Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham defensif bisa menjadi "obat pelipur lara" saat pasar saham sedang mengalami kejatuhan. Saham defensif juga dikenal sebagai salah satu penopang portofolio ketika pasar saham mengalami kejatuhan.
Apa itu saham sektor defensif?
Saham defensif adalah saham emiten yang memiliki bisnis relatif stabil dan tetap bertahan di berbagai kondisi ekonomi, baik saat krisis atau resesi.
Emiten ini biasanya bergerak di sektor yang produknya selalu dibutuhkan, sehingga pendapatannya cenderung tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi.
Contoh sektor-sektor yang masuk ke dalam saham defensif adalah sektor kesehatan, sektor konsumsi primer, sektor utilitas, dan sektor ritel barang pokok.
Saham-saham di sektor ini pun terbukti memiliki kinerja yang stabil walaupun Indeks Harga Saham Gabungan runtuh 2% lebih pada hari ini, Kamis (6/2/2025).
Karakteristik Saham Defensif
1. Pergerakan harga stabil
Pergerakan harga saham defensif cenderung stabil, terutama saat pasar saham sedang mengalami gejolak. Hal ini menjadi alasan kenapa saham defensif menjadi "penjaga gawang" portofolio investor atau sebagai diversifikasi. Akan tetapi saat pasar menguat, pergerakan saham defensif tidak terlalu signifikan.
2. Barangnya selalu dibutuhkan pasar.
Sahan defensif biasanya adalah emiten yang sudah matang di bisnisnya atau bahkan merupakan pemimpin pasar. Hal ini yang membuat saham defensif lebih bertahan saat terjadi krisis, sebab barangnya akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat di kondisi apapun.
3. Rutin bagi dividen
Saham defensif akan membagikan dividen secara teratur dan terus menerus atau loyal. Hal ini tentunya menjadi keuntungan tersendiri bagi investor yang memiliki investasi jangka panjang. Apalagi jika dividen yang diterima diinvestasikan kembali untuk membeli saham. Potensi keuntungan yang bisa peroleh di masa depan bakal meningkat berkali-kali lipat dikarenakan efek coumpounding.
Kekurangan Saham Defensif
Meskipun saham defensif menawarkan stabilitas, ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan sebelum berinvestasi:
Potensi Pertumbuhan Terbatas
Saham defensif cenderung tidak mengalami lonjakan harga signifikan, bahkan saat ekonomi sedang tumbuh pesat. Dibandingkan saham siklikal (misalnya saham teknologi atau komoditas), saham defensif biasanya memiliki return yang lebih kecil dalam jangka panjang.
Kurang Menarik Saat Pasar Bullish
Ketika ekonomi sedang booming, investor lebih tertarik pada saham dengan potensi pertumbuhan tinggi (growth stocks), sehingga permintaan saham defensif bisa berkurang. Akibatnya, harga saham defensif bisa stagnan atau tertinggal dibanding sektor lain.
Dividen Bisa Tertekan di Beberapa Kondisi
Meski umumnya saham defensif membagikan dividen rutin, ada risiko dividen menurun jika perusahaan menghadapi tekanan biaya operasional atau kebijakan bisnis yang berubah.
Bisa Terkena Disrupsi Teknologi
Beberapa sektor defensif (seperti ritel dan telekomunikasi) bisa terdampak oleh persaingan teknologi baru.
Bukan Pelindung Sempurna dari Krisis
Walaupun lebih stabil, bukan berarti saham defensif kebal dari penurunan harga saat krisis besar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)