UGM dan UII Bersikap: RUU TNI Bangkitkan Otoritarianisme Orde Baru

4 hours ago 1

Yogyakarta, CNN Indonesia --

Civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid menyerukan penolakan terhadap RUU TNI karena dianggap akan menghidupkan kembali dwifungsi prajurit seperti era Orde Baru (Orba).

Mereka menggelar aksi di halaman depan Gedung Balairung, Selasa (18/3). Poster bertuliskan 'Tolak RUU TNI', 'Tolak Dwifungsi TNI' dan 'Kembalikan TNI ke Barak' menghiasi aksi.

Mereka juga menggelar mimbar bebas. Para peserta aksi berorasi satu per satu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembacaan pernyataan sikap dipimpin oleh Dosen FIB UGM, Achmad Munjid; Dosen Hukum Tata Negara FH UGM, Herlambang Wiratraman; Dosen Sekolah Vokasi UGM, Yudistira Hendra Permana; Peneliti Pukat UGM, Hasrul Halili; Rektor UII, Fathul Wahid; dan Guru Besar Ilmu Komunikasi UII, Masduki.

"Artinya, tidak ada urgensinya membahas perubahan UU TNI. Apalagi jika prosesnya dilakukan secara tertutup dan tersembunyi di hotel mewah, bukan di rumah rakyat - Gedung DPR," bunyi pernyataan bersama tersebut.

"Proses ini secara terang-terangan mengingkari putusan Mahkamah Konstitusi soal pentingnya partisipasi publik yang bermakna dalam pembentukan hukum. Publik berhak didengarkan, dipertimbangkan dan mendapatkan penjelasan dalam proses pembentukan hukum," sambung pernyataan itu.

Massa aksi juga menyoroti Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU TNI yang secara substantif menyebutkan perluasan posisi jabatan bagi anggota TNI aktif, termasuk ranah peradilan.

Massa aksi melihat draft revisi UU TNI tersebut jelas justru bakal mengancam independensi peradilan dan memperkuat impunitas atau kekebalan hukum anggota TNI.

"Ini bertentangan dengan prinsip negara hukum demokratis, dan akan membawa bangsa ini kembali pada keterpurukan otoritarianisme seperti pada masa Orde Baru," bunyi pernyataan tersebut.

UGM dan perwakilan UII menuntut pemerintah dan DPR membatalkan RUU TNI yang tak transparan dan terkesan terburu-buru serta mengabaikan suara publik.

"Mendesak seluruh insan akademik di seluruh Indonesia segera menyatakan sikap tegas menolak sikap dan perilaku yang melemahkan demokrasi, melanggar konstitusi, dan kembali menegakkan agenda reformasi," bunyi poin tuntutan keempat.

Terakhir, mendorong dan mendukung upaya masyarakat sipil menjaga agenda reformasi dengan menjalankan pengawasan dan kontrol terhadap kinerja Pemerintah dan DPR.

Civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) menyerukan penolakan terhadap RUU TNI dengan menggelar aksi di halaman depan Gedung Balairung, Selasa (18/3).Foto: CNN Indonesia/Tunggul
Rektor UII Fathul Wahid menyerukan penolakan terhadap RUU TNI dengan menggelar aksi di halaman depan Gedung Balairung, Selasa (18/3).

Rektor UII baca puisi tolak RUU TNI

Rektor UII Fathul Wahid menyatakan sikapnya menolak RUU TNI karena dianggap akan menghidupkan kembali dwifungsi prajurit seperti era Orde Baru (Orba).

Fathul tak berorasi, tapi ia memilih menyuarakan penolakan RUU TNI ini lewat bait-bait puisi berjudul 'Kami Malu Pak Dirman'.

Puisi mengutarakan perasaan malu ketidakmampuan menjaga perjuangan Jenderal Besar Soedirman dari bayang-bayang dwifungsi TNI.

"Engkau berjuang agar tentara secara taat norma, agar kuasa kembali ke rakyat

Tapi kini ada yang lupa bahwa demokrasi butuh sipil yang kuat.

Pak Dirman, pernah kau mengajari gerilya melawan musuh dengan keterbatasan untuk Indonesia yang paripurna.

Bukan untuk mencuri kesempatan mendapatkan jabatan.

Pak Dirman, kami takut langkahmu sia-sia.

Kala cita-citamu ditikam dari dalam, bila mereka lupa bahwa negeri ini harus dipimpin oleh suara rakyat sendiri, Pak Dirman, ajari kami lagi tentang perjuangan tanpa pamrih.

Perihal tentara yang mengabdi, bukan yang berkuasa atas negeri"

Selesai membacakan puisinya, Fathul mendapatkan apresiasi meriah dari peserta aksi yang juga menanyakan keberadaan Rektor UGM, Ova Emilia dalam mimbar bebas itu.

"Hidup rektor UII, hidup rektor UII. Mana rektor UGM, mana rektor UGM," kata massa aksi bersamaan.

Ova memang tak nampak sejak aksi dimulai, sekalipun beberapa dosennya terlihat ikut serta.

Terpisah, Sekretaris Universitas UGM, Andi Sandi Antonius menyebut hari ini Ova tengah berada di Jakarta karena harus menemui majelis wali amanat (MWA) kampusnya.

"Kalau undangan saya belum terima, cuma flyer saja yang disampaikan. Jadi, undangannya itu kan kepada mahasiswa dan dosen, tetapi secara spesifik kepada ibu rektor, nggak," kata Andi Sandi saat dihubungi.

(fra/kum/fra)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research