Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak dipungkiri dalam tren yang semakin turun. Banyak dari kita mungkin mengalami floating loss, tetapi tidak semua saham menarik untuk di average down, lantas gimana stategi untuk mengatasi ini?
Floating loss sebenarnya belum menjadi kerugian yang sebenarnya ketika suatu saham belum kita jual. Jadi, kalau kita tunggu dulu harga saham kembali naik, floating loss bisa berkurang.
Namun, kenaikan saham itu apakah bisa sampai titik impas. Jawabannya, belum tentu.
Oleh karena itu, ketika menghadapi floating loss ini ada beberapa strategi yang perlu kita lakukan jika sudah mencapai batas toleransi risiko kita. Hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko ketika floating loss adalah average down. Namun, tidak menutup kemungkinan skenario terburuk yang bisa terjadi adalah cut loss untuk amankan modal dulu, baru nanti kembali masuk ketika sudah ada momentum yang lebih oke.
Strategi Average Down
Untuk strategi average down ada beberapa checklist dulu yang harus dipenuhi untuk bisa dikatakan suatu saham layak dibeli lagi.
Pertama, porsi saham yang kita punya masih dalam batas money management yang kita atur.
Misal, punya modal Rp100 juta untuk beli 5 saham, maka per saham akan punya modal Rp20 juta. Dari nominal itu, untuk membeli tiap saham bisa kita lakukan bertahap. Jangan all in.
Pembelian bertahap bisa dilakukan sebagai langkah mengurangi floating loss, terutama ketika penurunan harga saham sudah lebih dari batas risiko yang ditoleransi.
Kedua, fundamental check. Dalam average down saham, terutama untuk tujuan investasi. Kita wajib perhatikan kondisi keuangan perusahaan.
Akan lebih baik, jika kita average down perusahaan yang kondisi-nya masih kuat menghadapi kondisi ekonomi saat ini.
Sebagai gambaran kondisi ekonomi saat ini masih banyak ketidakpastian, mulai dari eksternal ekonomi AS mulai goyang akibat tarif Trump, ekonomi China juga lesu akibat deflasi berkepanjangan.
Efek suku bunga tinggi masih terasa, asing masih banyak keluar, dari dalam negeri risiko daya beli lemah juga masih menantang menjelang Ramadhan.
Dari kondisi ekonomi ini, kita bisa mengamati bagaimana ketahanan perusahaan dalam menghadapi badai itu. Beberapa hal yang bisa kita cermati antara lain :
1. Kas dan setara kas / free cash flow
Seberapa banyak kas yang dipunya, terutama free cash flow. Jika perusahaan masih punya banyak kas, maka potensi untuk bertahan di kondisi yang sulit ini relatif lebih tahan banting.
2. Tingkat utang
Lalu, seberapa banyak utang yang dipunya perusahaan. Akan lebih baik, jika perusahaan tidak punya utang terlalu banyak, terlebih utang berbunga bank.
Jika perusahaan punya utang banyak, terutama yang berbunga, ini akan membuat risiko terhadap sensifitas suku bunga semakin tinggi.
3. Margin Laba dan Beban yang dikeluarkan
Berikutnya yang patut diperhatikan adalah margin laba. Terutama ini untuk perusahaan komoditas, ketika harga acuannya turun, maka potensi margin keuntungan akan semakin tergerus.
Jadi, patut diperhatikan jika cash cost atau beban yang dikeluarkan sudah semakin minim dengan harga jual acuan, maka bisnis perusahaan akan tidak terlalu menguntungkan.
Ketiga, teknikal check. Ini adalah part terakhir yang wajib diperhatikan dari strategi average down, karena kita tidak bisa asal beli saham meskipun secara persentase sudah lewat dari batas risiko kita dan secara fundamental masih layak untuk hold.
Lebih baik, kita melakukan pembelian bertahan (cicil beli) atau average down ketika harga saham sudah mendekati posisi support-support terdekat, atau sudah ada konfirmasi harga mantul dari support.
Hal ini dilakukan supaya risiko terbawa turun bisa lebih diminimalisir, karena support pada dasarnya merupakan posisi yang diyakini bisa menahan harga turun untuk tidak jatuh lebih dalam.
Namun, skenario terburuk harga jatuh lebih dalam dari support juga bisa saja terjadi, jadi di sini kami juga membuat strategi untuk kamu yang nyangkut.
Strategi Buat Kamu yang Nyangkut
Strategi berikutnya adalah strategi keluar dari floating loss ketika saham yang kita punya sudah tidak layak hold secara fundamental adalah cut loss.
Cut loss bukan berarti satu hal yang buruk, jika suatu saham sudah ada tanda-tanda red flag di fundamental, ini menjadi satu hal yang sulit untuk dipulihkan dan harga saham-nya rawan longsor dalam jangka panjang.
Jadi, cut loss bisa jadi satu strategi untuk amankan modal dulu. Setidaknya, dalam cut loss kita perhatikan level risiko masih dalam batas risiko yang bisa ditoleransi.
Rata-rata batas risiko tiap orang bisa di bawah 10%. Namun, kita bisa tentukan sesuai dengan risiko yang bisa diterima masing-masing. Atau bisa cut loss secara teknikal, jika harga breakdown support.
Namun, apa yang harus dilakukan misal kita sudah nyangkut di atas 10%. Cara paling mudah adalah kita tunggu sampai harga naik sampai persentase floating loss masuk ke level risiko kita lagi.
Part menunggu ini memang harus disertai dengan sabar. Dan, kita juga harus update dengan aksi korporasi yang akan dilakukan perusahaan dan sentimen-sentimen yang berpengaruh ke bisnis perusahaan.
Jika ada sentimen seperti dividen, buyback, atau kebijakan baru dari pemerintah yang memiliki dampak langsung jangka pendek, ini bisa kita manfaatkan untuk keluar bertahap.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(tsn/tsn)