Home > Literasi Saturday, 22 Nov 2025, 17:13 WIB
Algoritma mesin pencari, social media, dan platform digital menggeser peran tradisional wartawan dan redaktur. Ancaman clickbait, deepfake, dan bias algoritma menjadi momok baru yang memengaruhi kualitas dan kredibilitas informasi.
Buku “Disrupsi AI: Ketika Jurnalisme Dibajak Algoritma” (FOTO: Maspril Aries)KINGDOMSRIWIJAYA-REPUBLIKA NETWORK – Di laman instagram Dewan Pers @officialdewanpers sempat melintas unggahan “Pedoman Penggunaan AI dalam Karya Jurnalistik”. Ini berarti pertanda bahwa Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan atau Aplikasi Imitasi (AI) telah merambah ke nadi dunia pers di Indonesia.
Gambarannya seperti ini: “Bayangkan sebuah ruang redaksi pada tahun 2030. Deru mesin tik atau suara telah lama menghilang, tergantikan oleh decak klik-an keyboard dan bisik-bisik data yang mengalir deras di server. Di sebuah meja, seorang jurnalis muda Generasi Z (Gen-Z) menatap layarnya tabletnya. Dia tidak mengetik, tetapi sedang “berkolaborasi”. Di sebelah namanya, di sudut layar, sebuah indikator menyala: "AI Co-pilot: Active."
Setelah membaca lima lembar halaman dari unggahan Dewan Pers tersebut, saya teringat pada sebuah buku yang ditulis wartawan senior, Apni Jaya Putra judulnya “Disrupsi AI: Ketika Jurnalisme Dibajak Algoritma”. Tebalnya 285 halaman + viii halaman.
Sebelum membahas isinya, mari simak judulnya. Judulnya provokatif. Pilihan kata "dibajak" (hijacked) sangatlah kuat. Ia mengesankan suatu pengambilalihan paksa, suatu perampasan kendali. Ini bukan lagi sekadar "transformasi" atau "evolusi" yang netral, melainkan sebuah peristiwa yang mengandung konflik, ketegangan, dan mungkin juga korban. Dari judul saja, Apni sudah menancapkan tesisnya: AI bukan sekadar alat bantu; ia adalah kekuatan yang berpotensi merebut kendali dan kedaulatan jurnalisme dari tangan manusia.
Seperti kabar yang dilansir Dewan Pers di akun Instagramnya, maka kehadiran buku ini muncul pada momen yang tepat. Industri media Indonesia, seperti di belahan dunia lain, sedang terombang-ambing antara dua tekanan: krisis bisnis model di era digital dan gelombang disruptif teknologi AI generatif seperti ChatGPT, Midjourney, dan DALL-E.
Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

2 hours ago
1









































