Emiten Kedai Kopi FORE Siap IPO, Begini Prospeknya!

1 week ago 16

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten kedai kopi, PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE) bersiap listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada April mendatang melalui gelaran Initial Public Offering (IPO).

Rencana IPO

Berdasarkan prospektus, FORE bakal mengeluarkan saham baru sebanyak 1,88 miliar lembar yang setara 21,08% dari modal yang ditempatkan dan disetor perseroan.

Adapun harga penawaran yang ditawarkan berkisar Rp160 sampai Rp202 per lembar. Jadi, secara total dana IPO yang bisa diraup sebanyak-banyaknya mencapai Rp379,76 miliar.

Berikut jadwal gelaran IPO FORE :

  • Masa Penawaran Awall : 19 -21 Maret 2025
  • Tanggal Efektif : 25 Maret 2025
  • Masa Penawaran Umum : 26 Maret - 9 April 2025
  • Tanggal Penjatahan : 9 April 2025
  • Tanggal Distribusi : 10 April 2025
  • Tanggal Pencatatan di BEI : 11 April 2025

Pada gelaran IPO ini, FORE menggandeng dua sekuritas sebagai penjamin emisi (underwriter) yaitu PT Mandiri Sekuritas dan PT Henan Putihrai Sekuritas.

Sepak Terjang Underwriter

Meninjau sepak terjang dari UW suatu saham IPO, ini menjadi satu hal yang wajib, karena kita bisa menilai potensi kesuksesan IPO saham-saham yang sudah dibawa dari UW tersebut secara historis.

FORE menggandeng dua UW sebagai penjamin emisi-nya. Pertama, kami melihat Mandiri Sekuritas sebagai UW memiki track record yang kurang bagus di mana rata-rata tidak pernah mengalami Auto Reject Atas (ARA) setiap hari pertama listing, sebagai berikut rincian-nya :

Kedua, FORE juga menggandeng Henan Putihrai Sekuritas (HP) sebagai UW. Menariknya disini, UW ini memiliki track record saham IPO selalu sukses, seperti CUAN, DAAZ, dan RATU yang berhasil ARA berhari-hari.

Di sini kami menilai, meskipun CC sebagai UW punya track record kruang bagus, tetapi HP bisa jadi UW yang meredam itu. Jadi, potensial ARA di hari pertama seperti-nya masih bisa terjadi untuk IPO saham FORE ini.

Penggunaan Dana IPO

Beralih ke penggunaan dana IPO, jika menggunakan harga paling atas, FORE akan meraup dana segar hingga Rp379,76 miliar.

Dari dana tersebut akan digunakan untuk beberapa hal :

1. Sekitar 76% akan digunakan oleh Perseroan untuk membuka sekitar sebanyak 140 outlet baru yang saat ini belum memperoleh izin, dengan komposisi 10% untuk outlet Flagship, 80% untuk outlet Medium dan 10% untuk outlet Satellite yang termasuk tapi tidak terbatas pada biaya renovasi, biaya pengadaan peralatan dan perlengkapan outlet di wilayah Jabodetabek serta wilayah lain di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Penggunaan dana tersebut direncanakan untuk dilakukan secara bertahap dari tahun 2025 sampai tahun 2026.

2. Sekitar 18% akan digunakan oleh Perseroan untuk melakukan setoran modal kepada PT Cipta Favorit Indonesia (CFI) dan selanjutnya akan digunakan untuk membuka sekitar sebanyak 30 outlet baru yang saat ini belum memperoleh izin, dengan komposisi 10% untuk outlet Flagship, 65% untuk outlet Medium dan 25% untuk outlet Satellite yang termasuk tapi tidak terbatas pada biaya renovasi, biaya pengadaan peralatan dan perlengkapan outlet di wilayah Jabodetabek serta wilayah lain di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Penggunaan dana tersebut direncanakan untuk dilakukan secara bertahap dari tahun 2025 sampai tahun 2027.

3. Sisanya akan digunakan oleh Perseroan sebagai modal kerja yang termasuk tapi tidak terbatas pada pembelian bahan baku seperti biji kopi, gula/sirup, susu, dan bubuk minuman serta bahan kemasan, biaya sewa untuk outlet dan biaya utilitas, seperti biaya air, listrik, telepon dan internet.

Pada intinya, penggunaan dana IPO FORE digunakan semuanya untuk ekspansi yang diantaranya untuk pembukaan outlet, modal kerja, dan belanja modal.

Sekilas Bisnis dan Prospek FORE

Berbicara soal bisnis, perusahaan ini terkenal dengan usaha kedai kopi merk "Fore". Sampai September 2024, perusahaan mengoperasikan 217 outlet.

Dalam laporan keuangan-nya, FORE mengklasifikan bisnis-nya menjadi tiga segmen yang terdiri dari :

→ Segmen minuman, meliputi Fore Signature, Fore Classic Coffec, dan menu minuman non-kopi.
→ Segmen makanan, meliputi menu roti dna kue Fore Deli, lalu
→ Segmen lain-lain, meliputi merchandise seperti botol minuman, tas, dan produk-produk kolaborasi.

Dari tiga segmen itu, menurut data prospektus sampai September 2024, segmen minuman masih menjadi kontributor utama pendapatan mencapai 90,8% setara Rp660,44 miliar. Baru diikuti segmen makanan sebanyak Rp62,45 miliar dan segmen lain-lain hanya Rp3,46 miliar.

Segmen minuman masih menjadi motor utama pendapatan FORE, dan diyakini masih akan tetap bertumbuh di masa depan.

Berdasarkan analisa yang dilakukan Redseer, sekitar 40% dari masyarakat Indonesia kategori dewasa memiliki rutinitas mengonsumsi produk kopi dengan rata-rata konsumsi sekitar 7 gelas per minggu.

Pertumbuhan pasar kopi di Indonesia mencerminkan peningkatan sebesar 1,8 kali lipat dalam kurun waktu enam tahun yang didorong oleh beberapa faktor.

Pertama, budaya konsumsi kopi di Indonesia terus berkembang seiring dengan peran kopi yang semakin mengakar dalam tradisi dan kehidupan sosial masyarakat, seperti kebiasaan minum kopi bersama.

Kedua, pertumbuhan layanan pengantaran digital melalui aplikasi pihak ketiga seperti "Gojek," "Grab," dan "ShopeeFood" telah memperluas aksesibilitas kopi, sehingga jumlah pesanan kopi meningkat, terutama di daerah perkantoran kotakota besar. Kehadiran media sosial juga memainkan peran penting dalam mempopulerkan kopi melalui penyajian visual yang menarik dan promosi dari para influencer

Selain itu, inovasi dalam produk kopi, seperti pengenalan varian rasa baru, termasuk es kopi susu lokal dengan gula aren, serta kemasan kopi siap minum, telah membuat kopi menjadi lebih menarik dan mudah diakses oleh berbagai lapisan masyarakat

Tak berhenti di situ, perusahaan memiliki ambisi untuk mengembang kan bisnis kopi yang sudah dioperasikan dan berencana diversifikasi masuk bisnis donat melalui tambahan anak usaha (CFI), lalu bisnis bakery (FBI), dan ekspansi bisnis kopi di Singapura (FCSG).

Lantas, bagaimana profitabilitasnya?

Jika melihat profitabilitas dari FORE ini sebenarnya cukup menarik lantaran memiliki pertumbuhan ciamik dari sisi pendapatan.

Sampai September 2024, FORE mencatatkan pendapatan sampai Rp727,37 miliar, melesat 135,35% secara tahunan (yoy).

Dalam basis annual, pendapatan juga naik terus sejak 2021 - 2023 dengan pertumbuhan selalu double digit.

Untuk bottom line, FORE berhasil mencatatkan laba Rp41,40 miliar, turnaround dari kerugian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp16,59 miliar

Bagaimana Kekuatan Neraca-nya?

Beralih ke pembahasan soal neraca, untuk FORE ini bisa dibilang cukup sehat. Tingkat utang terhadap ekuitas tercatat di posisi ideal yaitu 0,63 kali, dengan Debt Service Coverage Ratio di 3,36 kali dan Interest Coverage Ratio di 4,98 kali. Hal ini menunjukkan kekuatan perusahaan cukup baik dalam mengatur pembayaran utang-nya.

Namun, ada yang patut diperhatikan dari current ratio yang berada di 0,59 kali. Ini menunjukkan risiko likuiditas untuk kewajiban jangka pendek, meski begitu kami menilai ini bisa teratasi dengan gelaran IPO dalam waktu dekat ini

Kesimpulan

Kesimpulannya, menurut kami saham FORE ini cukup menarik karena punya prospek pertumbuhan ciamik dan kondisi keuangan cukup sehat.

Ditambah dengan UW dari Henan Putihrai yang punya track record mensukseskan IPO CUAN - RATU dengan ARA berhari-hari.

Perusahaan juga memiliki kebijakan dividen sebanyak 40% dari laba. Jika mengambil laba sampai 9M24, yang bisa dibagikan sebagai dividen mencapai Rp16,56 miliar.

Dari jumlah itu, jika dibagi dengan total jumlah saham beredar akan mendapat DPS sekitar Rp1,85 per lembar. Nilai itu akan mengindikasi sedikitnya 0,09% sd 0,11% keuntungan dari dividen terhadap harga penawaran IPO.

Namun ada beberapa risiko yang patut diantisipasi, pertama dari valuasi yang terlampaui mahal di mana PBV di hargai lebih dari 6 kali, sementara PE lebih dari 25 kali.

Risiko lain juga masih dihadapi FORE seperti harga komoditas kopi yang saat ini relatif mahal akan membuat beban pokok perusahaan meningkat, risiko persaingan usaha, risiko salah memiliki lokasi outlet, sampai risiko prefrensi atau selera konsumen yang mudah berubah, seperti dari segi rasa makanan/minuman dan harga jual.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research