- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam, IHSG terbang sementara rupiah jalan di tempat
- Wall Street pesta pora jelang libur Thanksgiving
- Insentif liburan hingga data ekonomi luar negeri akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, Bursa saham terbang sementara rupiah jalan di tempat.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
Pasar saham berpesta pora usai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level psikologis baru di 8.600 pada perdagangan kemarin, Rabu (26/11/2025). IHSG ditutup menguat 0,94% di level 8.602,13. Level ini menjadi kenaikan tertinggi sepanjang masa alias All Time High (ATH) dan pertama kalinya IHSG berhasil menembus level psikologis 8.600.
a
Nilai transaksi mencapai Rp 26,65 triliun, melibatkan 53,37 miliar saham dalam 2,68 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun naik menjadi Rp 15.711 triliun.
Pada perdagangan kemarin, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali menjadi saham dengan total nilai transaksi Rp 9,38 triliun. Seiring dengan tebalnya nilai transaksi tersebut, saham BUMI naik 10,17% ke level 260.
Mengutip Refinitiv, nyaris seluruh sektor berada di zona hijau dan hanya properti yang turun 0,31%.
Sektor kesehatan dan energi memimpin penguatan dengan kenaikan 2,38% dan 2,12%. Kemudian bahan baku dan teknologi, masing-masing naik 1,01% dan 0,85%.
Adapun selain BUMI, sejumlah saham yang menjadi penggerak utama IHSG adalah PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Capital Financial Indonesia Tbk (CASA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Astra International Tbk (ASII).
DSSA menyumbang 14,05 indeks poin, CASA 12,46 indeks poin, TLKM 7,69 indeks poin, ASII 6,42 indeks poin, dan BUMI 6,05 indeks poin.
Selain itu satu yang menopang indeks adalah lonjakan saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada sesi 2 hari ini. SMGR mendadak lompat 16,08% ke level Rp 2.960. Lompatan saham SMGR diiringi dengan volume pembelian besar di level Rp2.500 dan Rp 2.800. SMGR tercatat menyumbang 3,16 indeks poin.
Di tengah rekor baru IHSG, hingga akhir perdagangan sesi 1, asing lebih banyak melakukan penjualan dibandingkan membeli atau terjadi net outflow sebesar Rp 394,9 miliar. Total nilai penjualan oleh investor asing sekitar Rp 3,9 triliun, sementara nilai pembelian oleh investor asing sekitar Rp 3,5 triliun.
Mengutip data Ipot, saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang paling banyak dijual oleh asing dengan nilai masing-masing Rp 241,7 miliar dan Rp 157,7 miliar.
Sementara saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menjadi saham yang paling banyak diburu oleh asing yaitu masing-masing senilai Rp 150,1 miliar dan Rp 113,8 miliar.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (26/11/2025) stagnan alias tidak berubah di posisi Rp16.655/US$1. Meski sempat dibuka menguat 0,15% ke level Rp16.630/US$, rupiah gagal mempertahankan momentum positif tersebut dan bergerak terbatas sepanjang perdagangan di rentang Rp16.630-Rp16.680/US$.
Sentimen pergerakan rupiah pada perdagangan kemarin tidak lepas dari dinamika pasar global yang kembali mendorong penguatan dolar AS. Sejumlah data ekonomi AS yang dirilis lebih lemah dari ekspektasi pada Selasa kemarin sebenarnya memperkuat spekulasi pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pada pertemuan Desember mendatang. Namun, sentimen dovish tersebut belum cukup untuk mengangkat aset non dolar.
Data penjualan ritel AS tumbuh di bawah ekspektasi, indeks harga produsen (PPI) sesuai perkiraan, sementara kepercayaan konsumen November turun akibat meningkatnya kekhawatiran masyarakat terkait kondisi ketenagakerjaan dan keuangan rumah tangga.
Di sisi lain, pasar kini kian yakin terhadap jalur kebijakan The Fed yang lebih dovish. Ekspektasi pemangkasan suku bunga 25 bps pada Desember meningkat menjadi sekitar 85%. Investor juga memperkirakan arah kebijakan moneter akan lebih longgar seiring kemungkinan pemilihan ketua The Fed yang baru dengan pandangan yang lebih dovish.
Meski demikian, kombinasi rebound dolar AS dan sikap wait and see pelaku pasar jelang keputusan The Fed di Desember mendatang, membuat rupiah gagal mempertahankan penguatan di sepanjang perdagangan hari ini.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (26/11/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat 0,53% di level 6,1288%.
Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Pages















































