UNTR Punya Mesin Cuan Baru, Tak Lagi Andalkan Batu Bara

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten anak usaha grup Astra yang bergerak di bidang alat berat, PT United Tractors Tbk (UNTR) pada tahun ini mendapatkan berkah dari reli harga emas.

Berkah reli harga emas tercermin dari pendapatan yang diperoleh UNTR dari segmen logam mulia melesat 59,7% secara tahunan (yoy), nyaris mencapai Rp7 triliun pada semester I/2025.

Pendapatan segmen emas yang naik ini didukung oleh peningkatan harga dan volume penjualan dari tambang emas PT Agincourt Resources dan PT Sumbawa Jutaraya.

Sayangnya, berkah itu belum terlalu diapresiasi oleh pergerakan harga saham-nya. Kami memantau sampai perdagangan saham UNTR per Senin (15/9/2025) masih jauh ketinggalan dari saham-saham emiten emas lain sejak awal tahun.

Emiten lain sudah reli puluhan hingga ratusan persen, tetapi UNTR malah masih di zona kontraksi, meskipun tipis.

Namun, baru-baru ini UNTR semakin memantapkan memantapkan langkah serius menggarap bisnis logam mulia dengan mengakuisisi tambang emas milik PT J Resources Nusantara Tbk (PSAB). Apakah ini akan menjadi titik balik saham UNTR semakin dilirik sebagai pemilik tambang emas?

UNTR Akuisisi Tambang Emas PSAB

Transaksi akuisisi tambang emas ini dilakukan pada 12 September 2025 dengan nilai perusahaan mencapai US$540 juta atau sekitar Rp8,85 triliun. Dalam transaksi ini, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), anak usaha UNTR, menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat dengan PSAB.

Perjanjian tersebut mencakup pembelian 99,99996% saham PT Arafura Surya Alam (ASA) yang bergerak di bidang pertambangan emas.

Selain itu, PT Energia Prima Nusantara (EPN), anak usaha UNTR lainnya, juga menandatangani perjanjian serupa dengan Jimmy Budiarto. EPN berencana membeli 0,00004% saham ASA serta 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP) yang dimiliki Jimmy, di mana MBP merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki bersama ASA dan Jimmy.

Nilai perusahaan sebesar US$540 juta tersebut mencakup pembelian saham, nilai hutang pemegang saham dari JRN kepada ASA, serta akan disesuaikan dengan kondisi neraca ASA pada saat penyelesaian transaksi. Proses penyelesaian ditargetkan paling lambat pada 23 Desember 2025 atau waktu lain sesuai kesepakatan para pihak.

"Tujuan Rencana Transaksi ini adalah untuk perluasan bisnis Perseroan di bidang mineral," sebagaimana disebutkan dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin, (16/9/2025).

Prospek Segmen Emas UNTR

ASA diketahui mengelola proyek tambang emas Doup yang berlokasi di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara.

Tambang Doup merupakan salah satu aset utama PSAB dengan cadangan emas yang cukup besar, dan direncanakan menjadi tambang emas modern dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 140-155 ribu ons emas.

Jika menggunakan asumsi harga jual rata-rata emas UNTR pada semester I/2025 sebesar US$2.378 per ons dan kurs Rp16.400/USD, maka potensi tambahan pendapatan dari proyek Doup mencapai sekitar Rp5,8 triliun per tahun.

Sebagai perbandingan, kinerja segmen emas UNTR pada semester I/2025 sudah mencatatkan pendapatan Rp6,97 triliun, tumbuh 59,7% yoy dari produksi 182 ribu ons. Dengan basis tahunan, pendapatan segmen emas dari tambang Martabe di Sumatra Utara (~200 ribu ons/tahun) dan Sumbawa (~20 ribu ons/tahun) diperkirakan bisa menghasilkan Rp8-9 triliun.

Masuknya produksi Doup dengan tambahan sekitar 150 ribu ons akan meningkatkan skala segmen emas UNTR menjadi sekitar Rp14-15 triliun per tahun, atau naik lebih dari 60% dibandingkan tanpa akuisisi, sehingga memperkuat kontribusi segmen emas dalam struktur pendapatan konsolidasi UNTR ke depan.

Lantas, Gimana Valuasi UNTR?

Dengan prospek bisnis emas yang dinilai bisa semakin moncer, lantas kalau mau beli saham UNTR saat ini apakah masih murah atau mahal? Mari kita bandingkan valuasi-nya.

Kami mengumpulkan valuasi UNTR dibandingkan peers berdasarkan metrik Price to Book Value (PBV). Disini terlihat bahwa valuasi saham anak usaha grup Astra ini masih diperdagangkan senilai 1,04 kali PBV, termasuk yang termurah di industri.

Namun, perlu dicatat, valuasi UNTR memang murah, tapi kontribusi segmen emas terhadap pendapatan tak sebanyak peers-nya. UNTR juga punya lini usaha yang lebih dominan di segmen alat berat dan batu bara yang saat ini masih lesu.

Meski begitu, UNTR menjadi salah satu emiten segmen emas yang menarik dilirik, lantaran harga saham masih laggard, valuasi masih murah, dan punya story pengembangan bisnis emas yang lebih serius.

Ditambah, secara makro, prospek komoditas logam mulia saat ini masih berada dalam tren naik dan beberapa kali mencetak rekor tertinggi baru. Sentimen positif juga diperkuat oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan dimulai bulan ini, sehingga memberikan harapan harga emas dapat kembali melesat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research