Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi dalam Sejarah, Diramal Tembus US$4000

16 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas mencetak rekor baru ditopang oleh kekacauan dan ketegangan di Timur Tengah. Investor berbondong-bondong mencari aset aman setelah serangan udara Israel terhadap Iran, yang kembali memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

Merujuk pada Refinitiv, pada perdagangan Jumat (3/6/2025), harga emas ditutup di US$ 3.432,19 per troy ons. Harganya melesat 1,42% sehari.

Kenaikan ini memperpanjang rally emas menjadi tiga hari beruntun dengan penguatan mencapai 3,3%.

Harga penutupan kemarin juga menjadi yang tertinggi sepanjang masa dan mengalahkan rekor harga penutupan sebelumnya di US$ 3.424,30 per troy ons pada 21 April 2025.

Kendati demikian, jika dihitung perdagangan intraday, harga emas pada perdagangan kemarin lebih rendah. Rekor harga intraday pada perdagangan Jumat adalah US$ 3.446,2 per troy ons. Catatan ini hanya kalah dari rekor intraday tertinggi dalam sejarah di US$ 3.500,05 yang tercipta pada 22 April 2025.

Penutupan kemarin juga membawa emas kembali ke level US$ 3.400 untuk pertama kalinya sejak 6 Mei 2025.

Dalam sepekan, harga emas melambung 3,7%.

Harga emas melesat lagi setelah serangan Israel ke Iran pada Jumat pagi (13/6/2025). Kondisi memanas karena Iran menyerang balik Israel.

Rudal-rudal Iran menggempur Tel Aviv sebagai balasan atas serangan udara mendadak Israel pada Jumat pagi, sementara Teheran bersumpah akan membuka "gerbang neraka" pada Jumat malam.

Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa akan ada serangan lanjutan dan mengatakan upaya Israel untuk menghancurkan program nuklir Iran baru saja dimulai.

Pada Jumat malam, Iran dan Israel melaporkan gelombang baru serangan rudal dari Iran, dengan ledakan terdengar di atas Yerusalem. Di bagian utara Teheran, warga melaporkan adanya ledakan baru, sementara kantor berita resmi Iran, IRNA, menyatakan bahwa Israel telah melancarkan serangan lanjutan.

Seorang juru bicara militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa Iran telah menembakkan hingga 100 rudal dalam beberapa gelombang pada malam itu, dan sebagian besar telah berhasil dicegat atau meleset dari sasaran, namun beberapa di antaranya tampaknya berhasil menembus sistem pertahanan berlapis Israel.

"Serangan Israel yang menghantam target-target Iran memicu sedikit kepanikan geopolitik di pasar. Harga akan tetap tinggi karena pasar mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya, termasuk kemungkinan balasan dari Iran," kata Daniel Pavilonis, analis senior di RJO Futures, kepada Reuters.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Iran telah memancing serangan tersebut dengan menolak ultimatum AS dalam perundingan untuk membatasi program nuklirnya.

Emas batangan secara luas dianggap sebagai aset aman, terutama di masa ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik. Emas juga cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah.

Emas Diramal Tembus US$ 4.000

Goldman Sachs kembali menegaskan proyeksinya bahwa pembelian emas oleh bank sentral yang kuat secara struktural akan mendorong harga emas ke $3.700/ons pada akhir 2025 dan $4.000 pada pertengahan 2026. BofA melihat peluang emas naik ke $4.000/ons dalam 12 bulan ke depan.

Di pasar fisik, permintaan emas di pusat-pusat utama Asia melemah pekan ini karena harga melonjak, dengan harga di India melampaui level psikologis INR 100.000.

Namun, sejumlah analis analis tetap berhati-hati untuk memprediksi rekor tertinggi baru pada minggu depan kendatii harga emas telah menembus level resistance jangka pendek.

Konflik yang terus berlangsung antara Israel dan Iran memang mendukung peran emas sebagai aset aman, namun kenaikan harga yang dipicu oleh geopolitik umumnya bersifat sementara.

"Konflik Israel/Iran mungkin mampu mempertahankan harga di atas US$3.400, tetapi tidak akan mendorong harga lebih tinggi tanpa eskalasi lebih lanjut," kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank kepada KITCO.

"Kita telah melihat banyak peristiwa geopolitik dalam tiga tahun terakhir yang sempat mendongkrak harga, tapi semuanya kesulitan untuk menjaga harga tetap tinggi dalam waktu lama." Imbuhnya.

Emas saat ini mengungguli dolar AS, yang kesulitan menarik arus aset aman. Indeks dolar AS terakhir diperdagangkan di 98,13, turun 1% dari pekan lalu.

Michele Schneider, Kepala Strategi Pasar di MarketGauge, mengatakan investor sebaiknya bersiap menghadapi volatilitas pekan depan karena para trader harian akan mengambil untung dari reli baru-baru ini. Namun, ia menambahkan bahwa meskipun mungkin ada gejolak jangka pendek, emas dan perak tetap berada dalam tren naik jangka panjang.

"Kisah [Timur Tengah] ini bisa memicu masalah lain-seperti inflasi yang lebih tinggi dan berbagai dampak buruk lainnya," ujarnya. "Jadi kita mungkin mendekati puncak harga, tapi saya belum yakin ini adalah titik puncak." ujarnya.

Michael Brown, Senior Research Strategist di Pepperstone, mengatakan dia tetap optimis terhadap emas, meskipun premi risiko saat ini mulai memudar. Ia mencatat bahwa faktor struktural jangka panjang tetap mendukung harga yang lebih tinggi.

"Perkembangan semalam kembali menegaskan mengapa emas layak menjadi bagian dari portofolio sebagai lindung nilai di lingkungan yang tidak pasti saat ini," ujarnya.

"Saya masih melihat peluang emas naik dari sini, terutama karena para pengelola cadangan devisa terus mendiversifikasi kepemilikan mereka." Imbuhnya.

CNBCINDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research