Dipicu Aksi Jual Besar-besaran, Harga Emas Langsung Meredup

4 weeks ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas beristirahat sejenak usai mencapai puncak terbarunya. Kekhawatiran perang dagang justru memicu sebagian para pelaku pasar melakukan aksi taking profit pada emas usai mencetak rekor baru.

Pada perdagangan  Selasa (11/2/2025), harga emas dunia di pasar spot turun 0,34% di level US$2.897,56 per troy ons. Sebelum ditutup melemah, harga emas dunia sempat menyentuh rekor baru pada perdagangan intraday di level US$2.942,7 per troy ons. Pelemahan ini juga membuat emas kembali terpental dari level US$ 2.900 per troy ons.

Emas mencetak rekor pada perdagangan Senin pekan ini. Sebelumnya, harga emas juga mencatat rekor lima hari beruntun pada 30-31 Januari dan 3-5 Februari 2025.

Pada perdagangan hari ini Rabu (12/2/2025) emas nyaris tidak bergerak, pada pukul 06.06 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,01% ke posisi US$2.897,92 per troy ons.

Harga emas merosot pada perdagangan kemarin karena sebagian para pelaku pasar melakukan aksi taking profit dengan menjual emas setelah mencetak rekor tertinggi. Akan tetapi, sebagian pelaku pasar lainnya tetap optimis pada peningkatan harga emas yang akan masih berlanjut di tengah kekhawatiran perang dagang global yang dipicu oleh tarif baru Presiden AS Donald Trump.

Trump menaikkan tarif impor baja dan aluminium secara substansial menjadi 25% "tanpa pengecualian atau pembebasan" dalam sebuah langkah yang diharapkannya akan membantu industri yang sedang berjuang di Amerika Serikat (AS), tetapi juga berisiko memicu perang dagang multi-front.

Para trader menunggu data inflasi AS hari Rabu malam ini untuk petunjuk baru tentang prospek suku bunga di ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Jajak pendapat Reuters menunjukkan The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan menunggu hingga kuartal berikutnya sebelum memangkas suku bunga lagi. Tarif dapat memicu inflasi AS dan menunda pemotongan suku bunga.

Selasa (12/2/2025) waktu AS Chairman The Fed menyampaikan testimoni tahunan di depan anggota Senat Komite Perbankan, perumahan, dan urusan Urban. Powell juga akan memberikan pernyataan serupa di depan Anggota DPR Komite Jasa Keuangan pada hari ini, Rabu (12/2/2025).

Powell juga menghadapi serangkaian pertanyaan tentang Biro Perlindungan Keuangan Konsumen, tarif, dan Departemen Efisiensi Pemerintah milik Elon Musk.

Terdapat poin-poin dari testimoni Powell, terutama penegasan The Fed jika mereka tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

"Dengan posisi kebijakan kami yang sekarang jauh lebih tidak restriktif dibandingkan sebelumnya dan ekonomi yang tetap kuat, kami tidak perlu terburu-buru untuk menyesuaikan posisi kebijakan kami," ujar Powell, dikutip dari CNBC International.

Komentar Powell ini membuat pelaku pasar meyakini jika suku bunga tidak akan dipangkas terlalu cepat. Kondisi ini tentu merugikan emas.

"Angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memperpanjang jeda suku bunga oleh The Fed, yang dapat menyebabkan kinerja emas menjadi moderat dalam jangka pendek," ujar Ryan McIntyre, manajer portofolio senior di Sprott Asset Management, kepada Reuters.

Emas batangan dianggap sebagai nilai lindung terhadap inflasi, tetapi suku bunga yang lebih tinggi melemahkan daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research