Kenali Child Grooming: Bahaya Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai

19 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Child grooming adalah proses di mana seorang dewasa membangun hubungan dengan anak, mendapatkan kepercayaan, dan menempatkan dirinya dalam posisi berkuasa untuk tujuan eksploitasi. Grooming dapat terjadi secara online, di organisasi, atau di tempat umum.

Menurut NSPCC Learning, grooming bisa dilakukan oleh orang asing atau seseorang yang dikenal korban, seperti keluarga, teman, atau profesional. Pelaku biasanya menggunakan berbagai teknik untuk mendapatkan kepercayaan anak, termasuk memberikan perhatian khusus, hadiah, atau menjanjikan sesuatu yang menarik bagi anak.

Tanda-tanda Grooming
Grooming sering kali sulit dikenali karena pelaku membuat anak percaya bahwa hubungan mereka normal atau bahkan menguntungkan. Berikut beberapa tanda anak yang sedang mengalami grooming:

- Perubahan perilaku mendadak, seperti lebih banyak atau lebih sedikit waktu online.
- Sering pergi tanpa alasan jelas atau menghilang dari rumah/sekolah.
- Bersikap tertutup tentang aktivitasnya, terutama di dunia maya.
- Memiliki hadiah yang tidak dapat dijelaskan asal-usulnya.
- Mulai mengkonsumsi alkohol atau narkoba.
- Berhubungan dengan seseorang yang jauh lebih tua.
- Menggunakan bahasa seksual yang tidak sesuai dengan usianya.

Bagaimana Groomers Bekerja?

Groomers menggunakan berbagai strategi untuk membuat anak merasa terjebak, seperti:

- Membangun Kepercayaan: Menyamar sebagai teman sebaya, memberikan perhatian, atau berperan sebagai mentor.
- Memanipulasi dan Mengisolasi: Memisahkan anak dari keluarga atau teman, membuat mereka merasa tergantung pada pelaku.
- Menggunakan Rahasia dan Ancaman: Memaksa anak untuk merahasiakan hubungan mereka, menggunakan ancaman atau rasa bersalah untuk mengontrol anak.

Grooming Online dan Eksploitasi Digital

Di era digital, grooming semakin marak terjadi melalui media sosial, aplikasi pesan instan, dan platform game online. Pelaku bisa dengan mudah menyamar, berpura-pura memiliki kesamaan minat dengan korban, dan secara bertahap membangun hubungan yang berbahaya.

Grooming tidak selalu berujung pada pertemuan langsung. Banyak kasus di mana anak dipaksa melakukan aktivitas seksual secara daring atau dimanipulasi untuk berbagi konten eksplisit.

Melindungi Anak dari Grooming
Meningkatkan kesadaran masyarakat adalah langkah penting dalam mencegah grooming. Orang tua dan pendidik perlu mengajarkan anak tentang hubungan yang sehat, kesadaran digital, serta cara mengenali tanda-tanda grooming.

Jika mencurigai seorang anak menjadi korban grooming, segera cari bantuan profesional dan laporkan kepada pihak berwenang. NSPCC menekankan bahwa anak yang melaporkan grooming harus didukung dan diyakinkan bahwa mereka tidak bersalah dalam situasi tersebut.

Masyarakat juga diimbau untuk lebih waspada terhadap tanda-tanda grooming dan bekerja sama dalam melindungi anak-anak dari bahaya eksploitasi yang tersembunyi.

Dampak Child Grooming dikutip dari website RS Siloam:

Child grooming pada dasarnya bisa mempengaruhi kesehatan mental anak dalam jangka panjang. Dampak yang muncul cenderung beragam, tergantung pada keadaan korban secara keseluruhan. Namun, beberapa dampak dan bahaya child grooming yang perlu diwaspadai, di antaranya:

- Trauma emosional hingga meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan mental, seperti depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD), gangguan kecemasan, dan lain sebagainya.
- Kesulitan untuk mempercayai orang lain di masa depan.
- Kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang sehat dengan orang lain.
- Gangguan perkembangan emosional dan sosial, seperti menunjukkan perilaku regresif, kehilangan minat terhadap aktivitas yang dulunya disukai, atau mengalami gangguan belajar.
- Meningkatkan risiko penyalahgunaan NAPZA ketika beranjak dewasa.
- Gangguan makan dan tidur.
- Kesulitan konsentrasi di sekolah hingga penurunan prestasi.
- Memiliki kecenderungan untuk melakukan isolasi sosial hingga keinginan bunuh diri.

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research