Digaji Besar tapi Tak Bisa Kerja, Pejabat Ini Akhirnya Dihukum Mati

1 week ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Gaji besar yang diterima para pejabat diharapkan sebanding dengan kontribusi nyata mereka bagi publik. Dengan bayaran tinggi, kinerja pun semestinya lebih optimal. Namun, dalam praktiknya tak sedikit pejabat yang justru gagal menunjukkan kinerja, meski sudah digaji besar. Sayangnya, evaluasi terhadap mereka kerap sulit dilakukan atau bahkan diabaikan.

Meski begitu, sejarah pernah mencatat sebuah tindakan tegas terhadap pejabat yang gagal bekerja secara layak. Salah satu kasus paling ekstrem terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811) di Hindia Belanda.

Seorang pejabat bernama J.F.P. Filz dijatuhi hukuman mati karena dianggap tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Digaji Besar, tapi Abai

Ketika ditugaskan mengontrol Hindia Belanda (dulu Indonesia), salah satu ciri kepemimpinan Daendels adalah menaikkan gaji para pejabat dan birokrat. Ini bertujuan agar para pejabat tak lagi mencari uang tambahan di luar penghasilan bulanan yang kecil, sehingga membuka peluang korupsi.

Sebelumnya, korupsi merupakan masalah akut yang melilit VOC sejak 1602-1799. Bahkan, korupsi yang merajalela membuat perusahaan terbesar dunia itu bangkrut di pergantian tahun 1799. 

Sejarawan Djoko Marihandono dalam risetnya Sentralisme Kekuasaan Pemerintahan Herman Willem Daendels di Jawa 1808-1811 (2005) menyebut, Daendels berharap pemberian gaji tinggi akan memperkecil perilaku korupsi dan memperbaiki kinerja mereka.

Kenaikan gaji kemudian selaras dengan ancaman hukuman. Daendels tak segan menghukum mati para aparatur negara yang masih tetap korupsi dan tak becus kerja. Namun, guyuran dana besar dan ancaman hukuman mati tak membuat para bawahannya takut.

Ada juga beberapa orang yang tetap abai, seperti dilakukan oleh J.P. Filz. Dalam De teruggave der Oost-Indische koloniën, 1814-1816 (1910) Filz adalah perwira berpangkat kolonel yang pernah bertugas di Ambon. Dia mendapat tugas khusus oleh Daendels untuk menjaga Maluku yang jadi pusat rempah-rempah dunia.

Jika Maluku jatuh ke tangan musuh, maka sumber penghasilan bakal hilang dan dianggap menyelewengkan uang negara alias korupsi.

Sayang, tugas khusus ini tak dijalankan dengan baik oleh Filz. Serangan tentara Inggris pada awal 1810 sukses memukul mundur bala tentara Prancis pimpinan Filz. Inggris pun sukses mendapatkan Ambon sebagai penghasil rempah-rempah dunia.

Daendels lantas terpukul atas kejadian ini.

"Tanpa diduga, pada bulan Mei, berita sedih diterima bahwa Ambon berserta pulau dan seluruh posnya telah jatuh ke tangan Inggris," ungkap riset Geschiedenis van Nederlandsch Indië (1940).

Akibat tak becus menjaga Ambon sekalipun sudah diberi gaji tinggi, Daendels membawa Filz ke pengadilan. Dia didakwa korupsi atas kerugian negara sebesar 3.000 ringgit akibat tak mampu menyelamatkan rempah-rempah dari negara lain.

Pengadilan pun akhirnya memutuskan Filz untuk dihukum mati. Pada 10 Juni 1810, perwira menengah itu meregang nyawa usai ditembak algojo.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research