Kisah Miliarder Korea Utara Pamer Kemewahan di Depan Rakyat Miskin

1 day ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Utara (Korut) dikenal sebagai negara dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi. Sejak merdeka, mayoritas warga Korea Utara terjerat kemiskinan. Mereka sulit memenuhi kebutuhan hidup dasar, seperti makanan hingga air bersih. 

Ini bisa terjadi karena buruknya tata kelola pemerintah, sanksi ekonomi, hingga sentralisasi ekonomi. Meski begitu, ternyata ada orang kaya atau miliarder di Korea Utara, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Yakni, sekitar 1% populasi atau 1-2 juta penduduk.

Menurut Anna Fifield dalam autobiografi Kim Jong Un berjudul The Great Successor (2019), para miliarder ini muncul imbas kebangkitan ekonomi Korea Utara. Pada tahun 2000-an, Korea Utara mulai mengubah sistem ekonomi. Negara tersebut lebih terbuka bagi negara asing. Para penduduknya pun mulai diperbolehkan membuka usaha sendiri jika punya modal.

Dari sini, muncul kelompok donju atau penguasa uang. Kelompok ini berisikan para pemilik modal yang berhasil mendirikan bisnis sendiri. Tentu saja, mereka adalah orang-orang dekat dengan rezim pemerintah berkuasa, seperti pegawai BUMN atau PNS. 

Dalam laporan Japan Times, pendirian bisnis oleh perseorangan harus berdasarkan sistem bagi hasil. Setidaknya 70% masuk ke kas negara. Sisanya, masuk ke pemilik perusahaan. Atas dasar ini, banyak orang ingin menjadi kelompok donju. Caranya dengan menjilat pemerintah, tetapi tetap saja langkahnya tak mudah. 

Sadar ada kemunculan kelas baru dalam dinamika sosial masyarakat, pemerintah Korea Utara berupaya memanjakan mereka. Tujuannya agar mereka tak bisa kabur dan hidup enak di Korea Utara.

Tentu, jika tetap tinggal di sana, maka pemerintah juga mendapat keuntungan dari perputaran uang. Lebih jauh, kelompok ini juga bertujuan agar citra modern berhasil memoles Pyongyang. 

Mereka kemudian dikelompokkan dalam suatu wilayah di Pyongyang, yakni Pyonghattan. Pyonghattan merupakan singkatan dari Pyongyang sebagai ibu kota Korea Utara dan Manhattan sebagai sentra bisnis dan tempat tinggal orang kaya di Amerika Serikat.

Setelah itu, mereka diberi berbagai fasilitas mewah. Pemerintah, misalnya, mendirikan pusat perbelanjaan yang berisikan toko-toko ternama, seperti H&M dan Gucci. 

Berdasarkan kesaksian pembelot kepada BBC International, pemerintah juga menyediakan berbagai hiburan lain yang tak bisa diakses oleh mayoritas warga miskin Korea Utara. Sebut saja, seperti televisi jaringan siaran luar negeri, fasilitas olahraga, tempat wisata, sampai bioskop.

Tak hanya itu, pemerintah juga menyediakan berbagai restoran-restoran mahal yang menyajikan berbagai menu dari berbagai wilayah dunia, khususnya dari Barat, seperti steak dan sushi. 

"Mereka (para miliarder) bisa makan malam di restoran atau mengunjungi beberapa tempat. Saya pikir ada kesenjangan yang sangat besar," kata pembelot bernama Jayden tersebut. 

Demikianlah ironi yang terjadi di Korea Utara. Selama ini orang mengira negara pimpinan Kim Jong Un tersebut seluruhnya miskin. Faktanya, ada orang kaya atau para miliarder. Hanya saja, jumlahnya sekitar 1% dan membuat kesenjangan sosial semakin besar. 

Pada sisi lain, ada suatu kelompok yang hidup mewah dengan beragam fasilitas dari pemerintah. Namun, pada sisi lain, ada 99% populasi yang mengakses kebutuhan hidup dasar saja tak bisa. 


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research