Kemelut AS-China Bikin Batu Bara dan Minyak Hancur Lebur, Ini Buktinya

3 months ago 40

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas seperti batu bara dan minyak dunia sepanjang pekan ini mengalami penurunan yang cukup dalam. Hal ini terjadi di momen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang akhirnya dimulai.

Dilansir dari Refinitiv, sepanjang pekan ini (3-7 Februari 2025), harga batu bara secara mingguan terdepresiasi sebesar 6,54% dari US$118,5 per ton menjadi US$110,75 per ton.

Meningkatnya penggunaan EBT juga membuat harga batu bara jeblok. Dilansir dari craigdailypress.com, pejabat Colorado mengumumkan pada Senin bahwa dua hibah telah diberikan untuk mendukung komunitas di Northwest Colorado sebagai bagian dari inisiatif transisi dari batu bara di negara bagian tersebut.

Kemudian pada 5 Februari 2025, harga batu bara kembali mengalami tekanan.

Dikutip dariReuters, banyak ekonomi terbesar di Eropa utara telah meningkatkan pembangkitan listrik berbahan bakar gas secara tajam pada awal 2025, yang membantu mendorong harga gas regional ke level tertinggi sejak awal 2023.

Pembangkitan gas pada Januari di Jerman, Inggris, Belanda, dan Polandia semua melonjak lebih dari 10% dibandingkan dengan level Januari 2024, mencapai level tertinggi untuk bulan tersebut sejak setidaknya 2022, menurut data dari LSEG.

Namun, laju konsumsi gas ke depan mungkin mulai melambat karena harga gas regional kini telah melampaui harga pembangkitan berbahan bakar batu bara, yang dapat mendorong beberapa perusahaan listrik untuk mengurangi output gas dan meningkatkan pembangkitan berbahan bakar batu bara.

LSEGFoto: Gas-fired power generation (MWh)
Sumber: LSEG

Tak sampai disitu, pada 6 Februari 2025, penurunan harga batu bara tak terbendung khususnya setelah perang dagang antara AS dan China dimulai dengan saling memberikan tarif yang lebih tinggi.

Harga 'emas hitam' ini terus mengalami penurunan pasca Presiden AS Donald Trump dan pemimpin China Xi Jinping resmi memulai babak baru perang dagang dengan menerapkan serangkaian tarif balasan yang berpotensi memiliki dampak luas terhadap rivalitas ekonomi AS-China di panggung global.

Perang tarif antara AS dan China diperkirakan akan menciptakan potensi kelebihan pasokan batubara AS yang ditawarkan di Asia karena pengalihan dari China.

Dikutip dari S&P, hampir tidak ada penawaran untuk pengiriman batubara laut AS baru di China pada Rabu (5/2/2025) atau hari pertama pasar China kembali dibuka.

Tarif impor tambahan 15% yang mulai berlaku pada 10 Februari, di atas tarif 3% yang ada, akan sangat "menyakitkan".

Selain batu bara, komoditas minyak dunia tampak terus mengalami penurunan. Secara mingguan, harga minyak WTI turun 2,11% ke angka US$71/barel. Sementara harga minyak Brent melemah 2,74% ke angka US$74,66/barel.

Di awal pekan, harga minyak mentah di pasar spot menurun setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menunda tarif impor terhadap Meksiko dan Kanada. Trump setuju menunda tarif impor terhadap Meksiko dan Kanada selama satu bulan.

Penundaan tarif 25% ini disertai dengan kesepakatan antara Kanada dan Meksiko untuk meningkatkan pengamanan perbatasan guna merespons permintaan Trump dalam menekan imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba.

Anjloknya harga minyak kembali terjadi setelah dimulainya perang dagang antara AS dengan China.

"Tekanan penurunan berasal dari berita seputar tarif, dengan kekhawatiran akan potensi perang dagang yang memicu ketakutan akan melemahnya permintaan minyak," kata analis dari BMI dalam catatan hari Jumat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research