Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi gurun Arab yang panas dan kering kerontang membuat bayi berusia beberapa bulan bernama Ismail menangis kencang. Dia haus dan lapar sedangkan sang ibu, Siti Hajar, tak lagi bisa mengeluarkan susu sebab merasakan hal sama.
Namun, Hajar tak cepat menyerah. Dia lari melewati bukit dan lembah guna mencari bantuan dan sumber air. Sayang, meski sudah bolak-balik tujuh kali hingga keringat bercucuran deras, tak ada bantuan sama sekali. Air pun tak bisa ditemukan.
Untungnya Hajar tak pasrah dan tetap yakin bantuan Allah SWT akan datang. Pada akhirnya, keyakinan tersebut membuahkan hasil. Di tengah tenggorokan yang makin kering, Hajar mendengar gemercik air di ujung kaki Ismail.
Konon, Hajar melihat ada malaikat yang menggali atau menghentak tanah tandus hingga muncul air mengalir. Alhasil, Hajar langsung mengambil air tersebut seraya berkata "Zam...zam...zam" yang berarti banyak, melimpah-ruah.
Sejak saat itu, orang mengenalnya sebagai sumber mata air zamzam yang tetap bertahan ribuan tahun sampai sekarang. Zamzam kini menjadi air paling diagungkan umat Islam seluruh dunia karena punya nilai historis sangat tinggi.
Dan selama itu pula, tak banyak orang tahu ternyata zamzam tak hanya berisi air, tetapi juga harta karun emas.
Harta Karun di Balik Zamzam
Sumur zamzam tak selamanya beroperasi. Ada kalanya tak aktif akibat dinamika Makkah. Ada kelompok yang sengaja melakukan penguburan, sehingga membuat sumur tertimbun tanah. Untungnya, seorang pemimpin Suku Quraisy bernama Abdul Muthalib (hidup 497-579 Masehi) hendak melakukan penggalian ulang di titik sumur dekat Baitullah.
Sebelumnya, dia mendapat mimpi untuk segera melakukan penggalian. Dalam mimpi ada seseorang yang meminta Muthalib menggali ulang sumur sumber air di lokasi antara Isaf dan Naila. Orang tersebut berkata sumur tersebut bisa membuat masyarakat Makkah terlepas dari kekeringan panjang.
Keesokan harinya, pria bernama asli Syaibah bin Hasyim ini bergegas mengambil cangkul dan menggali tanah di lokasi berdasarkan petunjuk mimpi. Maka, dia pun memulai penggalian selama berhari-hari.
Sejarawan Jawwad Ali dalam Sejarah Arab Sebelum Islam (1968) menceritakan, ketika menggali ulang sumur zamzam, Muthalib tak hanya menemukan air, tetapi hal yang tak disangka-sangka, yakni harta karun emas.
"Ketika menggali sumur zamzam, Abdul Muthalib menemukan harta karun yang terpendam di dalamnya, berupa dua patung unta dari emas," tulis Jawwad Ali.
Ternyata, emas tersebut milik kaum Jurhum, salah satu suku tertua dan terawal di Arab Saudi. Dalam pertempuran yang membuatnya pergi dari Makkah, mereka meninggalkan harta karun terpendam di Makkah. Salah satunya ditemukan oleh Abdul Muthalib.
Selain dua patung emas, ditemukan pula pedang dan baju perang. Namun, penemuan tersebut tak milik Muthalib, melainkan diserahkan untuk pemeliharaan Kakbah. Patung emas tersebut dileburkan guna diubah menjadi pintu Kakbah. Lalu penemuan lain juga dilebur dan diubah menjadi pernak-pernik di Kakbah.
Setelah penemuan tersebut, Kakbah peninggalan Nabi Ibrahim semakin ramai dikunjungi berbagai suku di Jazirah Arab. Saat itu belum ada Islam. Islam sendiri baru muncul tahun 610 Masehi.
Begitu juga sumur zamzam yang berhasil direvitalisasi oleh Muthalib. Sumur tersebut menjadi sumber kehidupan warga Makkah yang tak pernah kering sampai sekarang. Setelah penggalian ulang dan penemuan harta karun, Muthalib makin dihormati penduduk Makkah. Sebab dia menjadi penanggungjawab kebutuhan air dan makanan penduduk Makkah.
Kiprah Muthalib harus berakhir pada tahun 579 di usia 80 tahun. Sepeninggal Muthalib, Makkah tetap hidup dan perjuangan menjaganya dipegang oleh sang cucu bernama Muhammad yang kelak jadi nabi ke-25 dalam Islam.
(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini: