Trump Ketok Tarif 19% untuk RI, 7 Emiten Ini Tertawa Bahagia

9 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik bagi eksportir Tanah Air. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhirnya menetapkan tarif impor untuk barang dari Indonesia ke AS sebesar 19%, lebih rendah dari sebelumnya yang dipatok 32%. Dengan kesepakatan ini, AS tidak akan membayar tarif apapun saat mengekspor barangnya ke Indonesia.

Tarif 19% ini lebih rendah dibandingkan dengan tarif yang ditawarkan ke Vietnam dan Filipina, negara tetangga RI, sebesar 20%. Bahkan lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia (25%), Vietnam (20% dan 40% transhipment) dan Thailand (36%).

Sebelumnya, Trump terlebih dahulu mengumumkan telah tercapai kesepakatan tarif impor resiprokal dengan Presiden RI Prabowo Subianto tanpa menyebutkan detailnya.

Dengan tarif yang lebih rendah dari sebelumnya, ekspor produk Indonesia, terutama sektor-sektor unggulan seperti tekstil, alas kaki, perikanan, furnitur, dan komoditas manufaktur lainnya akan diuntungkan dengan tarif yang lebih rendah untuk mempertahankan pangsa pasar di AS.

CNBC Indonesia Research telah mengurutkan beberapa emiten yang akan diuntungkan dari kebijakan tarif baru AS.

1. WOOD

Emiten yang bergerak di bidang furniture kayu, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) akan menjadi salah satu perusahaan yang kena dampak paling signifikan dari kebijakan tarif Trump terbaru.

Menurut data laporan keuangan sampai akhir tahun lalu, WOOD mencatat penjualan ekspor ke AS mencapai Rp2,52 triliun, setara 90,27% dari total penjualan yang senilai Rp2,79 triliun.

Bisa dibilang penjualan ke benua Amerika menjadi bisnis utama-nya saat ini. Dengan tarif yang naik, maka beban perusahaan akan membengkak. Tahun lalu saja beban pokok pendapatan sudah melambung ke atas 38% secara tahunan (yoy), sementara total beban usaha naik 2,26%.

2. PMMP

Berikutnya, ada perusahaan yang menjual udang beku, PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) juga terpantau akan kena dampak cukup besar dari tarif 19% ke AS.

Perusahaan yang masih terafiliasi dengan Kaesang ini punya bisnis utama ekspor udang beku ke beberapa negara, dan Amerika menjadi tujuan utama penjualan mereka.

Sampai September 2024 lalu, kontribusi penjualan ke AS ini mencapai US$ 42,33 juta, setara 66,80% dari total penjualan yang senilai US$ 63,37 juta.

Dengan kondisi seperti ini, tantangan PMMP untuk mencetak laba semakin sulit. Pasalnya, sampai akhir kuartal ketiga tahun lalu perusahaan ini masih menelan pil pahit kerugian sebesar US$15,26 juta atau Rp240,07 miliar (kurs Rp15.732 per dolar AS).

3. SMSM

Berikutnya ada perusahaan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) yang juga akan ikut terdampak dari kenaikan tarif impor AS.

Perusahaan yang punya bisnis otomotif dan mesin industri ini melakukan penjualan ekspor ke negeri Paman Sam pada akhir 2024 lalu mencpai Rp818,73 miliar, setara 15,85% dari total penjualan senilai Rp5,16 triliun.

Meskipun ekspor ke AS bukan penyumbang utama pendapatan, tetapi dengan adanya tarif itu potensi penyusutan ekspor kesana potensi berkurang atau bisa meningkatkan beban yang mana ini bisa menekan laba ke depannya.

4. TKIM dan INKP

Berikutnya ada dua perusahaan kertas yang masih satu naungan grup Sinarmas, yakni PT PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).

Dua perusahaan itu punya penjualan ekspor lebih dari 50%, dan salah satu negara yang dituju adalah Amerika Serikat (AS).

Sampai akhir 2024 lalu, INKP mencatat porsi penjualan ke AS sebanyak 4,30%, sementara TKIM sebanyak 3,32%. Meskipun tidak banyak, tetapi ini perlu diantisipasi karena bisa meningkatkan beban atau bisa meningkatkan porsi penjualan yang mana bisa menggerus pangsa pasar dua perusahaan itu di pasar global.

5. ICBP dan INDF

Berikutnya ada perusahaan consumer good yang jualan mie instant dan bumbu-bumbu dapur masakan andalan Tanah Air, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan induk usahanya, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Berbagai produk dengan merk Indofood atau mie instant dengan merk Indomie kerap ditemukan di berbagai wilayah di penjuru dunia, termasuk AS.

Meskipun secara porsi tidak banyak, dalam laporan keuangan 2024, ICBP dan INDF sama-sama mencatatkan penjualan ekspor ke negara lain-lain, masing-masing mencapai 4,29% dan 2,85%.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research