Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas berhasil menembus level di atas US$3.000 per troy ons, meskipun pada akhirnya harus kembali ke level psikologis US$2.900 per troy ons. Emas akan menghadapi pekan yang sangat menentukan pekan ini karena bank sentral Amerika Serikat (AS) Teh Federal Reserve (The Fed) akan memutuskan suku bunga.
Permintaan terhadap safe haven yang meningkat akibat ketidakpastian global memicu kenaikan harga emas. Pelaku pasar kini menunggu apakah keputusan The Fed akan berakhir bahagia atau suram bagi mereka.
Pada perdagangan hari ini Senin (17/3/2025) hingga pukul 06.21 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,24% di posisi US$2.991,49 per troy ons.
Sementara pada perdagangan sebelumnya Jumat (14/3/2025), harga emas dunia di pasar spot melemah 0,11% di level US$2.984,42 per troy ons. Pelemahan terjadi usai harga emas dunia mencetak rekor harga tertinggi intraday sepanjang masa di level US$3004,86 per troy ons.
Harga emas menembus batas utama US$3.000 per troy ons pada perdagangan Jumat untuk pertama kalinya karena investor berbondong-bondong mengikuti reli bersejarah aset safe haven untuk mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh perang tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
"Lonjakan emas melewati batas US$3.000 per troy sons didorong oleh investor yang mencari aset safe haven mengingat kekacauan Trump di pasar saham," ujar Tai Wong, pedagang logam independen, kepada Reuters.
Secara tradisional, emas dipandang sebagai tempat penyimpanan nilai yang aman selama kekacauan geopolitik, emas batangan telah naik hampir 14% sepanjang tahun ini, sebagian didorong oleh kekhawatiran atas dampak tarif Trump dan aksi jual yang diakibatkannya di pasar saham.
"Pengelola uang aset riil, khususnya di Barat, membutuhkan pasar saham yang kuat dan ketakutan perlambatan ekonomi untuk kembali ke emas dan itu sedang terjadi sekarang," ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.
Harga emas juga telah didukung oleh permintaan bank sentral, dengan pembeli utama China yang menambah cadangan emas batangannya untuk bulan keempat berturut-turut pada bulan Februari.
"Bank sentral melanjutkan akuisisi emas pada level rekor, berusaha untuk melakukan diversifikasi dari dolar AS yang semakin bergejolak," ujar CEO GoldCore, David Russell.
Ekspektasi pelonggaran moneter oleh The Federal Reserve (The Fed) AS juga telah membantu emas dengan imbal hasil nol, dengan para pedagang bertaruh pada pemotongan untuk bulan Juni.
"Ada alasan bagus mengapa permintaan investasi emas kemungkinan akan tetap kuat, meningkatnya risiko geopolitik dan geoekonomi, ekspektasi inflasi yang lebih tinggi, suku bunga yang berpotensi lebih rendah, dan ketidakpastian yang dirasakan pasar," ujar Juan Carlos Artigas, kepala penelitian global di World Gold Council.
Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah catatan bahwa ada risiko kenaikan pada skenario kasus dasar bahwa emas akan mencapai U$3.100 per troy ons pada akhir tahun 2025 dan akan berada di kisaran US$3.100-US$3.300 per troy ons, karena ketidakpastian kebijakan AS dapat mendukung permintaan investor.
"Kami percaya bahwa pembelian emas bank sentral akan tetap lebih tinggi secara struktural daripada sebelum pembekuan cadangan bank sentral Rusia pada tahun 2022. Kami pikir ini akan terjadi bahkan setelah potensi gencatan senjata Rusia-Ukraina," tambah Goldman Sachs.
Berharap The Fed
Pergerakan emas pekan ini akan sangat ditentukan oleh keputusan suku bunga. Pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed akan memutuskan suku bunga acuan. The Fed sendiri menahan suku bunga di level 4,25-4,5% pada Januari.
Jika The Fed memangkas suku bunga maka ini akan menjadi berkah buat emas. Namun, jika The Fed kembali mengirim sikap hawkish emas bisa terjerembab.
Pemangkasan suku bunga akan membuat dolar AS melemah dan imbal hasil melandai, demikian sebaliknya.
Penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury berdampak negatif ke emas. Pembelian emas dikonversi ke dolar sehingga kenaikan dolar AS membuat emas menjadi makin mahal untuk dibeli sehingga mengurangi pembelian.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
Pelemahan dolar AS dan imbal hasil US Treasury berdampak positif ke emas. Pembelian emas dikonversi ke dolar sehingga melemahnyadolar AS membuat emas menjadi makin murah untuk dibeli sehingga pembelian meningkatl
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga melemahnya imbal hasil US Treasury membuat emas menarik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)