Benda Kegemaran Warga RI Dipakai Singapura Buat Genjot Ekonomi 8%

2 months ago 42

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak hal bisa dipelajari dari Singapura sebagai negara maju, termasuk bagaimana negara tersebut berbenah dari negara miskin ke negara yang diperhitungkan dunia.

Sejak merdeka pada 1965, Singapura di bawah Perdana Menteri Lee Kuan Yew (1965-1990) banyak melakukan terobosan yang hasilnya membuat ekonomi negara tersebut memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 8% setiap tahun selama tiga dekade.

Siapa sangka, rahasia sukses Singapura melakukan demikian, salah satunya, berkat memakai benda kegemaran warga Indonesia, yakni pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC). AC merupakan benda yang bisa mengintervensi cuaca panas khas tropis.

Di Indonesia, benda tersebut selalu laku terjual untuk dipasang di rumah atau perkantoran. Pada 2024 saja, konsumsi AC di rumah tangga saja mencapai 4 juta unit. Ini belum memperhitungkan penggunaan AC di tiap gedung.

Lantas, bagaimana bisa AC jadi salah satu rahasia Singapura jadi negara maju?

AC Bikin Kerja Produktif

Ketika menjadi orang nomor satu, Lee menyadari Singapura adalah negara sangat rentan. Negara ini tak punya sumber daya alam sendiri. Lokasinya pun berada di negara-negara super besar, yakni Indonesia dan Malaysia. Soal ini, Presiden Indonesia B.J Habibie (1998) pernah berujar bahwa Singapura hanya sebatas titik merah di peta.

"Lihat peta itu. Semua yang berwarna hijau itu wilayah Indonesia. Dan titik merah itu cuma Singapura. Coba lihat," kata Habibie, dikutip Wall Street Journal. 

Dengan berbagai persoalan itu, Lee dalam autobiografi berjudul The Singapore Story (2012) menyebut, selalu berupaya keras menciptakan penduduk Singapura sebagai generasi unggul di masa sekarang dan masa depan. Baginya, sumber daya unggul bisa menggantikan kekurangan sumber daya alam. 

Salah satu kebijakan Lee adalah berinvestasi di sektor pendidikan. Dia banyak mengirim para pelajar terbaik ke sekolah di berbagai negara. Jika masa pendidikan selesai, maka wajib pulang membangun Singapura.

Selain itu, ada hal lain yang dilakukan Lee, yakni membuat nyaman para pekerja, khususnya pegawai negeri pemberi layanan publik. Dalam wawancara kepada jurnalis senior Nathan Gardels tahun 2009 silam, dia bercerita bahwa kunci sukses Singapura hari ini terjadi karena kebijakan awalnya sebagai Perdana Menteri, yakni memasang AC. 

"Hal pertama yang saya lakukan setelah jadi Perdana Menteri adalah memasang pendingin udara di gedung-gedung tempat pegawai negeri kerja. Ini adalah kunci efisiensi publik," kata Lee dalam wawancara berjudul "The East Asian Way--With Air Conditioning" (2009).

Kenapa harus AC? Lee menyebut, "AC sukses mengubah sifat peradaban dengan memungkinkan pembangunan di daerah tropis." Maksudnya, berkat kehadiran AC, para pekerja tidak akan kepanasan dan bisa fokus kerja sepanjang hari. Jika tidak ada benda tersebut, para pekerja hanya akan kerja di pagi hari atau saat menjelang malam. 

"Pendingin udara adalah penemuan terpenting bagi kita, mungkin salah satu penemuan penting dalam sejarah," kenang Lee.

Argumentasi Lee memang sejalan dengan berbagai riset kontemporer. Suhu udara rendah memang berdampak pada meningkatnya produktivitas pekerja. Salah satunya diungkap oleh riset berjudul "The Impact of Temperature on Manufacturing Worker Productivity" (2018).

Tim peneliti dari China mengungkap bahwa bekerja di cuaca panas akan membuat kemampuan kognitif, memori, penyerapan informasi, hingga kinerja pekerjaan secara umum akan berkurang.

Lalu, jika kerja di bawah suhu dingin, maka hasilnya menunjukkan kebalikannya. Maka, di cuaca tropis, AC merupakan intervensi terbaik mengalahkan cuaca panas.

Balik lagi ke Lee. Dalam tulisan di From Third World to First: The Singapore Story 1965-2000 (2000), Bapak Singapura Modern itu menjadikan industri AC sebagai salah satu industri yang dilindungi dan didukung pemerintah. Alhasil, berkat memasang AC dan berbagai kebijakan lain, ekonomi Singapura bisa cemerlang. 

Dalam data World Economic Forum, GDP perkapita Singapura melonjak 2800%, dari awalnya hanya US$500 (1965) menjadi US$14.500 (1991). Lalu selama tiga dekade, pertumbuhan ekonomi Singapura mencapai rata-rata 8% setiap tahun. Bahkan, sejak 1973, tidak ada lagi orang miskin di negara tersebut. 

Maka, belajar dari Lee Kuan Yew, benda yang mungkin tidak diperhitungkan, sebenarnya bisa mendongkrak perekonomian. 


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research