- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG ambruk sementara rupiah menguat
- Wall Street terbang, melanjutkan rally
- Data ekonomi Indonesia serta perang dagang China AS akan menjadi penggerak utama sentimen pasar keuangan hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada Rabu (05/02/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat, dan Surat Berharga Negara (SBN) kembali diburu investor.
Pasar keuangan domestik diproyeksikan masih akan dipengaruhi oleh sentimen baik itu internal maupun eksternal pada hari ini Kamis (06/02/2025). Selengkapnya mengenai proyeksi bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Pada penutupan perdagangan kemarin (05/02/2025), IHSG ditutup melemah 0,7% ke posisi 7.024,23. IHSG masih berada di level psikologis 7.000 hingga akhir Perdagangan kemarin.
Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 26 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 243 saham menguat, 327 saham melemah, dan 231 saham stagnan.
Sementara dari sisi investor asing, tampak net sell dalam jumlah yang cukup besar yakni Rp490 miliar di seluruh pasar.
Delapan dari 11 indeks sektoral berada di zona merah. Financials merupakan sektor yang terkoreksi paling dalam yakni 1,4%, Healthcare melemah 1,13%, dan Transportation & Logistic tergelincir 0,94%.
Sedangkan Basic Material menanjak 0,64%, Properties & Real Estate mengalami apresiasi 0,42%, dan Technology menguat 0,34%.
Tertekannya IHSG ini cukup menarik setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal IV-2024 dan setahun penuh 2024 kemarin siang.
"Pertumbuhan ekonomi 2024 mencapai 5,03%," ungkap Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Rabu (5/2/2025).
Realisasi ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mampu tumbuh 5,05%. Bahkan dibandingkan 2022 yang mencapai 5,31%, ekonomi saat ini jauh lebih rendah.
Meski begitu, ekonomi RI membaik secara kuartalan, pada IV-2024 Produk Domestik Bruto (PDB) berhasil tumbuh 5,02% yoy. dari sebelumnya pada kuartal III-2024 hanya mencapai 4,95% yoy. Adapun, periode kuartal IV-2024 lalu bisa dibilang menjadi periode pertama Presiden Prabowo Subianto memimpin pemerintahan RI.
Terkait komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi, yang terbesar masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, namun pertumbuhannya 4,94%. Distribusi konsumsi rumah tangga mencapai 54,04%.
Komponen kedua yang terbesar adalah investasi dengan pertumbuhan 4,61% dengan andil 29,15%.
Belanja pemerintah tumbuh 6,61% dengan distribusi 7,73%. Sementara ekspor 6,51% dengan distribusi 22,18%.
Dari sisi industri, ada industri pengolahan yang menjadi pendorong terbesar dengan 0,90%. Selanjutnya adalah perdagangan dengan 0,67%, konstruksi 0,64% dan infokom 0,50% serta yang lainnya 2,32%.
Dari global, sentimen kurang menggembirakan datang setelah China membalas resmi memberlakukan tarif balasan terhadap sejumlah impor dari Amerika Serikat (AS), sebagai respons terhadap tarif baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Langkah China ini terjadi hanya beberapa jam setelah tarif tambahan sebesar 10% yang dikenakan AS terhadap seluruh impor dari China mulai berlaku pada Selasa (4/2/2025), pukul 12:01 pagi waktu setempat.
Kementerian Keuangan China mengumumkan tarif sebesar 15% untuk batu bara dan gas alam cair (LNG) asal AS, serta tarif 10% terhadap minyak mentah, peralatan pertanian, dan beberapa jenis kendaraan.
Aksi balasan China tersebut menambah ketidakpastian di global, membuat pasar kembali menahan selera risikonya dan cenderung wait and see. Alhasil, IHSG pun kembali merana setelah hari sebelumnya tampak menguat.
Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat pada penutupan kemarin sebesar 0,37% dalam sehari ke posisi Rp16.280/US$.
Apresiasi rupiah ini membuat posisi rupiah kali ini menjadi yang terkuat sejak 30 Januari 2025.
Salah satu alasannya menguatnya rupiah yakni data lowongan kerja di AS yang di bawah konsensus.
Untuk diketahui, angka lowongan pekerjaan di Amerika Serikat yang turun sebanyak 556.000 menjadi 7,6 juta pada Desember 2024, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 8,0 juta, yang mengindikasikan perlambatan bertahap dalam pasar tenaga kerja.
Penurunan terbesar terjadi di sektor jasa profesional dan bisnis (-225.000), perawatan kesehatan dan bantuan sosial (-180.000), serta keuangan dan asuransi (-136.000). Sebaliknya, jumlah lowongan kerja meningkat di sektor seni, hiburan, dan rekreasi (+65.000).
Secara regional, lowongan pekerjaan menurun di seluruh negeri, dengan penurunan terbesar terjadi di wilayah Selatan (-286.000) dan Barat (-250.000).
Dalam periode yang sama, jumlah perekrutan meningkat sebanyak 89.000 menjadi 5,5 juta, sementara total pemutusan hubungan kerja naik 38.000 menjadi 5,3 juta.
Data tersebut membuat DXY terdepresiasi dan rupiah tampak sedikit mengalami penguatan.
Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau turun cukup dalam dari 7,03% menjadi 6,916%.
Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor untuk masuk ke pasar SBN mengalami peningkatan.
Pages