Putri Konglomerat RI Ngaku Ditelantarkan Keluarga, Hidup Bersama Hewan

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak ada seorang pun yang bisa memilih terlahir dari keluarga seperti apa. Jika bisa, tentu banyak orang ingin lahir dari keluarga kaya raya agar hidup lebih mudah.

Namun, putri dari orang terkaya Indonesia masa kolonial, yakni Oei Hui Lan justru menunjukkan hal sebaliknya. Dia menyesal terlahir dari keluarga konglomerat dan menyebut hidup kaya raya sangat tidak enak.  Sebab, dia mengaku ditelantarkan dan hidup bersama hewan peliharaan.

Oei Hui Lan merupakan putri dari pengusaha gula asal Semarang yang menguasai pasar dunia awal 1900-an, yakni Oei Tiong Ham. Dengan demikian, Hui Lan menjalani kehidupan yang sempurna.

Rumah keluarganya di Semarang berdiri di atas lahan seluas 80 hektare, lengkap dengan kolam renang, vila, kebun binatang, puluhan pelayan, dan koki pribadi. Liburan ke luar negeri? Tinggal minta ke ayah.

Namun, di balik kemewahan itu, Hui Lan justru merasa terasing. Dia tumbuh tanpa teman sebaya karena disekolahkan secara privat di rumah. Kesenjangan sosial pun membuatnya sulit menjalin pertemanan.

Hubungan dengan orang tua juga jauh. Sang ayah sibuk mengurus bisnis, sementara ibunya tenggelam dalam kehidupan sosialita. Perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan sebagai anak tak pernah didapatkan.

Akibat kesepian yang mendalam, Hui Lan hidup bersama binatang peliharaan. Dia lebih senang bermain dengan binatang peliharaan dibanding sesama manusia. Hal ini jelas dianggap aneh oleh orang tuanya.

"Padahal saya hanya merasa kesepian," ujarnya membela diri dalam autobiografi berjudul No Feast Lasts Forever (1975).

Ketika dewasa, hidup Hui Lan kian pelik. Dia menyaksikan ayahnya menikah lagi demi mendapatkan anak laki-laki, sehingga membuatnya merasa tidak diharapkan.

Dia akhirnya pindah ke London bersama ibunya dan menjalani dua pernikahan. Pertama, dengan seorang dokter dan kemudian bersama seorang diplomat China.  Pernikahan kedua sempat membawanya menjadi ibu negara Republik China pada 1926-1927, tapi lagi-lagi berakhir dengan perceraian.

Pada akhirnya, Hui Lan menjalani hidup sebatang kara-tanpa keluarga, pasangan, atau kebahagiaan. Kekayaan yang dia miliki tak mampu mengusir kesepian atau mengobati luka kehilangan orang-orang tercinta.

"Kebahagiaan hanya sesaat, dan saat satu per satu orang yang saya cintai pergi, harta saya tak mampu menghibur atau mengembalikan mereka," kenangnya.

Di masa tuanya, dia diliputi penyesalan. Hartanya yang melimpah justru mengundang petaka. Dia pernah dirampok dan dimusuhi keluarganya sendiri karena persoalan warisan.

Semua ini membuatnya berharap bisa terlahir kembali, tapi bukan sebagai orang kaya, melainkan dari keluarga biasa yang sederhana.

Sayangnya, harapan itu tak pernah terwujud. Hingga akhir hayatnya pada 1992 di New York, dalam usia 103 tahun, Oei Hui Lan tetap menyandang status sebagai orang kaya yang tak pernah benar-benar bahagia.

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.

(wur)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research