IHSG dan Rupiah Diramal Bakal Tambah Kuat, 2 Vitamin Ini Jadi Booster

2 months ago 38

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air memang belum mencatatkan pergerakan kinerja yang baik dalam sepekan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih membukukan penurunan dalam sepekan ini. Banyaknya sentimen negatif dari global terus mendorong buruknya kinerja IHSG. Akan tetapi, dalam sepekan ini terdapat banyak sentimen dari dalam negeri, yang diharapkan dapat menjadi booster untuk pergerakan IHSG maupun rupiah dalam sepekan esok.

Pada perdagangan Jumat (14/2/2025), IHSG berhasil ditutup happy weekend dengan menguat 0,38% di level 6.638,46. Meskipun jika menghitung pergerakan secara mingguan, IHSG masih terperosok 1,54% dalam sepekan.

Pada pekan depan banjirnya sentimen dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mendorong volatilitas pergerakan pasar keuangan Tanah Air.

Neraca Dagang Hingga Ekspor Impor RI

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2025 pada Senin (17/2/2025). Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode Januari 2025. Namun, surplus akan menyempit karena melemahnya harga komoditas.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2025 akan mencapai US$1,78 miliar.

Konsensus juga memperkirakan ekspor akan tumbuh 6,47% (year on year/yoy) dan impor melesat 9,17% (yoy).

Proyeksi surplus Januari 2025 lebih rendah dibandingkan Desember 2024 yang mencapai US$2,24miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 57 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang, menjelaskan ekspor Indonesia akan ditopang oleh meningkatnya harga kelapa sawit mentah (CPO). Namun, harga batu bara dan baja akan menekan surplus.

Dalam catatan Refinitiv, rata-rata harga CPO ada di MYR 4.297,68 per ton pada Januari 2025. Angka tersebut memang turun 10%(month to month/mtm) tetapi masih melonjak 12,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebaliknya, harga batu bara ambruk 8,7% (mtm) dan jatuh 5% (yoy) di Januari 2025 menjadi US$ 118,6 per ton.

Suku Bunga BI

Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan BI Rate pada Rabu (19/2/2025). Sebelumnya, BI Menetapkan suku bunga acuan atau BI rate pada level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung selama 14-15 Januari 2025. BI rate turun 25 bps dari periode sebelumnya.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).

Sementara itu, suku bunga Deposit Facility sebesar 5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5%.

Uang Beredar RI

Berlanjut pada Kamis (20/2/2025), Bank Indonesia (BI) juga akan merilis data uang beredar (M2) periode Januari 2025. Sebelumnya, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Desember 2024 tetap tumbuh. Posisi M2 pada Desember 2024 tercatat sebesar Rp9.210,8 triliun atau tumbuh sebesar 4,4% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 6,5% (yoy). Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 5,8% (yoy) dan uang kuasi sebesar 0,3% (yoy).

Perkembangan M2 pada Desember 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus). Penyaluran kredit[1] pada Desember 2024 tumbuh sebesar 9,1% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 10,1% (yoy). Tagihan bersih kepada Pempus terkontraksi sebesar 17,4% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 1,1% (yoy). Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 0,8% (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 1,0% (yoy).

Pertumbuhan Kredit Perbankan

Dan pada akhir pekan Jumat (21/2/2025), Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan pertumbuhan kredit perbankan Indonesia periode Januari 2025. BI memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2025 sebesar 11-13%. Sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan kredit pada Desember 2024 mencapai 10,39% (yoy). Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh terjaganya minat penyaluran kredit perbankan, berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, tersedianya dukungan pendanaan dari pertumbuhan DPK, serta positifnya dampak KLM Bank Indonesia.

Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja usaha korporasi yang terjaga, di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas.

Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, masing-masing sebesar 8,35% (yoy), 13,62% (yoy), dan 10,61% (yoy). Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,87% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 3,37% (yoy).

Rapat FOMC

Dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) akan mengadakan rapat FOMC yang jatuh pada Kamis (20/2/2025) dan mengumumkan hasil rapat tersebut.

Pada pertemuannya di akhir Januari, The Federal Reserve (Fed) mempertahankan suku bunga acuan Dana The Fed pada 4,25% - 4,50%.

The Fed mencatat bahwa pertumbuhan tetap stabil dan pasar tenaga kerja stabil pada level yang kuat tetapi tidak menyebutkan kemajuan dalam mengurangi inflasi sebelumnya.

Ketua The Fed Powell mengatakan dalam kesaksiannya minggu ini bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lagi. Menyusul pembacaan indeks harga konsumen (IHK) AS yang lebih hangat minggu ini, pasar suku bunga AS memperkirakan penurunan suku bunga Fed sebesar 33 bp tahun ini, lebih rendah dari penurunan suku bunga Fed sebesar 50 bp yang diperkirakan pada waktu yang sama minggu lalu.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research