REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melalui para penyuluh agama menggelar program bersih-bersih rumah ibadah lintas iman di berbagai daerah di Indonesia dalam menyambut Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026. Kegiatan yang dilakukan serentak pada Rabu (24/12/25) ini menjadi bagian dari upaya menghadirkan layanan keagamaan yang berdampak sekaligus memperkuat kerukunan umat beragama.
Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kemenag, Lubenah menjelaskan, rumah ibadah memiliki fungsi strategis, tidak hanya sebagai pusat ritual keagamaan, tetapi juga ruang sosial, edukatif, dan kultural bagi umat.
Karena itu, kebersihan dan kenyamanan rumah ibadah menjadi prasyarat penting dalam menciptakan kekhusyukan beribadah sekaligus saling menghormati antarumat beragama.
“Rumah ibadah di Indonesia didominasi masjid dan musala, disusul gereja, pura, vihara, dan kelenteng. Hal tersebut menuntut keterlibatan semua pihak agar rumah ibadah terawat dan berfungsi optimal bagi masyarakat,” ujarnya dalam siaran persnya, Jumat (25/12/2025).
Menurut Lubenah, program bersih-bersih rumah ibadah menjelang Nataru juga menjadi bentuk nyata kehadiran negara dalam memastikan ruang ibadah yang bersih, aman, dan nyaman, terutama saat mobilitas masyarakat meningkat. Rumah ibadah bahkan diharapkan dapat menjadi rest area alternatif bagi pemudik, dengan fasilitas parkir dan sanitasi yang memadai.
Ia menambahkan, kegiatan ini sekaligus memperkuat sinergi lintas agama dan lintas elemen, mulai dari penyuluh agama, pengurus rumah ibadah, hingga masyarakat setempat. “Semangat gotong royong dan kepedulian inilah yang terus kami dorong agar kerukunan umat beragama tumbuh dari praktik nyata,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Bina Penyuluh Agama Islam, Jamaluddin M. Marki mengatakan, program bersih-bersih rumah ibadah telah disosialisasikan sejak jauh hari dan digerakkan secara serentak di berbagai daerah. Pelaksanaannya dilakukan melalui kolaborasi penyuluh agama yang tergabung dalam Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI), dengan fokus pada rumah ibadah binaan.
Ia menyebutkan, hampir 900 penyuluh agama telah terlibat aktif dalam program ini dan bergerak di wilayah masing-masing. Sejumlah daerah, seperti Bali, Subang, dan wilayah lainnya, telah melaporkan pelaksanaan kegiatan tersebut kepada tim pusat.
Jamaluddin menjelaskan, kegiatan ini memiliki tiga tujuan utama. Pertama, menyambut Hari Raya Natal, khususnya bagi umat Kristiani. Kedua, menyiapkan rumah ibadah yang bersih dan nyaman menjelang Tahun Baru. Ketiga, menguatkan nilai pengabdian dan pelayanan keagamaan yang relevan dengan semangat Hari Amal Bakti Kementerian Agama.
“Program ini tidak berhenti pada momentum Nataru. Ke depan, penyuluh agama akan terus mengembangkan program-program berbasis rumah ibadah, termasuk menyambut bulan Ramadan dan agenda keagamaan lainnya, dengan pendekatan lintas iman dan kepedulian lingkungan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum IPARI Daloh Abdaloh mengatakan, kegiatan bersih-bersih rumah ibadah dilaksanakan secara lintas iman dan saling mendukung. Dalam praktiknya, penyuluh non-Muslim turut membersihkan masjid, sementara penyuluh Muslim ikut membersihkan gereja, vihara, dan rumah ibadah lainnya.
Menurut Daloh, praktik tersebut menjadi wujud konkret tumbuhnya toleransi dan saling menghormati di tengah masyarakat. “Kerukunan tidak hanya disampaikan melalui ceramah, tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata, bekerja bersama merawat rumah ibadah,” ujarnya.

4 hours ago
3












































