RI Balik ke Tradisi Lama: Harga Cabai Makin Pedas, Inflasi Mengganas

1 week ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia diperkirakan masih tinggi pada Januari 2025. Inflasi dipicu kenaikan harga cabai, rokok, serta bahan bakar minyak (BBM) non subsidi.

Badan Pusat akan mengumumkan data inflasi Januari 2025 pada Senin (3/1/2025).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) diproyeksi akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,30% pada Januari 2025. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan menembus 1,85%.

Konsensus CNBC Indonesia juga memperkirakan inflasi inti pada Januari 2025 akan berada di 2,27% (yoy)

Sebagai catatan, inflasi Desember 2024 tercatat 0,44% (mtm) dan secara tahunan mencapai 1,57%.

Dalam catatan BPS, inflasi Januari dalam lima tahun terakhir mencapai 0,32% (mtm). Inflasi (mtm) pada awal tahun memang kerap tinggi karena datangnya musim hujan, Banjir dan gangguan musim panen membuat pasokan bahan pangan terganggu sehingga harga sejumlah komoditas pangan akan melonjak tajam.

Produsen rokok juga resmi menaikkan harga baru rokok di awal tahun sehingga mendorong inflasi meskipun tidak ada kenaikan cukai tahun ini.

Kepala ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menjelaskan inflasi Januari akan didorong oleh kelompok bahan pangan, terutama cabai dan bawang.
"Harga BBM pada Januari juga naik," tutur Andry, kepada CNBC Indonesia.

Sebagai catatan, Badan Usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM), yakni PT Pertamina (Persero), Shell Indonesia, BP-AKR kompak menaikkan harga produk BBM-nya di seluruh SPBU yang ada di Indonesia. Penyesuaian harga tersebut berlaku mulai 1 Januari 2025.

Harga BBM non subsidi jenis Pertamax (RON 92), Pertamax Green 95 (RON 95), Pertamax Turbo (RON 98), Dexlite, dan Pertamina Dex resmi mengalami kenaikan harga per 1 Januari 2025.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna situmorang, menjelaskan inflasi disebabkan faktor musiman yang mempengaruhi harga barang.

"Tren ini (inflasi) menunjukkan adanya perbaikan daya beli masyarakat, seiring dengan kebijakan moneter yang proaktif dari Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga. Perlu diwaspadai potensi lonjakan harga energi dan komoditas yang bisa mempengaruhi inflasi di kuartal-kuartal mendatang," ujarnya.

Sementara itu, ekonom Bank Maybank Indonesia, Juniman, mengatakan inflasi Januari akan didorong oleh harga rokok, BBM non-subsidi, minyak goreng, daging sapi, hingga cabai.

"Sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan harga dari cabai sampai gula," ujar Juniman.

Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) menunjukkan rata-rata harga cabai rawit merah melonjak 51,5% menjadi Rp 51.536/kg pada Januari sementara rata-rata harga cabai merah keriting melesat 41,4% menjadi Rp 41.429/kg.

Lonjakan harga cabai ini sudah terjadi sejak Desember lalu. Banjir dan hujan lebat yang secara historis terjadi di akhir hingga awal tahun membuat produksi cabai jeblok sehingga harga pun melambung. Kenaikan harga cabai di akhir hingga awal tahun memang hampir terjadi tiap tahun sehingga komoditas cabai rawit atau merah biasanya menjadi penyumbang inflasi pada Desember-Februari.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian bahkan sampai memerintahkan pemerintah daerah (Pemda) untuk mengambil langkah serius dalam mengatasi lonjakan harga cabai yang menjadi salah satu penyumbang utama inflasi di sektor pangan. Menurutnya, langkah konkret seperti memperbanyak sentra produksi dan menggalakkan gerakan tanam cabai dapat menjadi solusi yang efektif.

"Cabai ini sebetulnya mudah ditanam dan cepat dipanen. Kalau kepala daerahnya peduli dan kepala dinas pertanian serius melakukannya, masalah ini bisa diatasi," kata Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Jakarta, Senin (20/1/2025).

Harga gula naik 1,28% menjadi Rp 18.611//kg dan harga minyak goreng naik 1,28% menjadi Rp 20.350/kg.

(mae/mae)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research