7 Saham Ini Backdoor Listing, Siapa Paling Hebat?

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Setiap perusahaan yang melakukan perubahan dalam bisnisnya, baik berupa diversifikasi produk, pivot model bisnis, merger atau akuisisi, bahkan restrukturisasi selalu punya alasan di balik keputusan tersebut.

Faktor internal terkadang sangat mempengaruhi mulai dari kinerja menurun, dimana produk atau jasa lama sudah tidak relevan, penjualan menurun, atau profit margin menyusut.

Kemudian inovasi dan efisiensi, perusahaan ingin meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, atau memanfaatkan teknologi baru. Hingga visi manajemen baru, pemimpin baru biasanya membawa strategi yang berbeda sesuai arah yang ingin dituju.

Selain faktor internal, perubahan bisnis juga didorong oleh faktor eksternal. Perubahan pasar terjadi dimana selera konsumen bergeser, tren industri berubah, atau muncul kebutuhan baru. Kemudian persaingan meningkat, kompetitor menawarkan produk lebih murah, lebih cepat, atau lebih inovatif.

Teknologi baru, perkembangan digital, AI, otomasi, atau e-commerce memaksa perusahaan beradaptasi. Hingga regulasi pemerintah, kebijakan baru bisa mendorong perusahaan mengubah model bisnis, misalnya regulasi lingkungan.
CNBC Indonesia Research mencatat 7 saham yang melakukan perubahan bisnis hingga backdoor listing, hingga menciptakan multibagger.

IATA

Pada 2006 IATA melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nama PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk, dengan bisnis yang berfokus pada pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara.

Kemudian pada 2021, IATA melakukan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari merubah bisnis menjadi sektor pertambangan batu bara, dan investasi lainnya seperti infrastruktur & migas. Hal ini efek akuisisi sebesar 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR), induk dari sembilan perusahaan tambang batu bara di Musi Banyuasin.

Dan pada 2022, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk resmi mengubah Namanya menjadi PT MNC Energy Investments Tbk.

Saat terjadi aksi akuisisi, harga saham IATA melesat 516% dari Rp50 per lembar saham ke Rp308 per lembar saham pada 12 April 2022.

BRPT

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) didirikan oleh Prajogo Pangestu pada 1979. Awalnya bergerak utama di bisnis perkayuan, perusahaan nama lamanya adalah Barito Pacific Timber. Sayangnya, bisnis kayu perkayuan mulai menurun tajam. Beberapa pabrik kayu ditutup antara tahun 2004 hingga 2007.

Akhirnya pada 2007, rencana perubahan nama dari Barito Pacific Timber menjadi Barito Pacific. Juga perubahan maksud dan tujuan perusahaan (tujuan usaha), untuk keluar dari dominasi bisnis kayu/timber ke usaha lain (diversifikasi). Dan masih ditahun yang sama, perusahaan fokus ke sektor petrokimia & energi mulai dijalankan, hal ini berlangsung 2007-2008.

Dan pada 2011, Laporan menunjukkan kontribusi bisnis petrokimia yang sangat besar sekitar 99,5% terhadap pendapatan bisnis perkayuan, properti, dan kehutanan sudah sangat kecil. Akhirnya pada Juni 2018, perseroan melakukan akuisisi 66,67% saham Star Energy Geothermal ("SEG"), memasukkan unit panas bumi geothermal ke portofolio perusahaan. Yang kini jadi anak usaha dari PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Pada 2019, perseroan melakukan aksi korporasi seperti stock split untuk meningkatkan likuiditas saham.

Dan hingga saat ini BRPT semakin menguatkan lini bisnis non-kedua yaitu downstream ekspansi petrokimia, energi terbarukan (renewables, panas bumi), akuisisi aset kimia regional seperti SECP atau Aster Chemicals, dan memperluas kapasitas infrastruktur petrokimia.

Saham BRPT pun mencetak All Time High (ATH) pada 1 Agustus 2025 di level Rp2.850 per lembar saham. Dalam 5 tahun terakhir saham BPRT telah melesat 184%.

DKFT

Pada 1995, pendirian perusahaan dengan nama PT Duta Kirana Finance. Dan pada 1997, perusahaan melakukan listing saham di Bursa Efek Indonesia.

Perseroan pun melakukan perubahan nama pada 2018, nama perusahaan berubah menjadi PT Central Omega Resources Tbk. Kegiatan usaha berubah dari perusahaan pembiayaan menjadi perusahaan pertambangan. Akuisisi beberapa perusahaan pertambangan seperti PT Mulia Pacific Resources (MPR), PT Mega Buana Resources (MBR), PT Bumi Konawe Abadi (BKA).

Pada 2011, perseroan mulai produksi di BKA & MPR tambang‐tambah produksi bijih nikel. Juga peningkatan modal melalui penerbitan HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) senilai sekitar Rp 1 triliun.

Pada 2012, perseroan melakukan akuisisi PT Itamatra Nusantara (IMN). Juga proyek pembangunan smelter bijih nikel lewat kerja sama dengan E-United Grup dari Taiwan, joint venture untuk smelter ferro-nikel senilai US$700 juta.

Dan pada tahun depannya 2013, pendirian PT COR Industri Indonesia (CORII), perusahaan smelter pengolahan FeNi (ferro-nikel).

Pada 2014, kebijakan pemerintah menghentikan ekspor bijih nikel. DKFT mengantisipasi dengan membangun smelter NPI (nickel pig iron) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, kapasitas ~320.000 ton NPI per tahun, investasi sekitar US$300 juta. Juga, mencoba diversifikasi sementara ke bijih besi lewat akuisisi PT Citra Sindo Utama.

Dan pada 2015, Ground breaking proyek smelter tahap-1. Pendirian PT Macrolink Omega Adiperkasa.

Pada 2017 akhir, nnak usaha DKFT (PT Mulia Pacific Resources) memperoleh izin ekspor bijih nikel berkadar rendah (

Berlanjut pada 2023, pengambilalihan saham smelter (PT COR Industri Indonesia) dari anak usaha, bagian saham smelter yang diambil alih oleh DKFT mencapai ~32% dari modal disetor.

Masih ditahun yang sama tepatnya Agustus 2023, perseroan lakukan akuisisi saham tambang nikel (PT Bumi Petra Makmur, BPM) melalui anak usaha yaitu MPR dan MBR sebagai bagian dari strategi penambahan cadangan IUP nikel.

Dan pada 2024-2025, perencanaan akuisisi lebih banyak IUP nikel (unsur ekspansi), menganggarkan kas untuk akuisisi IUP, termasuk rencana akuisisi perusahaan tambang & organisasi yang memproduksi bijih nikel.

Harga saham DKFT sempat memuncak pada 8 Agustus 2025 di level Rp900 per lembar saham. Dalam lima tahun terakhir saham DKFT telah melejit 514%.

DNET

Pada 1995, didirikan dengan nama PT Dyviacom Intrabumi. Dan pada tahun depannya tepatnya September 1996, mulai beroperasi sebagai Internet Service Provider (ISP) dengan merek DNET.

Dan pada 11 Desember 2000, melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta.

Dari tahun 2007 hingga 2012, perseroan memiliki unit usaha pendukung internet / ISP dan jasa IT seperti Dyviacom IT Solution.

Dan pada 2013 perubahan besar terjadi, perseroan melakukan Rights Issue/Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar sekitar Rp 7 triliun. Setelah Rights Issue, perusahaan memfokuskan bisnisnya menjadi investment holding, investasi di sektor ritel/konsumer, bukan ISP utama lagi. Melakukan divestasi terhadap segmen usaha ISP. Dan nerganti nama dari PT Dyviacom Intrabumi, Tbk. menjadi PT Indoritel Makmur Internasional Tbk.

Pada 2014, perseroan membentuk dan mengembangkan anak usaha di bisnis infrastruktur serat optik (fiber optic) lewat PT Mega Akses Persada / FiberStar.

Dan pada 2024-2025, perseroan fokus ekspansi di dua lini utama yaitu Ritel/konsumer (Indomaret, Sari Roti, KFC lewat FAST) sebagai entitas asosiasi/investasi. Dan infrastruktur telekomunikasi atau fiber optic lewat FiberStar, untuk memperluas jaringan, meningkatkan pelanggan, menambah panjang gelaran kabel optik, menyiapkan CAPEX besar.

Saham DNET sempat menyentuh All Time High (ATH) pada 10 September 2024 di level Rp12.825 per lembar saham. Dalam lima tahun terakhir, harga saham DNET telah melesat 172%.

PANI

Pada 2001, perusahaan mulai beroperasi sebagai produsen industri kemasan kaleng (can packaging industry) dengan nama PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk.

Kemudian pada 2017, perseroan melakukan akuisisi PT Windublambangan Sejati, perusahaan yang bergerak dalam pengolahan hasil perikanan dan penyimpanan (freezing / cold storage).

Dan pada 18 September 2018, perseroan melantai di Bursa Efek Indonesia.

Pada 2021, PT Multi Artha Pratama (MAP) mengambil alih sekitar 80% saham PANI, menjadi pemegang saham pengendali. Ini membawa arah usaha ke sektor properti / real estat.

Pada 2022, terdapat aksi korporasi berupa Rights Issue / Penambahan modal dengan HMETD I: PANI menawarkan 13.120 juta saham baru. Aksi korporasi ini bagian dari strategi ekspansi bisnis properti.

Akhirnya pada 2023, pergantian nama secara resmi dari PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk menjadi PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. Dan perubahan usaha secara signifikan dari bisnis cold storage/processed food ke fokus properti dan real estate. Fokus ke penjualan rumah tapak, kavling komersial, ruko/rukan, dan proyek komersial di PIK 2.

Dalam 5 tahun terakhir, saham PANI telah melejit 229.067%. Harga saham PANI sempat memuncak pada 11 Desember 2024 di level Rp19.650 per lembar saham.

PACK

PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (sebelumnya PT Solusi Kemasan Digital), emiten ini terpantau belum lama melantai, baru IPO pada 8 Februari 2023.

Pada 2024, terjadi akuisisi saham pengendali, PT Eco Energi Perkasa (EEP) mengambil alih 49% saham PACK. Indikasi bahwa pemilik kontrol berubah, terkait dengan CNGR Group, perusahaan China.

Nama perusahaan pun diganti dari PT Solusi Kemasan Digital Tbk. menjadi PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk. Modal dasar perusahaan ditingkatkan dari sekitar Rp 49,18 miliar menjadi Rp 3 triliun.

Pada Mei hingga Juni 2025, divestasi bisnis lama yakni perusahaan memutuskan untuk menjual lini usaha kemasan plastik, yaitu seluruh aset & liabilitas terkait plastik kemasan kepada pihak non-afiliasi (PT Kemas Surya Teknovasi), senilai sekitar Rp 70 miliar. Ide di baliknya adalah agar perusahaan bisa fokus ke kegiatan baru. Dari industri percetakan/plastik (kemasan) menjadi holding company dengan fokus pada perdagangan mineral/tambang nikel.

Dalam 5 tahun terakhir, saham PACK telah melesat 1.196%. Harga saham PACK sempat menyentuh level tertinggi pada 16 Juni 2025 di level Rp4.970 per lembar saham.

KRYA

PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) baru melantai pada 25 Juli 2022.

Pada 2023, perseroan masih bergerak sebagai perusahaan konstruksi, mendapatkan beberapa kontrak pembangunan pabrik, gudang, dan proyek konstruksi lainnya seperti proyek Wings Group. Fokus usahanya tetap terhadap konstruksi bangunan komersial/industri.

Dan pada 2025, Rich Step International, bersama konsorsium yang melibatkan PT Green Power Group Tbk (LABA), melakukan proses akuisisi mayoritas saham PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) dengan tujuan mengubah bisnis KRYA menjadi perusahaan yang berfokus pada kendaraan listrik (EV).

Akuisisi ini melibatkan pembelian sekitar 62% saham KRYA dan rencananya akan dilanjutkan setelah RUPS Luar Biasa (RUPSLB) pada 26 Agustus 2025 untuk membahas transaksi tersebut. Setelah akuisisi, KRYA akan memiliki 51% saham perusahaan EV dan akan berinvestasi pada bisnis kendaraan listrik roda dua, tiga, dan empat di Indonesia.

Setelah akuisisi ini, KRYA berencana melakukan Penawaran Umum Terbatas (Right Issue) untuk menghimpun dana Rp200-300 miliar guna mendukung ekspansi ECGO pada 2026. Perseroan menargetkan penjualan gabungan 55.000 unit di pasar ojol dan non-ojol, serta mencapai penjualan kumulatif lebih dari 1 juta unit dalam lima tahun.

Saat terjadinya peruan bisnis, saham KRYA yang sempat tertidur lama di Rp50 per lembar saham akhirnya bangkit, dan sempat menyentuh level tertinggi pada 3 Juli 2025 di level Rp324 per lembar saham atau melesat 548%.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research