Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Arab Saudi cukup ketat menyeleksi setiap orang yang datang ke Makkah dan Madinah, khususnya terkait latar belakang agama. Sebab, aturan memutuskan umat non-Muslim dilarang masuk ke dua kota suci tersebut.
Jika nekat menginjakkan kaki, maka orang tersebut akan ditangkap pihak berwenang dan diinterogasi. Namun, pada zaman dahulu penyeleksian cukup sulit karena tak ada bukti administrasi jelas.
Beragam cara pun ditempuh orang demi membuktikan bahwa seseorang Islam dan bisa masuk Makkah. Salah satunya dilakukan oleh pria Ateis asal Belanda, yakni Snouck Hurgronje, yang menunjukkan "burung" yang sudah disunat ke polisi Arab.
Masuk Makkah
Snouck Hurgronje lahir dari keluarga Kristen yang taat. Bapaknya adalah pendeta di Belanda. Namun, sejak usia belasan tahun, Snouck punya sikap berbeda. Dia memilih menjadi Ateis (sumber lain menyebutnya agnostik) dan lebih menyukai mempelajari Islam.
Hampir setiap hari dia berada di perpustakaan membaca banyak literatur soal dunia Islam. Dia juga mempelajari bahasa dan kebudayaan Islam. Tak heran, dia cukup fasih dan sangat paham terkait Islam dibanding pemuda Eropa lain.
Ketertarikan terhadap dunia Islam membuatnya menulis penelitian pada 1880 di Universitas Leiden. Judulnya, Het Mekkaacnshe Feest (Perayaan Makkah). Menurut Hamid Algadri dalam Politik Belanda terhadap Islam dan keturunan Arab di Indonesia (1988), penelitian dibuat tanpa pernah dia datang ke Makkah dan hanya berdasarkan pembacaan atas beragam sumber.
Keinginan pria kelahiran 8 Februari 1857 ini untuk datang ke Makkah baru kesampaian pada Desember 1884. Bermodalkan dana dari pemerintah Belanda, dia akhirnya tiba di Arab Saudi. Dia kemudian tinggal di Jeddah di kediaman temannya.
Tunjukkan "Burung"
Dalam memoar, Snouck sadar sulit untuk masuk Makkah mengingat statusnya sebagai non-Muslim. Apalagi jika ingin melakukan penelitian tentang Islam. Maka, dia pun mengubah citra diri, yakni membuat nama baru dari Snouck Hurgronje menjadi Abdul Ghaffar.
Lalu, dia juga memutuskan untuk masuk Islam. Sekitar 1885, dia mengucap dua kalimat syahadat. Namun, keputusan pindah agama menuai perdebatan. Wim Van Den Doel dalam Snouck: Biografi Ilmuwan Christiaan Snouck Hurgronje (2023) menyebut, banyak orang tak percaya Snouck tulus masuk Islam.
Sebab, dia hanya membutuhkan Islam sebagai identitas agar mudah masuk Makkah. Lebih dari itu, ada juga orang menganggap perpindahan agama dibuat supaya Snouck bisa mengetahui kelemahan Islam.
Terlepas dari pro dan kontra, Snouck akhirnya tercatat sebagai Muslim. Dia juga dipaksa melakukan kewajiban pria Muslim dewasa, yakni sunat. Pada 21 Februari 1885, seorang tukang sunat melakukan pemotongan pada "burung" atau penis. Kelak, pemotongan "burung" ini memudahkan jalannya menuju Makkah.
Saat tiba di Tanah Suci, Snouck awalnya tak diperbolehkan masuk oleh polisi Arab. Polisi menduga dia non-Muslim karena berpenampilan fisik orang Eropa. Toh, sulit juga membuktikan langsung apakah dia Muslim atau tidak dari identitas. Satu-satunya cara adalah menunjukkan penis bekas disunat.
Alhasil, Snouck pun menurunkan celana dan menunjukkan "burung" bekas disunat kepada petugas. Dari sini, mereka percaya bahwa Snouck beragama Islam. Maka, masuklah dia ke Makkah dan menjadikannya sebagai ilmuwan Eropa pertama yang tiba di Tanah Suci.
Selama di Makkah, Snouck sukses menyamar sebagai ilmuwan Muslim. Dia mengambil banyak bahan penelitian terkait Islam. Namun, keberadaannya di Makkah hanya 6 bulan. Dia diusir otoritas terkait yang mendapat laporan bahwa dia melakukan penyamaran. Alias memalsukan status Islam.
Meski begitu, Snouck tetap merampungkan penelitian. Kelak, dia menjadi penasihat khusus pemerintah Belanda untuk mempelajari kehidupan umat Muslim di Indonesia. Pada 1890-an, dia tinggal di kota-kota Indonesia, dari Aceh hingga Jakarta, untuk memberi saran "menangani" umat Muslim Indonesia.
(mfa)
Saksikan video di bawah ini: