4 Hal yang Bikin Pasangan Bertengkar, Nomor 1 Bisa Picu Perceraian

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Bertengkar dengan pasangan merupakan hal wajar. Namun pertanyaannya, bagaimana masalah tersebut bisa diselesaikan agar tidak memicu kemungkinan terburuk, termasuk perceraian?

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan pasangan bertengkar, mulai dari masalah kecil hingga masalah besar. Psikolog asal Amerika Serikat Mark Travers mengatakan bahwa ada beberapa topik serupa yang muncul berulang kali dalam setiap pertengkaran yang terjadi.

Berikut alasan paling umum pasangan bertengkar menurut jajak pendapat YouGov melansir CNBC Make It.

1. Nada suara atau sikap
Nada atau sikap masam atau suara yang sedikit meninggi, komentar sarkastik, eye-rolling atau memutar mata di tengah perbincangan disebut alasan paling umum pasangan bertengkar. Bagi orang yang menunjukkannya, hal itu mungkin bukanlah masalah besar. Namun, bagi pasangan yang tidak menerimanya, hal itu menandakan penghinaan dan merasa tidak dihargai.

Dalam penelitian pernikahan, penghinaan merupakan salah satu penyebab perceraian yang paling lazim. Tidak seperti kritik terbuka atau menutup diri (menutup diri secara emosional), penghinaan menyamarkan dirinya dengan gerakan non-verbal dan bahasa tubuh.

Cara mengatasinya: tahan keinginan untuk membalas. Sebab hal tersebut tidak akan pernah berhasil, jadi cobalah sebutkan efeknya sebagai gantinya. Selain itu, berikan kesempatan kepada pasangan untuk mengoreksi arah pembicaraan, dan tidak serta-merta memperburuk keadaan.

2. Hubungan keluarga
Perdebatan tentang hubungan keluarga sering kali mencerminkan ketidakselarasan mendasar dan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Salah satu pasangan mungkin merasa tidak didukung atau dikesampingkan, terutama jika pasangannya tampaknya lebih suka membela pihak keluarga mereka.

Dalam situasi yang melibatkan anak-anak, pertengkaran biasanya berujung pada bentrokan nilai di mana masing-masing pasangan merasa keyakinan inti mereka sebagai orang tua diabaikan.

Tidak ada pasangan yang benar atau salah dalam hal ini. Bahkan, mereka kemungkinan besar mencari hal yang sama persis yakni seseorang yang ada di pihak mereka.

Cara mengatasinya: Tempat yang baik untuk memulai adalah meyakinkan satu sama lain. Misalnya: "Aku cinta keluargaku, tapi kamu tetap pasanganku."

Kemudian bicarakan batasan-batasan Anda sebagai sebuah tim dalam keluarga. Apa yang harus dilakukan ketika melewati batas, atau bagaimana menunjukkan solidaritas di depan orang lain (bahkan ketika Anda tidak setuju secara pribadi).

3. Pekerjaan rumah tangga
Orang-orang sering berasumsi bahwa pertengkaran tentang pekerjaan rumah tangga adalah tentang pekerjaan rumah tangga itu sendiri. Contoh, piring-piring yang menumpuk di tempat cuci piring, cucian baju yang banyak, sampah yang tidak pernah dibuang. Namun jika itu benar, masalah-masalah ini akan segera diperbaiki dengan bagan pekerjaan rumah tangga yang sederhana.

Masalah sebenarnya adalah distribusi pekerjaan yang tidak merata. Menurut penelitian, salah satu pasangan dalam suatu hubungan biasanya memikul sebagian besar pekerjaan rumah tangga.

Namun, mereka tidak hanya melipat pakaian dan memasak makanan, mereka juga mengatur janji temu, mengoordinasikan tagihan, dan mengawasi kesejahteraan semua orang kecuali diri mereka sendiri.Beban tak kasat mata ini sebagian besar tidak diakui, dan kurangnya pengakuan itu biasanya merupakan awal dari pertengkaran.

Cara mengatasinya: Dinamika ini sering kali dapat diubah jika beban disebutkan dengan lantang. Berikanlah pasangan Anda pengakuan yang selama ini mereka butuhkan. Katakan pada pasangan Anda: "Aku tidak menyadari betapa banyak yang kamu kerjakan, terima kasih."

Dari sana, bekerja samalah untuk membagi ulang tugas dengan cara yang terasa berkelanjutan. Keadilan tidak akan terlihat seperti pembagian 50/50 setiap hari, tetapi seharusnya terasa seperti sesuatu yang Anda berdua lakukan.

4. Gaya komunikasi
Ini adalah salah satu argumen yang paling sulit untuk diatasi. Dalam banyak kasus, pada saat pasangan berdebat tentang cara mereka berbicara satu sama lain, masalah awalnya sudah tidak dapat dijelaskan.

Misalnya, salah satu pasangan kesal dengan pembagian tugas yang tidak adil, atau mereka frustrasi dengan cara mertua memperlakukan mereka. Namun, ketika masalah ini diutarakan, penelitian menunjukkan bahwa masalah ini dapat dengan cepat menjadi kacau ketika pasangan lain menanganinya dengan tidak efektif.

Jika percakapan ditanggapi dengan sikap defensif, kritik, atau penolakan, pertengkaran akan mengalihkan fokus dari masalah awal. Sebaliknya, itu akan menjadi masalah seberapa buruk percakapan itu berlangsung.

Cara mengatasinya: Salah satu strategi sederhana yang digunakan pasangan yang sukses adalah aturan lima detik yang dengan sebuah frasa atau sinyal. Misal, "Kita sedang dalam masalah, mari kita istirahat dulu."

Hal tersebut memberikan jeda yang sangat dibutuhkan, tanpa efek negatif dari kemarahan. Saat Anda kembali ke percakapan, cobalah untuk saling memahami sebelum terus mengungkapkan keluhan Anda.

"Aku ingin mengerti mengapa kamu marah, dan aku ingin kamu juga mengerti hal yang sama untukku. Kamu ceritakan sisimu, lalu aku akan ceritakan sisiku."


(miq/miq)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Preventive Care Jadi Arah Baru Bisnis Layanan Kesehatan

Next Article Tipe Pria yang Sebaiknya Dihindari Jika Mau Punya Hubungan yang Happy

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research