Rekor! Tabungan Warga RI Terkuras ke Titik Terendah, Mirip Saat Covid

1 day ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Porsi tabungan masyarakat terus mengalami penurunan setiap bulannya. Sedangkan porsi konsumsi terus mengalami kenaikan.

Bank Indonesia (BI) pada hari ini (11/3/2025) telah merilis data Survei Konsumen periode Februari 2025 yang menunjukkan bahwa porsi tabungan terus mengalami penurunan waktu demi waktu.

Per Februari 2025, proporsi tabungan tercatat sebesar 14,7% atau terendah sejak Desember 2021 yang pada saat itu sebesar 14,1%. Sebagai catatan, pada periode tersebut Indonesia masih menghadapi badai pandemi Covid-19.

Jika dilihat lebih rinci, hampir keseluruhan kelompok pengeluaran mengalami penurunan proporsi tabungan, jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Sebagai contoh kelompok pengeluaran Rp1-2 juta memiliki porsi tabungan sebesar 15,3% atau sama dengan Januari 2024. Begitu pula dengan kelompok pengeluaran Rp2,1-3 juta yang punya porsi tabungan sebesar 13,4% atau lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang pada saat itu masih dilevel 16,2%.

Begitu pula dengan kelompok pengeluaran Rp3,1-4 juta yang tampak hanya sebesar 14,4% pada Februari 2025 atau terendah sejak Desember 2021.

Hal ini juga terjadi pada kelompok pengeluaran lebih dari Rp5 juta yang menunjukkan porsi tabungan yang terus menurun yakni dari 19,3% pada Januari 2024 menjadi 16,3% pada Februari 2025.

Warga RI Fokus pada Konsumsi

Makan Tabungan ('mantab') terus dilakukan secara terus-menerus oleh berbagai kalangan di masyarakat. Mantab menjadi pilihan yang harus dilakukan masyarakat untuk dapat bertahan hidup dengan membeli barang-barang kebutuhan pokok.

Hal ini terlihat dari porsi tabungan yang terus menurun namun di saat yang bersamaan porsi konsumsi terus mengalami peningkatan.

Data lain dari Mandiri Institute menunjukkan bahwa kebutuhan primer menjadi hal yang difokuskan masyarakat, hal ini terindikasi dengan naiknya proporsi belanja dalam hal supermarket yang melonjak dari 15% pada Januari menjadi 15,9% pada Februari 2025.

Bahkan total dari kebutuhan pokok yakni Supermarkets dan Households mengalami kenaikan yakni dari 27,8% pada Januari menjadi 29% pada Februari 2025.

Sementara dari sisi Fashion tampak mengalami penurunan porsi belanja yakni dari 8,9% menjadi 8,7% pada Februari 2025.

Kejadian ini semakin diperparah dengan banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di awal 2025 ini. Semakin banyaknya masyarakat yang terkena PHK, maka akan semakin sulit untuk punya daya beli yang cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sebagai contoh yakni PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex beserta anak usahanya PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya. Pasca pailit dan kalah dalam kasasi, Sritex Group dipaksa harus menerima kenyataan harus bangkrut dan menyerahkan seluruh aset ke tim kurator.

Imbas dari keputusan ini, buruh Sritex terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Berdasarkan sumber data Disnakertrans Jawa Tengah, jumlah PHK buruh Sritex sejak 2024 sebanyak 10.669. Rinciannya adalah PT Bitratex Semarang 1.065 orang PHK Januari 2025, PT Sritex di pabri Sukoharjo 8.504 orang pada 26 Februari 2025, PT Primayuda Boyolali 956 orang pada 26 Februari 2025, PT Sinar Panja Jaya Semarang 40 orang pada 26 Februari 2025, dan PT Bitratex Semarang 104 orang pada 26 Februari 2025.

Selain Sritex, ada pabrik lain yang juga sudah tutup serta bersiap-siap menutup pabriknya dan melakukan PHK massal, seperti Yamaha Indonesia, Sanken Indonesia, Nike, dan PT Danbi International.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research