Pantesan India Marah,10 Barang Ekspor RI Ini Bikin Hindustan Tekor

1 week ago 10

Jakarta,CNBC Indonesia- Hubungan dagang Indonesia dan India tengah dalam sorotan. Negeri Bollywood ini dikabarkan mulai gerah dengan surplus perdagangan Indonesia yang terus membengkak.

Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari-November 2024, surplus perdagangan Indonesia dengan India menembus US$ 12,3 miliar. Angka ini meningkat 4,72% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari berbagai komoditas yang diekspor ke India, dua di antaranya menjadi penyumbang terbesar surplus perdagangan RI, yakni minyak kelapa sawit (CPO) dan batu bara.

Batu Bara

Batu bara menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia ke India. Pada tahun 2024, volume ekspor batu bara ke India mencapai 108,07 juta ton dengan nilai US$6,25 miliar atau sekitar Rp102,34 triliun. Meskipun volume ekspor hanya menurun tipis sebesar 0,79%, nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 13,93% dibandingkan tahun sebelumnya.

Minyak Kelapa Sawit (CPO)

Minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) juga menjadi andalan ekspor Indonesia ke India. Namun, pada tahun 2024, ekspor CPO ke India mengalami penurunan sebesar 21,05% secara volume dan 13,7% secara nilai dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan perdagangan dan persaingan dengan negara lain seperti Malaysia.

Bagi India, defisit perdagangan ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, negara tersebut sangat bergantung pada pasokan CPO dan batu bara dari Indonesia. Namun, dengan neraca dagang yang terus timpang, pemerintah India mulai menerapkan berbagai kebijakan pembatasan, termasuk tarif bea masuk yang lebih tinggi dan pembatasan kuota impor.

Situasi ini tentu memicu perdebatan di kalangan pelaku industri India. Di satu sisi, mereka membutuhkan pasokan stabil dengan harga kompetitif, sementara di sisi lain, defisit perdagangan yang kian melebar menjadi beban ekonomi.

Selain dua komoditas utama tersebut, dilansir dari BPS, beberapa produk lain juga menyumbang besar terhadap surplus RI dengan India.

Bungkil dan ResiduBungkil dan residu dari industri pertanian juga menjadi komoditas ekspor penting Indonesia ke India. Sepanjang Januari-November 2024, nilai ekspor bungkil dan residu Indonesia ke India mencapai US$ 27,52 juta. Komoditas ini banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak dan memiliki permintaan stabil dari industri peternakan India.

Mentega, Minyak Makan, Roti dan Kue

Cukup mengejutkan, selain komoditas primer ternyata ada yang mencatatkan angka ekspor signifikan yaitu roti dan kue. Sepanjang Januari-November 2024, nilai ekspor produk ini ke India mencapai US$ 32,47 juta.

Ada juga ekspor minyak makan yang mencapai US$ 33.694.583 Dengan nilai FOB yang jauh lebih tinggi ada Mentega yang mencapai angka US$ 256.194.820. 

Permintaan tinggi ini mencerminkan semakin berkembangnya industri makanan di India, terutama dengan meningkatnya konsumsi produk bakery yang lebih variatif.

Produk Pertanian Lainnya

Selain CPO, Indonesia juga mengekspor berbagai produk pertanian lainnya ke India, seperti tanaman obat dan rempah-rempah yang mencapai US$55.132.801 lalu karet dan kopi yang mencapai US$25.654.275 pada 2024. Meskipun kontribusinya tidak sebesar batu bara atau CPO, komoditas ini tetap berperan dalam meningkatkan surplus perdagangan Indonesia dengan India.

Bubuk Kakao

Untuk komoditas olahan, bubuk kakao asal Indonesia berhasil mencetak angka sebesar US$158.306.349 sebagai produk yang di ekspor ke India di 2024.

Pulp/ Kertas Indonesia

Industri kertas India juga menjadi salah satu konsumen utama produk pulp asal Indonesia. Sepanjang Januari-November 2024, ekspor pulp Indonesia ke India tercatat mencapai US$ 185,78 juta. Bahan baku ini sangat dibutuhkan oleh industri kertas dan kemasan di India, terutama seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap produk ramah lingkungan.

Meski surplus dagang ini menguntungkan Indonesia, pemerintah harus tetap waspada terhadap potensi pembatasan perdagangan dari India. Sebab, jika India benar-benar mengurangi ketergantungannya pada ekspor Indonesia, nilai perdagangan bilateral kedua negara bisa terancam dalam jangka panjang.

Untuk saat ini, Indonesia masih menikmati keuntungan dari tingginya permintaan India. Namun, ke depan, diversifikasi pasar ekspor menjadi langkah penting agar tidak terlalu bergantung pada satu negara mitra dagang.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research