Iran dan AS: 70 Tahun Drama Cinta-Benci, dari Sahabat Jadi Musuh Abadi

1 week ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) resmi melancarkan serangan militer terhadap tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan pada Sabtu (21/6/2025), menggunakan bom bunker buster. Operasi ini menandai eskalasi langsung konflik antara Iran dan AS, setelah sebelumnya Iran telah banyak terlibat dalam perang besar melalui proksi.

Sepanjang beberapa dekade terakhir, Iran sering menghadapi tekanan militer dan diplomatik dari AS, namun belum pernah sampai terjadi serangan terbuka terhadap fasilitas nuklirnya.

Serangan pada Sabtu (21/6/2025), menjadi momen bersejarah, tepatnya pembuktian apakah "perang bayangan" kini berubah menjadi konflik langsung.

Serangan ini bukan tanpa konsekuensi. Pemerintah Iran menyatakan akan membalas tindakan tersebut, sementara AS menyebut operasi ini sebagai langkah preventif untuk menghentikan kemajuan nuklir Iran dan menegaskan niatan diplomatik bila Iran memilih perdamaian. 

Kudeta 1953 & Revolusi 1979

Permusuhan bermula pada 1953, ketika CIA membantu menggulingkan Perdana Menteri Iran, Mohammad Mossadeq, yang menasionalisasi industri minyak.

Kudeta itu mengembalikan kekuasaan Shah Mohammad Reza Pahlavi yang pro-Barat, namun sangat tidak populer di dalam negeri. Dukungan AS terhadap Shah menjadi pemicu utama Revolusi Iran tahun 1979, yang menjadikan Iran sebagai republik Islam di bawah Ayatollah Khomeini dan secara terbuka menentang dominasi AS di Timur Tengah.

Puncak ketegangan awal terjadi saat krisis penyanderaan di Kedutaan Besar AS di Teheran (1979-1981), yang mendorong pemutusan hubungan diplomatik dan pemberlakuan sanksi ekonomi.

foto/ Pangeran Iran Reza pahlevi/ APNews.comFoto: foto/ Pangeran Iran Reza pahlevi/ APNews.com
foto/ Pangeran Iran Reza pahlevi/ APNews.com

Perang Iran-Irak (1980-1988)

Perang Iran-Irak menjadi salah satu konflik paling berdarah di Timur Tengah pada abad ke-20. Iran menghadapi invasi dari Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein, yang khawatir revolusi Islam Iran akan menyebar ke dalam negeri.

Meski Amerika Serikat tidak terlibat langsung di medan perang, Washington memberikan dukungan intelijen, senjata, dan logistik kepada Irak sebagai bagian dari upaya menahan pengaruh revolusioner Iran di kawasan.

Perang berlangsung selama delapan tahun tanpa kemenangan yang jelas bagi kedua belah pihak, namun menimbulkan korban jiwa yang sangat besar dan kerusakan ekonomi yang parah.

Iran memanfaatkan konflik ini untuk membangun narasi perlawanan terhadap kekuatan asing dan memperkuat ideologi revolusinya. Bagi AS, dukungan terhadap Irak saat itu mencerminkan strategi real politik demi menjaga keseimbangan kekuatan regional dan melindungi kepentingan minyak di Teluk.

FILE - In this Oct. 24, 1988 file photo, Iraqi President Saddam Hussein, center, greets President Hosni Mubarak, left, and Palestinian Liberation Organization Chairman Yasser Arafat for talks aimed at a coordinated Arab position on Middle East peace, in Baghdad, Iraq. Egypt's State TV said Tuesday, Feb. 25, 2020, that Mubarak, who was ousted in the 2011 Arab Spring uprising, has died at 91. Mubarak ruled the most populous Arab country for nearly three decades, serving as a loyal U.S. ally against Islamic militancy and assisting regional peace efforts. But his autocratic rule grew increasingly unpopular in his later years, and he was forced to resign on Feb. 11, 2011, after 18 days of mass protests. (AP Photo, File)Foto: Potret Perjalanan Husni Mubarak (AP Photo, File)
FILE - In this Oct. 24, 1988 file photo, Iraqi President Saddam Hussein, center, greets President Hosni Mubarak, left, and Palestinian Liberation Organization Chairman Yasser Arafat for talks aimed at a coordinated Arab position on Middle East peace, in Baghdad, Iraq. Egypt's State TV said Tuesday, Feb. 25, 2020, that Mubarak, who was ousted in the 2011 Arab Spring uprising, has died at 91. Mubarak ruled the most populous Arab country for nearly three decades, serving as a loyal U.S. ally against Islamic militancy and assisting regional peace efforts. But his autocratic rule grew increasingly unpopular in his later years, and he was forced to resign on Feb. 11, 2011, after 18 days of mass protests. (AP Photo, File)

Operation Praying Mantis (1988) 

Setelah fregat AS terkena ranjau Iran, Angkatan Laut AS meluncurkan serangan besar terhadap kapal perang dan platform minyak Iran. Inilah satu-satunya bentrokan militer terbuka langsung antara kedua negara.

Serangan ini menghancurkan beberapa kapal Iran dan merusak infrastruktur minyaknya, hal ini sekaligus mengirim sinyal tegas bahwa AS tidak akan ragu menggunakan kekuatan militer untuk melindungi kepentingannya di kawasan Timur Tengah. Operasi ini juga menjadi titik krusial menjelang akhir perang Irak-Irak. 

Krisis Sandera 1979 & Balas Dendam Sanksi

Penyerbuan Kedutaan Besar AS di Teheran dan penyanderaan 52 diplomat selama 444 hari memicu pemutusan hubungan diplomatik. Sejak itu, hubungan AS-Iran bergeser ke arena konfrontasi tak langsung: sanksi ekonomi, diplomasi tekanan, dan operasi rahasia.

Sebagai respons atas insiden tersebut, Amerika Serikat mulai memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi yang semakin diperketat dari waktu ke waktu, menargetkan sektor-sektor penting seperti minyak, perbankan, dan industri militer Iran. 

Perang Proksi: Iran Lawan AS Lewat Pihak Ketiga

Di Lebanon, Iran mendukung kelompok Hizbullah yang kerap melancarkan serangan terhadap Israel dan pasukan Barat. Di Irak, Teheran memperkuat milisi Syiah yang selama bertahun-tahun menjadi musuh pasukan AS pasca-invasi 2003. Sementara di Suriah, Iran berada di kubu pendukung rezim Bashar al-Assad yang berseberangan dengan kelompok oposisi pro-Barat.

Di Yaman, Iran memberi dukungan kepada kelompok Houthi yang tengah berkonflik dengan koalisi pimpinan Arab Saudi-sekutu utama AS di kawasan. Pola dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok ini mencerminkan strategi geopolitik Teheran untuk melawan pengaruh AS dan sekutunya secara tidak langsung, sambil memperluas pengaruhnya di kawasan melalui aliansi ideologis dan militer.

Pembunuhan Qassem Soleimani (2020) 

Qassem Soleimani, jenderal paling berpengaruh Iran, dibunuh AS di Baghdad. Iran membalas dengan serangan rudal ke pangkalan AS di Irak. Ketegangan ini hampir memicu perang terbuka.

Insiden ini memicu gelombang protes anti AS di Iran dan memperdalam sentimen nasionalis di dalam negeri. Dunia internasional pun menyoroti potensi eskalasi menjadi perang terbuka antara dua kekuatan besar ini. Meski konlflik berskala penuh berhasil dihindari, pembunuhan Soleimani memperkuat komitmen Iran untuk terus melawan pengaruh Amerika Serikat melalui jalur militer dan diplomatik di kawasan. 

Amerika Iran, dari Sahabat ke Musuh Bebuyutan

Iran dan Amerika pernah bersahabat erat selama lebih dari dua dekade sebelum 1979. Pada 1950an atau 70 tahun lalu, mereka sangat bersahabat. Namun persahabatan itu berubah total jadi permusuhan yang panjang hingga hari ini.

Pada era 1950an hingga 1979 atau era Shah Iran, Iran adalah sahabat AS. Setelah kudeta 1953 yang didukung CIA dan Inggris, Shah Mohammad Reza Pahlavi kembali berkuasa. AS menjadi pendukung utama Shah, memberikan bantuan militer, ekonomi, dan intelijen besar-besaran.

Iran di era Shah dikenal sebagai sekutu utama AS di Timur Tengah, terutama untuk menahan pengaruh Uni Soviet.

Amerika membantu Iran membangun ekonomi modern, militer kuat, dan bahkan program nuklir sipil pertama Iran (melalui program Atoms for Peace).

Kedetakan mereka mencapai puncaknya dengan Iran menjadi pemasok minyak penting bagi AS dan sekutu Barat. Banyak perusahaan AS berinvestasi di Iran (minyak, infrastruktur, pertahanan).

Militer Iran dilengkapi peralatan tercanggih buatan AS (F-14 Tomcat, sistem radar, senjata).

Persahabatan berakhir saat meletusnya Revolusi Islam 1979 menggulingkan Shah.

Iran berubah menjadi Republik Islam anti-Barat di bawah Ayatollah Khomeini. Krisis sandera di Kedubes AS di Teheran (1979-1981) menandai permusuhan terbuka dan memutus hubungan diplomatik.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research