Laba BNI Turun 7,24 Persen, Fundamental Tetap Kuat Berkat Efisiensi dan Digitalisasi

7 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp15,12 triliun hingga akhir September 2025, turun 7,24 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp16,3 triliun. Meski begitu, fundamental perseroan tetap solid berkat efisiensi pendanaan dan penguatan transformasi digital.

Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan menegaskan, strategi penguatan kualitas portofolio dan disiplin efisiensi pendanaan membuat BNI tetap tangguh menghadapi volatilitas ekonomi global. “Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Putrama dalam keterangan tertulis, Jumat (24/10/2025).

Rasio permodalan BNI tetap kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) 21,1 persen dan Tier-1 Capital yang solid. Likuiditas juga aman dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 86,9 persen, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4 persen, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1 persen.

Kualitas aset terjaga di tengah ekspansi kredit. Non Performing Loan (NPL) gross berada di level 2 persen, sementara Loan at Risk (LAR) membaik ke 10,4 persen. Manajemen risiko yang kuat dinilai menjadi kunci BNI menjaga kualitas aset di tengah tekanan global.

Hingga akhir September 2025, penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp812,2 triliun. Pertumbuhan merata di seluruh segmen bisnis, terutama kredit korporasi yang naik 12,4 persen menjadi Rp450,7 triliun serta kredit UMKM non-KUR yang meningkat 13,9 persen menjadi Rp46,3 triliun.

Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menuturkan, portofolio kredit kini lebih berimbang di seluruh segmen. “Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang, baik korporasi, menengah, maupun UMKM, menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong sektor produktif,” ujarnya.

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 21,4 persen YoY menjadi Rp934,3 triliun. Komposisi dana murah (current account saving account/CASA) juga meningkat 13,3 persen YoY menjadi Rp613,4 triliun, memperkuat struktur pendanaan sekaligus menekan biaya dana (cost of fund).

Direktur Treasury & International Banking BNI Abu Santosa Sudradjat menyampaikan, digitalisasi menjadi pendorong utama pertumbuhan CASA dan fee income. “Strategi digital transaction banking yang agresif mendorong pertumbuhan CASA yang lebih sustain dan fee income yang konsisten,” jelas Abu.

Aplikasi wondr by BNI mencatat lonjakan pengguna dari 2,8 juta pada September 2024 menjadi 10,5 juta per September 2025. Nilai transaksi mencapai Rp783 triliun dengan 866 juta transaksi, sedangkan kanal BNIdirect untuk segmen korporasi membukukan transaksi Rp8.080 triliun, tumbuh 26,7 persen YoY.

Dari sisi ketahanan keuangan, BNI memperkuat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) hingga Rp34,7 triliun dengan rasio cakupan kredit bermasalah (NPL coverage ratio) 222,7 persen. Langkah ini mencerminkan kehati-hatian BNI dalam menjaga profil risiko tetap sehat.

BNI juga terus memperluas pembiayaan berkelanjutan melalui penerbitan Sustainability Bond untuk proyek ramah lingkungan dan sosial ekonomi UMKM. Direktur Risk Management BNI David Pirzada menyebut, portofolio pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp192,4 triliun atau 24 persen dari total kredit. “Kami ingin memastikan pembiayaan tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan,” kata David.

Meski laba menurun, pencapaian tersebut menunjukkan ketahanan bisnis BNI di tengah tekanan margin bunga dan penyesuaian cadangan risiko. Dengan penguatan digitalisasi dan efisiensi biaya dana, BNI optimistis mampu menjaga profitabilitas berkelanjutan.

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research