perusahaan terbuka lainnya tengah mempersiapkan laporan kinerja penuh tahun lalu.

Sunarso memastikan bahwa bank pelat merah itu tetap berusaha mempertahankan kinerja yang baik, di tengah situasi ekonomi yang tidak mudah sepanjang tahun lalu.

"Pokoknya kita berusaha meskipun situasinya terus terang ini tidak mudah," ujarnya selepas acara BRI Microfinance Outlook 2025 di International Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kamis (30/1/2025).

Orang nomor satu di BRI itu kemudian menyinggung adanya sentimen penjualan masif saham BBRI belakangan ini.

Sementara itu, berdasarkan konsensus Refinitiv per Januari 2025, laba emiten PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) diperkirakan akan meraup laba yang diatribusikan kepada pemilik induk Rp61,15 triliun pada periode tahun penuh 2024. Perolehan tersebut bertumbuh 1,74% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Dari sisi charting, posisi beli aman saham BBRI berada di area lubang di Rp3.820 per lembar saham. Area tersebut merupakan level support yang cukup tajam dan kuat yang pernah disentuh pada 14 Januari 2025 lalu.

Sehingga bagi para investor maupun trader, range harga tersebut dapat menjadi acuan level support terkuat saham BBRI.

Sementara itu target resistance saham BBRI terdekat berada di area Rp4.350 per lembar saham dan strong bullish di Rp5.525 per lembar saham.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

Saham bank plat merah lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) telah ambles selama lima hari beruntun hingga perdagangan pagi hari ini Kamis (6/2/2025). Akan tetapi justru hal ini menjadi kesempatan baik untuk mengoleksi saham BMRI ditengah kinerja yang mentereng.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih periode berjalan secara konsolidasi yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp55,78 triliun sepanjang tahun 2024. Perolehan tersebut tumbuh 1,31% secara tahunan (yoy) dari perolehan tahun 2023 sebesar Rp55,06 triliun.

Mengutip laporan keuangan Bank Mandiri, pencapaian tersebut tidak terlepas dari pendapatan bunga dan syariah bersih sebesar Rp101,75 triliun, naik 6,12% yoy pada tahun 2024.

Pada fungsi intermediasi, penyaluran kredit Bank Mandiri tercatat melesat 19,36% yoy menjadi sebesar Rp1.623,21 triliun, pada periode yang berakhir Desember 2024.

Kualitas kredit pun terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 0,97% dan NPL net sebesar 0,33% per Desember 2024.

Pada penghimpunan dana, Bank Mandiri berhasil mencatatkan total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.698,89 triliun, tumbuh 7,74% yoy dari setahun sebelumnya Rp 1.576,94 triliun.

Dengan begitu, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to depostit ratio (LDR) Bank Mandiri sebesar 98,04% per akhir tahun 2024, melambung dari setahun sebelumnya 86,75%.

Aset Bank Mandiri pun tercatat meningkat 11,63% yoy menjadi Rp2.427,22 triliun pada akhir tahun 2024.

Dari sisi kinerja keuangan BMRI masih tumbuh positif, sehingga turunnya harga saham BMRI bisa menjadi peluang meraup cuan lebih besar. Jika melihat secara charting, posisi akumulasi saham BMRI yang cukup aman berada di area saat ini Rp5.000 hingga Rp5.200 per lembar saham.

Melihat secara track record, jika saham BMRI telah turun selama lima hari beruntun, maka tak lama akan terjadi pullback dan menuju bullish secara secondary trend maupun major trend.

Sehingga saham BMRI berpeluang naik di ruang GAP pada level Rp5.675 hingga GAP Rp6.025 per lembar saham. Sementara untuk long bullish, resistance saham BMRI berada di area Rp7.400 per lembar saham.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

Saham bank plat merah satu ini juga tak luput dari incaran para investor maupun trader. Lantaran harga sahamnya turun ditengah peningkatan kinerja keuangan.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencetak laba sebesar Rp21,46 triliun sepanjang 2024. Perolehan laba itu naik 2,64% secara tahunan (yoy) dari setahun sebelumnya sebesar Rp20,90 triliun pada dari tahun 2023.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba BNI tertekan oleh beban bunga yang melonjak sebesar 29,24% secara tahunan (yoy) menjadi Rp26,1 triliun. Pada periode yang sama pendapatan bunga naik 8,32% yoy menjadi Rp66,58 triliun.

Alhasil pendapatan bunga bersih perusahaan turun 1,92% yoy menjadi Rp40,48 triliun.

Pada fungsi intermediasi, BNI tercatat telah menyalurkan kredit sebesar Rp 775,87 triliun, meningkat 11,62% yoy sepanjang tahun lalu. Seiring dengan peningkatan tersebut, kualitas kredit semakin membaik dengan nonperforming loan (NPL) net menjadi sebesar 0,74% dan NPL gross turun sebesar 1,97%.

Total aset BNI pun per Desember 2024 naik 3,95% yoy menjadi Rp1.124,80 triliun.

Mengutip laporan keuangan BNI, pendapatan komisi/provisi/fee dan administrasi bank naik 1,27% yoy menjadi Rp10,25 triliun. Lalu pendapatan lainnya tumbuh 20,86% yoy menjadi Rp7,36 triliun.

Sementara itu komponen tabungan di dana pihak ketiga (DPK) bank tumbuh 11,02% yoy menjadi Rp257,54 triliun. Angka pertumbuhan tabungan jauh lebih tinggi dibandingikan dengan deposito yang hanya naik 3,85% yoy menjadi Rp242,23 triliun.

Harga saham BBNI telah turun selama tiga hari beruntun hingga perdagangan berjalan hari ini Kamis (6/2/2025). Level support kuat untuk melakukan aksi akumulasi saham BBNI berada di level Rp4.110 per lembar saham.

Sementara itu, untuk posisi penguatan berada di area GAP terdekat Rp4.700 per lembar saham. Dan tren penguatan secondary trend berada di GAP Rp5.050 per lembar saham. Dan untuk strong bullish secara major trend berada di level Rp5.800-Rp6.075 per lembar saham.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Bank swasta andalan investor maupun trader ini juga tak luput dari pantauan para pelaku pasar. Pergerakan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga senasib dengan tiga saham big bank lainnya. Meskipun kinerja mentereng tetapi harga sahamnya masih tetap anjlok.

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) membukukan laba bersih sebesar Rp54,8 triliun, tumbuh 12,7% secara tahunan (yoy) pada tahun 2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp36,4 triliun.

Dalam public expose secara virtual, diumumkan pendapatan bunga bersih sebesar Rp82,3 triliun, naik 9,5% yoy dari setahun sebelumnya Rp55,8 triliun. Pendapatan selain bunga naik 10,2% yoy jadi Rp25,20 triliun.

Kemudian, penyaluran kredit BCA yang tercatat sebesar Rp922 triliun, tumbuh 13,8% yoy pada periode Desember 2024. Dari jumlah tersebut, kredit korporasi tumbuh 15,7% tercatat sebesar Rp426,8 triliun.

Kualitas kredit pun terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sebesar 1,8% per Desember 2024. Kredit dalam risiko atau loan at risk (LAR) mencapai 5,3% per Desember 2024, membaik dari setahun sebelumnya 6,9%.

Pada penghimpunan dana, BCA berhasil mencatatkan total dana pihak ketiga sebesar Rp1.134 triliun, tumbuh mini 2,9% yoy. Dengan jumlah dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sebesar Rp924 triliun atau tumbuh 4,4%.

Di tengah peningkatan kinerja keuangan, saham BBCA masih dalam tren penurunan, akan tetapi di harga berapakah saham BBCA layak kembali di akumulasi?

Jika melihat dari level support terkuat saham BBCA berada di range Rp9.000-Rp8.775 per lembar saham. Akan tetapi dari charting saham BBCA, memiliki GAP di level Rp8.700, sehingga hal ini bisa menjadi peluang untuk mendapatkan harga lebih murah lagi.

Sementara itu, untuk posisi resistance saham BBCA secara secondary trend berada di level Rp9.750 per lembar saham dan strong bullish untuk major trend berada di level Rp10.900 per lembar saham.


sanggahan: Artikel rekomendasi saham hari ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research