Asap Gudang Garam Gak Ngebul, Laba Ambles 82% dari Rp5 T jadi Rp 900 M

18 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), mencatatkan kinerja yang jeblok. Laba perusahaan tergerus dari tahun ke tahun, yang disebabkan oleh penurunan tajam penjualan rokok.

Perusahaan yang didirikan pada tahun 1958 ini, terkenal dengan merek rokok Gudang Garam Merah dan telah menjadi produsen sigaret kretek tangan (SKT) terbesar di Indonesia sejak tahun 1966. Gudang Garam memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk kretek mild, dan memiliki merek dagang seperti Gudang Garam, GG, dan Surya.

Gudang Garam pun mendapatkan pengakuan global, dengan termasuk dalam daftar 10 perusahaan rokok dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia. Akan tetapi sayangnya performa kinerja keuangannya justru terus merosot. Meskipun, Gudang Garam telah memperluas bisnisnya ke bidang infrastruktur, termasuk konstruksi dan pengembangan jalan tol, dan bahkan mengoperasikan bandara internasional.

Pada laporan keuangan 2024, Gudang Garam membukukan penurunan laba bersih sekitar 82% menjadi Rp981 miliar dari Rp5,3 triliun pada 2023.

Melihat secara performa, laba bersih Gudang Garam 10 tahun lalu pada 2014 terus mengalami peningkatan hingga puncaknya pada 2019 sebesar Rp10,8 triliun.

Akan tetapi kini tanpa diduga laba bersih Gudang Garam pada 2024 hanya mencatatkan sebesar Rp981 miliar, hal itu berarti laba bersih Gudang Garam turun 91% sejak laba tertinggi pada 2019.

Anjloknya laba bersih Gudang Garam tak luput dari penurunan penjualan perseroan.

Jika melihat performa pendapatan perseroan, Gudang Garam terus mencatatkan kenaikan pendapatan dalam 10 tahun terakhir sejak 2014 ke 2022, namun sayangnya mulai terjadi penurunan pendapatan pada 2023 dan berlanjut pada 2024. Dimana pendapatan perseroan pada 2024 turun 17% menjadi Rp98,65 triliun dari 2023 sebesar Rp118,95 triliun.

Jika melihat secara rinci pada laporan keuangan perseroan, penjualan ekspor pada 2024 tercatat turun 12,1% dari 2023, begitu juga dengan penjualan lokal 2024 tercatat turun 17,1% dari 2023.

ggrmggrmFoto: ggrm

Penurunan laba bersih juga didorong oleh semakin tipisnya margin perseroan.

Pada tahun 2014 perseroan mampu mendapatkan margin sebesar 20,53%, sayangnya pada sejak Covid pada 2020 perseroan tak lagi mampu mencetak margin di atas 20%. Bahkan pada 2022 dan 2024 perseroan mencatatkan margin di bawah 10%.

Adapun, produk Gudang Garam mengalami penurunan penjualan serta laba akibat kenaikan cukai yang berdampak pada daya beli konsumen yang cenderung stagnan. Selain itu, perseroan juga menanggapi regulasi yang sama terhadap rokok elektrik dan rokok biasa, sehingga enggan untuk memproduksi rokok elektrik. Padahal kini sudah terjadi sebagian perubahan perilaku konsumen, seperti peningkatan penggunaan rokok elektrik.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research