- Bank Sentral Eropa memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dan diperkirakan akan dipangkas lagi pada pertemuan Maret
- Ekonomi Amerika Serikat pada kuartal empat diperkirakan tumbuh tapi melambat
- Donald Trump segera umumkan tarif impor ting untuk barang dari Kanada dan Meksiko
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia gugup dalam menghadapi keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed. Baik pasar saham maupun nilai tukar rupiah berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin (30/1/2025).
Sementara pada perdagangan hari ini, pasar keuangan Indonesia kembali mendapatkan sentimen kuat dari rilis data-data di AS, di mana merupakan faktor penting dalam pengambilan kebijakan suku bunga oleh The Fed. Sehingga diprediksi akan membuat pasar saham dan nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif.
Adapun beragam sentimen penggerak pasar hari ini akan diulas di halaman tiga beserta agenda-agenda yang ada di halaman empat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks utama pasar saham, ditutup merana pada akhir perdagangan Kamis (30/1/2025). IHSG ditutup merosot 1,29% ke posisi 7.073,48. IHSG pun terkoreksi kembali mendekati level psikologis 7.000.
Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 12,07 triliun dengan melibatkan 18,46 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,23 juta kali. Sebanyak 200 saham menguat, 383 saham melemah, dan 312 saham stagnan.
Secara sektoral, hampir semua sektor melemah, di mana paling dalam utilitas dan properti. Masing-masing sektor ambruk 4,61% dan 2,72% pada perdagangan kemarin.
Di sisi lain, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup anjlok 0,53% di angka Rp16.255/US$ pada Kamis (30/1/2025). Depresiasi ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan Jumat lalu (24/1/2025) yang menguat 0,65%.
Pelemahan rupiah dan IHSG terjadi setelah The Fed memutuskan untuk menyudahi tren pemangkasan suku bunga yang terjadi selama tiga pertemuan beruntun.
Dini hari tadi, The Fed menahan suku bunga ini diputuskan pada awal tahun di rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) pertama The Fed sejak Presiden Donald Trump memimpin kembali AS.
Keputusan The Fed ini juga berbanding terbalik dengan keinginan Trump yang menginginkan suku bunga rendah.
"Kami merasa tidak perlu terburu-buru untuk melakukan penyesuaian apa pun. Saat ini, kami merasa kami berada di posisi yang sangat baik. Kebijakan ini sudah diposisikan dengan baik dan ekonomi berada dalam posisi yang cukup baik." tutur Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai menggelar rapat FOMC, dikutip dari CNN International.
Hal ini membuat DXY masih berada di level yang cukup tinggi dan akhirnya menekan rupiah. Sementara itu harapan para investor untuk melihat The Fed lebih agresif memangkas suku bunga sepanjang tahun ini juga sirna.
Melansir perangkat Fedwatch para pelaku pasar melihat peluang The Fed untuk memangkas suku bunga pada tahun ini hanya terjadi sekali yakni pada pertemuan Juni sebesar 25 basis poin menjadi 4,00% - 4,25%.
Pages