Ahli Ungkap 5 Tanda Anda Sudah Membesarkan Anak yang Manja

1 week ago 6

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak manja identik dengan perilaku tantrum saat keinginannya tidak terpenuhi, kira-kira banyak orang beranggapan seperti itu. Namun, menurut penelitian terbaru, perilaku ini lebih dari sekadar sikap egois atau terlalu dimanja.

Peneliti dan pelatih parenting sadar (conscious parenting), yang telah mempelajari lebih dari 200 anak, menemukan bahwa, sikap manja sering kali berakar pada kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, batasan yang tidak konsisten, serta kurangnya koneksi dengan orang tua. Ada lima tanda anak terlalu dimanjakan dan cara mengatasinya:

1. Sulit Menerima Kata "Tidak"

Anak yang sering menentang aturan bukan hanya karena aturan itu sulit, tetapi kadang karena mereka merasa bingung dengan batasan yang tidak jelas. Jika aturan berubah-ubah atau mereka merasa tidak memiliki kendali atas keputusan yang mempengaruhi mereka, anak bisa berontak untuk mendapatkan kontrol.

Tips untuk prang tua: Daripada hanya mengatakan "tidak" secara tegas, cobalah untuk mengakui perasaan mereka: "Mama/Papa tahu kamu masih ingin bermain, tapi sekarang sudah waktunya tidur." Pendekatan ini membantu anak memahami bahwa aturan dibuat bukan untuk mengontrol mereka, tetapi demi kepercayaan dan keselamatan.

2. Terlalu Mencari Perhatian

Anak yang selalu mencari perhatian bukan berarti sekadar ingin menjadi pusat perhatian, tetapi bisa jadi mereka merasa tidak cukup diperhatikan atau tidak yakin dengan posisinya dalam keluarga.

Semisal, anak yang terus menyela saat orang tua berbicara atau terlalu menempel dalam situasi sosial mungkin sebenarnya hanya butuh kepastian bahwa mereka penting dan dicintai.

Tips untuk orang tua: Luangkan 10-20 menit setiap hari untuk berinteraksi tanpa gangguan, seperti bermain bersama, mengobrol, atau sekadar mendengarkan mereka. Pastikan anak merasa cukup diperhatikan tanpa harus mencari validasi berlebihan.

3. Tantrum untuk Mendapatkan Keinginan

Tantrum bukan sekadar trik manipulasi, melainkan sinyal bahwa anak sedang kewalahan dan tidak tahu bagaimana mengelola emosinya. Biasanya, ini terjadi karena mereka merasa tidak didengar, tidak memiliki kendali, atau terlalu banyak stimulasi dari lingkungan.

Tips untuk orang tua: Tetap tenang, validasi perasaan mereka ("Mama/Papa tahu kamu sangat kesal sekarang"), dan tawarkan kenyamanan ("Mama/Papa di sini sampai kamu merasa lebih baik"). Anak belajar mengatur emosinya bukan dari kontrol, tetapi dari koneksi dengan orang tua.

4. Enggan Bertanggung Jawab

Anak yang malas membereskan mainan, menghindari pekerjaan rumah, atau mudah menyerah bukan berarti malas. Bisa jadi mereka terlalu sering dilindungi dari tantangan atau, sebaliknya, dipaksa mandiri sebelum siap.

Tipsnya untuk orang tua: Berikan tanggung jawab yang sesuai dengan usia dan libatkan mereka dalam tugas rumah tangga secara kolaboratif, seperti memasak bersama. Fokus pada usaha mereka, bukan hanya hasil akhirnya, agar mereka merasa lebih percaya diri dan mampu.

5. Kurang Bersyukur

Anak yang tampak tidak bersyukur atau mudah frustrasi ketika tidak mendapatkan sesuatu bukan berarti selalu egois. Bisa jadi mereka merasa kurang didengar, kurang terhubung, atau tidak memiliki kendali atas hidupnya.

Anak yang terus-menerus mendapatkan hadiah atau pujian materi tanpa adanya koneksi emosional cenderung kehilangan apresiasi terhadap hal-hal yang benar-benar penting.

Tips untuk orang tua: Tumbuhkan rasa syukur melalui momen kebersamaan, seperti memasak bersama, membuat kartu ucapan, atau sekadar berbagi cerita kecil yang menyenangkan. Hindari kebiasaan memberikan hadiah setiap kali mereka melakukan sesuatu yang baik.

Semisal, jika anak membantu membersihkan rumah, daripada memberikan uang atau permen, katakan, "Terima kasih sudah membantu. Itu sangat berarti bagi Mama/Papa, dan tadi kita bersenang-senang bersama."

Pada akhirnya, perilaku manja bukan tentang jumlah mainan atau hadiah yang diberikan kepada anak, melainkan tentang apakah kebutuhan emosional mereka terpenuhi. Ketika orang tua beralih dari sekadar mengontrol anak menjadi membangun koneksi yang lebih dalam, setiap momen sulit bisa menjadi kesempatan untuk menumbuhkan rasa percaya, keamanan, dan ketahanan emosional yang akan bertahan seumur hidup.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Warga Pilih Nabung Daripada Jajan Skincare, Ini Kata Pengusaha

Next Article 10 Cara Menjadi Ayah yang Baik dan Suami yang Hebat

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research