Waspada! 4 Sinyal Bahaya Perlambatan Ekonomi Menyala Jelang Lebaran

1 week ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian masyarakat Indonesia semakin tertekan. Kondisi ini tercermin dari aksi tarik dana dari deposito hingga perlambatan dalam hal kredit konsumsi. Tertekannya ekonomi ini justru terjadi menjelang Ramadan dan Lebaran di mana konsumsi dan ekonomi biasanya mencapai puncaknya.

Bank Indonesia (BI) pada Jumat (21/3/2025) merilis data uang beredar untuk periode Februari 2025 yang mengalami pertumbuhan.

Posisi M2 (uang beredar secara luas) pada Februari 2025 tercatat sebesar Rp 9.239,9 triliun atau tumbuh sebesar 5,7% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Januari 2025 sebesar 5,5% (yoy).

"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,4% (yoy) dan uang kuasi sebesar 1,8% (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso, Jumat (21/3/2025).

Bank IndonesiaFoto: Pertumbuhan PDB, M2, DPK, dan Kredit (% yoy)
Sumber: Bank Indonesia

Kendati tampak mengalami pertumbuhan jelang Ramadhan 2025, namun jika dilihat lebih rinci, terdapat kemunduran di beberapa hal, seperti Dana Pihak Ketiga (DPK) perorangan, kredit konsumsi, hingga DPK perorangan (simpanan berjangka atau deposito).

1. DPK Perorangan Kontraksi Empat Bulan

Sejak November 2024 hingga Februari 2025, secara tahunan DPK Perorangan jatuh atau terkontraksi.

Per Februari 2025, DPK Perorangan secara total turun dari Rp4.012,3 triliun (Januari 2025) menjadi Rp3.998,7 triliun (Februari 2025) atau terkontraksi 1,8% yoy.

Dilihat dari jenisnya, kontraksi terjadi pada giro dan simpanan berjangka atau deposito.

2. DPK Deposito Turun Sejak Agustus 2024

Sebagai catatan, simpanan berjangka adalah jenis simpanan di bank yang memiliki jangka waktu tertentu sebelum dapat dicairkan, biasanya dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa. Simpanan ini sering disebut juga sebagai deposito berjangka.

Per Februari 2025, DPK Simpanan Berjangka atau Deposito untuk nasabah perorangan mengalami kontraksi 5,8% yoy dan telah turun sejak Agustus 2024 atau selama tujuh bulan beruntun.

Dengan aksi tidak melakukan re-invest pasca jatuh tempo, hal ini menandakan bahwa masyarakat cenderung menggunakan uangnya untuk konsumsi apalagi mendekati momen Ramadhan daripada ditabung di bank.

Penarikan deposito juga mencerminkan masyarakat lebih mengambil simpanan mereka yang diperuntukkan untuk jangka panjang. 

3. Kredit Konsumsi Terendah dalam 1 Tahun Terakhir

Kabar negatif lainnya adalah pertumbuhan kredit konsumsi yang hanya 9,4% yoy atau terendah sejak Februari 2024 (satu tahun terakhir).

Kredit konsumsi adalah jenis kredit yang diberikan kepada individu untuk membiayai kebutuhan pribadi atau rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis atau investasi. Kredit ini biasanya digunakan untuk pembelian barang dan jasa, seperti rumah, kendaraan, pendidikan, atau kebutuhan sehari-hari.

4. Kredit Modal Kerja (Perdagangan, Hotel, dan Restoran) Tumbuh Tipis

Kredit modal kerja untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya tumbuh 0,8% yoy. Pelandaian pertumbuhan ini telah terjadi secara konsisten sejak September 2024 yang pada saat itu masih tumbuh cukup tinggi yakni 6,8% yoy.

Kredit modal kerja untuk sektor perdagangan mencerminkan adanya permintaan di tingkat ritel masyarakat.

Dengan semakin mengecilnya kredit modal kerja maka ada kemungkinan permintaan dari sisi ritel sedang turun sehingga pelaku usaha di sektor tersebut menahan kredit.

Kredit Modal Kerja (KMK) untuk Perdagangan, Hotel, dan Restoran adalah jenis pinjaman yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan, perhotelan, dan restoran untuk membiayai kebutuhan operasional sehari-hari.

Tujuan Kredit Modal Kerja di Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran:

  1. Perdagangan untuk membeli stok barang dagangan, membiayai distribusi, atau memenuhi kebutuhan operasional toko atau usaha grosir.
  2. Hotel untuk biaya operasional seperti gaji karyawan, pembelian bahan baku makanan, perawatan fasilitas hotel, dan pemasaran.
  3. Restoran untuk membeli bahan makanan, membayar sewa tempat, menggaji karyawan, serta pembelian peralatan dan perlengkapan dapur.

Satu hal yang perlu diperhatikan yakni apabila KMK sektor perdagangan menurun, maka ada beberapa dampak yang bisa terjadi pada ekonomi, bisnis, maupun masyarakat.

  1. Dampak terhadap Dunia Usaha, seperti penurunan stok barang dagangan, kesulitan modal untuk operasional, dan pertumbuhan bisnis yang melambat.
  2. Dampak terhadap Lapangan Kerja, seperti perekrutan karyawan berkurang serta PHK
  3. Dampak terhadap Konsumen, seperti harga barang bisa mengalami lonjakan hingga pilihan produk yang berkurang
  4. Dampak terhadap Ekonomi, seperti penurunan aktivitas perdagangan serta pendapatan pajak yang berkurang karena omzet usaha turun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research