Beda Nasib Sama Emas! Harga Logam Paling Bernilai Sedunia Anjlok Terus

3 months ago 35

Jakarta, CNBC Indonesia - Ternyata ada logam mulia lain selain emas, yang harganya lebih mahal dan lebih langka. Ini namanya Rodhium. Sayangnya, harga logam ini malah makin ambruk dalam tiga tahun ini, beda nasib sama emas.

Apa itu Rodhium?

Rhodium merupakan logam mulia yang termasuk dalam kelompok platinum group metals (PGMs), yang terdiri dari enam logam berharga, yaitu platinum, palladium, rhodium, iridium, osmium, dan ruthenium.

Rhodium memiliki simbol kimia Rh dan memiliki ciri khas sebagai logam perak keputihan yang sangat tahan terhadap korosi dan oksidasi. Logam ini juga memiliki titik lebur yang tinggi dan sifat konduktivitas yang baik, menjadikannya sangat berguna dalam berbagai aplikasi industri.

Salah satu penggunaan utama rhodium adalah sebagai katalisator dalam industri otomotif. Rhodium digunakan dalam katalisator kendaraan untuk mengurangi emisi gas berbahaya, seperti nitrogen oksida (NOx), yang dihasilkan oleh mesin pembakaran internal.

Rhodium membantu mengubah gas berbahaya menjadi nitrogen dan oksigen yang tidak berbahaya. Karena regulasi emisi kendaraan semakin ketat di banyak negara, permintaan untuk rhodium dalam sektor otomotif terus meningkat, yang menyebabkan harganya melonjak.

Selain dalam industri otomotif, rhodium juga digunakan dalam industri kimia, terutama dalam pembuatan bahan kimia penting seperti asam nitrik dan dalam proses hidrogenasi. Rhodium memiliki kemampuan luar biasa untuk mempercepat reaksi kimia tanpa mengalami perubahan dirinya sendiri. Sifat ini menjadikannya pilihan utama untuk aplikasi industri yang memerlukan katalisator yang efektif dan tahan lama. Rhodium juga digunakan dalam elektronik untuk pembuatan kontak listrik yang tahan lama dan di dalam komponen-komponen elektronik lainnya.

Beda Nasib Sama Emas! Harga Rodhium Makin Anjlok

Sayangnya, harga Rodhium ini malah beda nasib sama harga emas. Dalam tiga tahun terakhir, harga emas sudah naik sekitar dua kali lipat.

Merujuk data Refinitiv, CNBC Indonesia memantau harga emas pada penutupan perdagangan kemarin Jumat (24/1/2025) sempat mendekati level All Time High yang pernah dicapai pada 30 Oktober 2024 lalu.

Akhir pekan lalu, harga emas dunia menguat 0,64% ke posisi US$ 2.771,52 per troy ons, membalikan posisi pelemahan tipis sehari sebelumnya sebesar 0,05%. Sementara pada pekan ini, harga emas sudah dua hari terkoreksi, tetapi masih bertahan di atas level US$ 2.700 per troy ons.

Sementara, harga Rodhium ini malah anjlok lebih dari 80% dari puncak tertinggi-nya yang pernah dicapai pada Maret 2021 di posisi US$ 29.800 per troy ons.

CNBC Indonesia memantau harga Rhodium kini di US$ 4.675 per troy ons, masih dalam tren turun dan dekat dengan posisi terendah dalam tiga tahun terakhir di US$ 4.500 per troy ons.

Harga RodhiumFoto: Tradingeconomics
Harga Rodhium

Rhodium ini digunakan terutama dalam pengendalian emisi pada konverter katalitik atau autokatalis untuk mobil, truk ringan, dan truk berat. Tiongkok yang merupakan pasar mobil terbesar di dunia mencatat penurunan permintaan sejak diberlakukan lockdown wilayah akibat Covid-19 pada 2020 lalu.

Imbasnya, di China terjadi penumpukan stok mobil yang mematuhi emisi 6A Tiongkok yang tidak terjual, yang dijual sebelum mobil yang mematuhi emisi 6B mulai dijual.

Lebih jauh lagi, produsen fiberglass Tiongkok dan Barat diketahui telah memiliki teknologi yang bisa membuang kandungan rhodium dalam pewarna yang digunakan dalam pembuatan fiberglass dan logam yang dibuang ini sekarang tersedia untuk digunakan oleh pembuat autokatalis.

Hal ini membuat pasar Rodhium mengalami kelebihan pasokan, sementara dari sisi permintaan sekarang ini belum bisa mengimbangin, mengingat Tiongkok yang merupakan konsumen komoditas terbesar dunia saat ini tengah mengalami ekonomi yang lesu akibat efek lanjutan dari lockdown Covid-19 yang kemudian berlanjut pada kejatuhan pasar properti dan kini risiko disinflasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research