IHSG Ambruk 4 Hari, Begini Penjelasan Analis!

4 weeks ago 23

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ambruk pada perdagangan Senin hari ini (10/2/2025), menandai empat hari beruntun terjerembab di zona merah.

IHSG pada penutupan hari ini terkoreksi 1,40% ke posisi 6.648,14. Depresiasi hari ini semakin memperdalam kejatuhan IHSG sejak awal tahun sebanyak 6,10%. 

Ekonom dari Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail menyatakan pendapatan soal kejatuhan IHSG hari ini adalah lanjutan dari efek dari kinerja keuangan kuartal tahun lalu, terutama dari perbankan yang meleset ekspektasi.

"Soal IHSG dari dalam negeri masih dari kinerja perbankan yang missed ekspektasi kuartal lalu, jadi ada outflow di pasar saham, ditambah ada perang tarif" ujar Ahmad ke CNBC Indonesia pada Senin (10/2/2025).

Dalam sepekan lalu (3-7 Januari 2025), secara total, asing masih terpantau net sell sebanyak Rp3,9 triliun di keseluruhan pasar saham. Adapun, sektor yang mendapat serbuan aksi jual asing kebanyakan dari perbankan besar.

Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalami punishment paling berat dengan net sell asing mencapai Rp2,27 triliun, diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp839,9 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp198,6 miliar, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp45,9 miliar.

Selain sektor perbankan, berikut rincian 20 saham emiten yang paling banyak dijual asing selama sepekan terakhir :

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang juga sependapat penyebab ambruknya IHSG akibat dari penyesuaian atas laporan keuangan yang membuat tekanan jual asing masih deras.

"Ya masih dampak penyesuaian atas rilis laporan keuangan, sehingga asing masih lanjut net sell di pasar saham" ungkap Hosinna kepada CNBC Indonesia pada Senin (10/2/2025).

Lebih lanjut, Hosiana juga menjelaskan bahwa tekanan asing ini juga masih diperberat oleh sentimen tarif trump, dan exclusion beberapa saham oleh indeks MSCI.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari ini mengumumkan tarif baru 25%. Hal ini berlaku untuk semua impor baja dan aluminium ke Paman Sam, dalam perombakan kebijakan "bea masuk logam" besar-besaran yang dirinya lakukan.

Trump, berbicara kepada wartawan di Air Force One dalam perjalanannya ke NFL Super Bowl di New Orleans, juga mengatakan bahwa ia akan mengumumkan tarif timbal balik pada hari Selasa atau Rabu, yang akan berlaku segera.

Ia mengatakan AS akan menyamakan tarif yang dikenakan oleh negara lain dan bahwa ini akan berlaku untuk semua negara.

Sementara itu, China mulai memberlakukan tarif balasan pada beberapa ekspor AS mulai Senin ini, tanpa tanda-tanda adanya kemajuan dalam negosiasi perdagangan antara Beijing dan Washington. Para pedagang minyak dan gas kini berusaha mendapatkan pengecualian dari Beijing untuk impor minyak mentah dan gas alam cair (LNG) asal AS.

Aksi perang dagang AS dan negara lain yang mulai membalas ini semakin memperkeruh ketidakpastian global.

Di sisi lain, menjelang rebalancing indeks global MSCI, kita mendapatan sentimen negatif dari gagalnya saham-saham yang terafiliasi Prajogo Pangestu.

Alhasil sejumlah emiten seperti Barito Renewables Energy (BREN) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) masih lanjut membebani indeks hari ini.

Saham BREN sampai penutupan melemah 5,34% ke posisi Rp6.650 per lembar dan menjadi penekan paling berat indeks sebesar 23.13 poin. Sebagai catatan saja, secara intraday, BREN sempat anjlok nyaris 16%.

Sementara CUAN masih terjerembab di batas auto rejection bawah (ARB) atau melemah 19,87% ke Rp 9.075 per saham, berkontribusi atas pemelahan IHSG hingga 9,41 indeks poin.

Ambruknya saham BREN dan CUAN terjadi karena adanya kabar bahwa Morgan Stanley Capital International tidak akan memasukan tiga emiten konglomerasi Prajogo Pangestu ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025.

Adapun salah satunya yakni BREN.Selain itu ada CUAN dan PT Petrosea Tbk (PTRO).

Hal ini karena setelah analisis dan masukan, ditemukan kendala investibility di ketiga saham tersebut. MSCI akan meninjau kembali kelayakan saham-saham tersebut sebagai bagian dari tinjauan indeks di masa mendatang dan akan memberikan komunikasi lebih lanjut sesuai kebutuhan.

Sebelumnya, rebalancing atau kocok ulang indeks MSCI akan diumumkan pada 12 Februari mendatang. Rumor beredar akan ada tiga saham konglomerat masuk, di mana salah satunya yakni BREN.

Indeks MSCI kerap menjadi acuan investor asing untuk investasi di negara-negara tertentu, termasuk emerging market seperti Indonesia.

Dalam setahun, mereka melakukan kocok ulang ini empat kali, yakni pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.

Kabar pasar saat ini tengah ramai diperbincangkan soal tiga saham konglomerat yang akan masuk jadi jajaran konstituen MSCI Indonesia Large-Cap.

Sebenarnya, rumor tiga saham itu masuk MSCI sudah dari lama. Apalagi, untuk BREN ini menjadi yang kedua kalinya karena sebelumnya gagal masuk ke indeks FTSE gara-gara dinilai tidak memenuhi syarat free float.

Hal ini lantaran BREN tidak masuk karena dinilai tidak memenuhi syarat free float minimal 5%.

Waktu itu, FTSE menilai 97% jumlah saham beredar BREN masih terkonsentrasi pada empat pemegang saham. Namun, hal tersebut akhirnya disanggah oleh pihak manajemen BREN dan meminta pihak FTSE Russell untuk mencabut pernyataan tersebut dan mengeluarkan klarifikasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research