Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham dunia ambruk berjamaah pada perdagangan kemarin, Jumat (13/6/2025) setelah serangan Israel ke Iran. Serangan tersebut meningkatkan kekhawatiran investor akan ketidakpastian ekonomi dan politik serta memicu lonjakan harga energi.
Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), indeks Dow Jones Industrial Average turun 769,83 poin atau 1,79%, berakhir di 42.197,79. Indeks S&P 500 jatuh 1,13% dan ditutup di 5.976,97, sementara Nasdaq Composite melemah 1,30% dan berakhir di 19.406,83.
Aksi jual pada Jumat menyeret indeks utama ke wilayah negatif untuk minggu ini. S&P 500 turun 0,4%, Nasdaq melemah 0,6%, dan Dow turun 1,3% sepanjang pekan.
Saham Nvidia dan saham teknologi lain yang sebelumnya memimpin pemulihan pasar dari titik terendah pada April ikut merosot seiring investor mengurangi eksposur terhadap risiko.
Sementara itu, saham minyak dan pertahanan menguat. Exxon naik 2%, sedangkan Lockheed Martin dan RTX masing-masing melonjak lebih dari 3%.
Penurunan pasar sudah dimulai pada Kamis malam setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan keadaan darurat khusus menyusul serangan Israel ke Iran. Dua pejabat AS mengatakan tidak ada keterlibatan atau bantuan dari AS.
Pada Jumat, penurunan saham semakin dalam setelah Pasukan Pertahanan Israel mengatakan bahwa Iran meluncurkan misil ke arah Israel sebagai balasan atas serangkaian serangan udara Israel.
Foto: CNBC
Penutupan bursa Amerika Serikat
Televisi pemerintah Iran pada Jumat sore menyatakan bahwa Iran tidak akan berpartisipasi dalam putaran keenam negosiasi nuklir dengan AS yang direncanakan akhir pekan ini.
Futures minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) keduanya melonjak lebih dari 7%. Pada satu titik, harga minyak mentah WTI mendekati US$74 per barel. Harga emas naik mendekati level tertinggi dalam dua bulan karena meningkatnya permintaan aset aman.
"Konflik ini menambah tantangan pada tumpukan kekhawatiran yang sudah cukup besar di pasar - dan semua itu belum akan hilang. Kenaikan harga minyak mentah, jika bertahan, hampir pasti akan berdampak langsung pada angka inflasi," kata Mark Malek, Chief Investment Officer di Siebert Financial, kepada CNBC International..
Presiden AS Donald Trump, dalam unggahan Jumat pagi di situs media sosialnya Truth Social, memperingatkan Iran untuk segera berunding.
"Sudah terjadi banyak kematian dan kehancuran, tetapi masih ada waktu untuk menghentikan pembantaian ini, dengan serangan berikutnya yang sudah direncanakan akan lebih brutal lagi. Iran harus membuat kesepakatan sebelum semuanya hancur, dan menyelamatkan apa yang dulu dikenal sebagai Kekaisaran Iran," tulis Trump. "Jangan ada lagi kematian, jangan ada lagi kehancuran, SEGERA BERUNDING SEBELUM TERLAMBAT."
Dalam unggahan lain pada Jumat pagi, Trump mengatakan bahwa ia memberikan Iran kemungkinan kesempatan kedua untuk membuat kesepakatan nuklir.
"Dua bulan lalu saya memberikan ultimatum 60 hari kepada Iran untuk 'membuat kesepakatan.' Mereka seharusnya sudah melakukannya! Hari ini adalah hari ke-61," tulisnya.
Di sisi lain, survei University of Michigan yang dirilis Jumat menunjukkan peningkatan sentimen konsumen. Survei Konsumen universitas itu naik menjadi 60,5 pada Juni, jauh di atas perkiraan Dow Jones di angka 54 dan meningkat 15,9% dibanding bulan sebelumnya.
"Pasar sebagian besar telah mengabaikan risiko geopolitik sepanjang tahun lalu, dan perkembangan ini menjadi alarm bahwa risiko tersebut lebih nyata dan mendesak daripada yang diperkirakan banyak pihak," kata Saul Kavonic, kepala riset energi di MST Marquee, kepada CNBC melalui email.
"Bisa saja serangan ini dikalkulasi untuk menambah tekanan pada negosiasi AS-Iran, dan situasinya kemudian mereda," tambahnya.
Bursa Eropa dan Asia Runtuh
Pasar Asia-Pasifik melemah pada Jumat setelah Israel melakukan serangan militer terhadap Iran dengan menargetkan program nuklirnya, sementara Iran berjanji akan melakukan balasan.
Indeks acuan Jepang Nikkei 225 memangkas pelemahan sebelumnya dan menutup hari turun 0,89% di posisi 37.834,25, sementara Topix melemah 0,95% menjadi 2.756,47.
Kospi Korea Selatan turun 0,87% dan ditutup di 2.894,62, sedangkan Kosdaq yang berkapitalisasi kecil merosot 2,61% ke 768,86.
Foto: CNBC
Penutupan bursa Asia
S&P/ASX 200 Australia mengakhiri perdagangan dengan penurunan 0,21% di level 8.547,40.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,59% menjadi 23.892,56, sementara CSI 300 Tiongkok daratan menutup hari melemah 0,72% di posisi 3.864,18.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 38,305 poin (0,53 persen) ke posisi 7.166,065.
Nifty 50 India turun 0,64%, sedangkan BSE Sensex melemah 0,79% pada pukul 13.45 waktu setempat (Indian Standard Time).
Pasar Eropa juga kebakaran. Indeks CAC 40 Prancis juga ambruk 1,07%. FTSE 100 Inggris, yang sempat menguat di awal, juga berakhir melemah 0,39%.
Indeks Stoxx Europe 600 anjlok 0,89%, dan DAX Jerman melemah 1,07%.
Foto: CNBC
Penutupan bursa Eropa
Saham sektor otomotif Eropa memimpin pelemahan pada Jumat sore, turun sekitar 2,2% sepanjang sesi. Hal ini terjadi seiring asosiasi industri otomotif memperingatkan ancaman yang semakin besar terhadap produksi akibat kekurangan logam tanah jarang (rare earth).
Saham Stellantis yang terdaftar di Milan, pemilik merek-merek ternama seperti Jeep, Dodge, Fiat, Chrysler, dan Peugeot, turun 3,3%.
Produsen mobil mewah Italia Ferrari, Porsche dari Jerman, dan pemasok suku cadang mobil asal Prancis Valeo semuanya turun lebih dari 2%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)