Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Petani Bunuh Diri

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan iklim tak hanya mengancam panen, tapi juga nyawa para petani. Di India, makin banyak petani yang memilih mengakhiri hidupnya karena gagal panen yang diperparah cuaca ekstrem.

Di negara bagian Maharashtra, India, Mirabai Khindkar mengenang suaminya yang bunuh diri minum racun usai gagal panen dan terlilit utang besar. Lahan pertanian mereka seluas 1 hektare gagal menghasilkan apapun akibat kekeringan parah.

"Waktu dia di rumah sakit, saya berdoa kepada semua dewa agar dia diselamatkan," kata Mirabai yang kini berusia 30 tahun, seperti dikutip AFP. Namun sang suami, Amol, akhirnya meninggal dunia meninggalkan Mirabai dan tiga anak mereka.

Kisah pilu ini bukanlah kasus tunggal. Di kawasan Marathwada yang dihuni 18 juta orang, hampir setiap hari ada petani yang bunuh diri. Data pemerintah India mencatat, dalam periode 2022-2024 saja, ada 3.090 kasus bunuh diri petani di sana (rata-rata hampir tiga orang per hari).

Menurut laporan Centre for Science and Environment, cuaca ekstrem pada tahun lalu telah merusak 3,2 juta hektare lahan pertanian di India, luas yang lebih besar dari Belgia dan lebih dari 60% kerusakan terjadi di Maharashtra.

"Musim panas makin ekstrem. Meski sudah kami upayakan, hasil panen tetap tidak cukup," ujar Balaji Khindkar, saudara laki-laki Amol, yang juga seorang petani.

Risiko Bertambah Akibat Perubahan Iklim

Profesor R. Ramakumar dari Tata Institute of Social Sciences mengatakan, perubahan iklim memperparah krisis yang sudah lama melanda sektor pertanian India.

"Bunuh diri petani di India merupakan konsekuensi dari krisis pendapatan, investasi, dan produktivitas di sektor pertanian," jelasnya. "Perubahan iklim menambah risiko, menyebabkan gagal panen dan ketidakpastian yang makin melemahkan ekonomi para petani kecil," ujarnya menambahkan.

Pertanian di India sebagian besar masih bergantung pada cuaca yang tepat. Namun dengan perubahan pola hujan, kekeringan, banjir, serta kenaikan suhu, ketergantungan itu kini berubah menjadi sumber stres yang mematikan.

Ramakumar menilai pemerintah seharusnya memperkuat perlindungan bagi petani, antara lain lewat skema asuransi yang lebih baik dan investasi di riset pertanian. "Pertanian seharusnya tidak menjadi perjudian yang bergantung pada musim hujan," tegasnya.

Terjerat Utang, Bertaruh Nyawa

Dalam kondisi cuaca yang makin tak menentu, banyak petani terpaksa berutang untuk membeli pupuk atau sistem irigasi demi mempertahankan hasil panen. Namun akses ke kredit perbankan kerap sulit didapat.

Akhirnya, banyak petani memilih meminjam ke rentenir dengan bunga tinggi, yang makin memperbesar risiko jika panen kembali gagal. "Itu sebabnya hidup dari bertani saja sangat sulit," ujar Mirabai.

Suaminya saat meninggal memiliki utang lebih dari US$8.000, jumlah yang sangat besar, mengingat rata-rata pendapatan petani India hanya sekitar US$120 per bulan. Kini Mirabai bekerja sebagai buruh tani di lahan orang lain, namun tetap kesulitan melunasi utang.

"Cicilan terus menumpuk," katanya. Ia pun berharap kelak anak-anaknya bisa mencari pekerjaan di luar sektor pertanian. "Tidak ada yang bisa diharapkan dari lahan ini," imbuhnya.

Di seluruh India, krisis serupa terjadi. Data Biro Catatan Kriminal Nasional India menunjukkan bahwa rata-rata 30 orang di sektor pertanian bunuh diri setiap harinya sepanjang 2022.

Petani muda seperti Shaikh Imran di Marathwada pun menghadapi tekanan serupa. Setelah mengambil alih lahan keluarga usai kakaknya bunuh diri, ia kini sudah menanggung utang lebih dari US$1.100 usai tanamannya gagal panen.

Sementara itu, para petani setempat bahkan terpaksa meledakkan sumur dengan dinamit, berharap bisa menemukan air di tengah kekeringan parah.

"Air minum saja susah dicari," kata sang nenek keluarga, Khatijabi. "Lalu bagaimana kami bisa mengairi lahan?"


(mij/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Preventive Care Jadi Arah Baru Bisnis Layanan Kesehatan

Next Article Kenali Child Grooming: Bahaya Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research