Allah tak Membiarkan Mereka-Mereka yang Berbuat Kerusakan

2 hours ago 1

Oleh : Achmad Tshofawie, Peminat kajian strategis.Keluarga FK-PPI & ICMI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Al-Qur’an bukan sekadar kitab spiritual, tetapi  juga kitab hukum kehidupan. Ia menyingkap pola sejarah, hukum sosial, dan arah peradaban. 

Salah satu ayat yang tegas menegaskan hukum sejarah ini adalah QS Yunus: 81,yang berbunyi: "Musa berkata: 'Apa yang kamu bawa itu adalah sihir; sesungguhnya Allah akan membatalkannya. Sesungguhnya Allah tidak akan memperbaiki pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan'."

Ayat ini lahir dalam konteks pertarungan ideologis dan politik antara Musa, seorang nabi dengan tongkatnya, melawan Fir‘aun dengan sistem represif dan para penyihirnya. Namun substansi ayat tidak berhenti pada narasi masa lalu. Ia adalah hukum universal: segala sesuatu yang dibangun di atas kebatilan dan kerusakan tidak akan diberi keberlangsungan oleh Allah.

Konteks Historis

Dalam kisah Musa, para penyihir Fir‘aun menguasai teknik visual yang mengelabui mata rakyat. Dengan sihir, mereka mengubah tali dan tongkat seolah-olah menjadi ular yang menakutkan. Publik terkecoh, Fir‘aun merasa di atas angin. Tetapi Musa tetap tenang: “Apa yang kalian tampilkan hanyalah sihir. Allah akan membatalkannya.”

Dan benar, tongkat Musa berubah menjadi ular besar dan menelan seluruh ilusi itu. Rakyat pun sadar,yang mereka saksikan hanyalah tipu daya.

Makna simbolisnya jelas, kebatilan bisa tampak spektakuler. Tetapi kebatilan tidak punya akar kekuatan sejati.Begitu kebenaran tampil, ia akan menelan semua kebohongan.

Prinsip Ilahiyah: Allah Tidak Merestui Kerusakan

Dari ayat ini lahir hukum abadi: Allah tidak akan membiarkan (laa yuslihu), artinya tidak memberi keberlangsungan, keberkahan, dan kemapanan.

Amal al-mufsidin berarti segala upaya yang berbasis kerusakan: baik kerusakan akidah, moral, sosial, maupun lingkungan.

Kadang-kadang kebatilan tampak berhasil, bahkan bisa berlangsung berabad-abad. Tetapi ia tidak pernah menghasilkan kebaikan sejati. Hasilnya selalu: krisis,kehancuran, dan penyesalan.

Bukti dari Peradaban Kuno

Fir‘aun membangun kekuasaan dengan penindasan. Tampak megah dengan piramidanya, tetapi akhirnya tenggelam di Laut Merah. Namanya dikenal bukan karena kejayaan, melainkan karena azab.

Kaum ‘Ad dikenal dengan kekuatan fisik dan arsitektur megah. Mereka menebar kesombongan dan kerusakan. Akhirnya dihancurkan dengan angin topan yang mematikan.

Kaum Tsamud pionir dalam teknik bangunan batu. Tetapi justru menyalahi misi kemanusiaan. Akhirnya dilanda gempa dan teriakan petir yang membinasakan.

Kemajuan teknologi tanpa moral akan melahirkan kehancuran. Contoh dalam Sejarah Modern:

Kolonialisme dan Imperialisme: bangsa-bangsa Eropa menjajah Asia dan Afrika atas nama “peradaban”. Padahal mereka merampok rempah, emas, tanah, dan tenaga rakyat. Hasilnya kekayaan sesaat bagi penjajah, tapi kehancuran moral bagi mereka sendiri. Akhirnya sistem kolonial runtuh satu per satu, bangsa terjajah bangkit, sementara penjajah kini menghadapi krisis internal.

Fasisme dan Nazisme Hitler dengan ideologi superioritas ras Arya sempat menaklukkan Eropa. Tetapi fasisme yang berbasis kebencian dan kerusakan hanya bertahan sebentar. Kekalahan total di Perang Dunia II menjadi bukti nyata hukum QS Yunus:81.

Apartheid di Afrika Selatan dimana sistem diskriminasi rasial yang dilembagakan oleh minoritas kulit putih yang bertahan selama puluhan tahun, tetapi akhirnya runtuh di bawah gelombang perlawanan rakyat dan kecaman internasional.

Realitas Kontemporer

Kapitalisme Rakus dan Krisis Ekologi :perusahaan besar menebang hutan tanpa aturan, menggali tambang tanpa kendali, mencemari sungai. Mereka kaya raya sebentar. Tetapi jangka panjang terjadi banjir, kebakaran hutan, gagal panen, dan bencana global. Inilah bukti nyata bahwa Allah tidak menolong usaha fasad untuk lestari.

Politik Hoaks dan Propaganda: banyak rezim modern membangun kekuasaan lewat manipulasi media, big data, dan disinformasi. Awalnya sukses memanipulasi rakyat. Tapi seiring waktu, kebohongan terbongkar, rezim runtuh, rakyat marah.

Perdagangan Narkoba dan Mafia Korupsi: narkoba memberikan keuntungan besar bagi mafia. Korupsi memperkaya sekelompok elit. Tapi akhirnya, mereka hidup dalam ketakutan, banyak yang hancur di penjara atau terbunuh. Kekayaan semu itu justru menjadi malapetaka.

Perang Modern: negara-negara adidaya menciptakan senjata pemusnah massal, bahkan menjadikan pangan dan energi sebagai senjata politik. Tetapi strategi berbasis kerusakan ini melahirkan penderitaan global, bukan stabilitas. Perang di berbagai belahan dunia hanya menegaskan satu hal: kebijakan yang fasad tidak akan langgeng.

Relevansi Pribadi dan Sosial

Ayat ini tidak hanya bicara soal negara atau peradaban besar. Ia juga menyentuh level pribadi. Bisnis curang, mungkin untung sesaat, tapi runtuh cepat. Karier penuh manipulasi, mungkin naik cepat, tapi jatuh lebih keras. Keluarga dibangun atas kebohongan, tampak harmonis di luar, tapi rapuh di dalam.

Begitu juga di level komunitas,gerakan sosial yang berbasis kepentingan sempit dan kecurangan akan pecah. Organisasi yang mengabaikan etika akan kehilangan kepercayaan publik.

Refleksi Qurani

QS Yunus:81 dengan jelas menegaskan hukum Allah yang bersifat sunatullah. Dalam bahasa lain: kebatilan tidak memiliki masa depan. Inilah yang juga ditegaskan dalam QS Al-Isra 81: "Katakanlah: kebenaran telah datang, dan kebatilan pasti lenyap. Sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap."

Dan dalam QS Ar-Ra‘d:17: "Adapun buih (kebatilan), akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi apa yang bermanfaat bagi manusia, maka itulah yang akan tetap di bumi."

QS Yunus:81 bukan sekadar kisah Musa melawan para penyihir Fir‘aun. Ia adalah hukum universal bagi setiap individu, masyarakat, hingga peradaban. Kerusakan tidak akan lestari.Kebatilan tidak akan langgeng.Hanya kebenaran dan kemaslahatan yang akan bertahan.

Kita yang hidup di era modern dengan segala bentuk teknologi, ideologi, dan sistem politik, perlu mengingat hukum ini. Sebab sebesar apapun kekuatan atau pengaruh yang dimiliki, jika dibangun di atas fasad, Allah sendiri yang akan membatalkannya.

Sehebat apapun sebuah kekuasaan, bila ia berdiri di atas kerusakan, ia hanya menunggu waktu untuk runtuh. Allah mungkin memberi kebatilan berjalan, tetapi tidak pernah memberi izin ia bertahan.

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research