Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi taking profit alias ambil untung hingga melesatnya dolar Amerika Serikat (AS) memicu kejatuhan harga emas. Harga emas pun jatuh dan terseret ke level psikologis US$2.900 per troy ons. Harga emas diperkirakan akan sangat ditentukan oleh kondisi geopolitik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina serta dayta ekonomi AS.
Pada perdagangan hari ini Senin (24/3/2025) hingga pukul 06.27 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,05% di posisi US$3.025,29 per troy ons.
Sementara pada perdagangan sebelumnya Jumat (21/3/2025), harga emas dunia di pasar spot anjlok 0,68% di level US$3.023,63 per troy ons. Penurunan tersebut menjadi pelemahan harga emas selama dua hari beruntun.
Pekan lalu menjadi penuh warna buat emas. Selama sepekan harga emas mencatat rekor tiga kali dari Senin hingga Rabu.
Emas juga menembus level baru yang tidak pernah tercatat sebelumnya yakni US$ 3.000. Namun, harga emas justru ambruk menjelang akhir pekan,
Harga emas sempat turun hampir 1% pada hari Jumat, namun pada akhirnya berhasil ditutup lebih rendah. Anjloknya harga emas didorong oleh penguatan indeks dolar AS hingga aksi ambil untung, meskipun ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang masih ada, dan prospek pemotongan suku bunga The Federal Reserve AS membuat harga emas tetap berada di level yang tinggi.
Emas, yang secara tradisional dipandang sebagai investasi safe haven selama masa ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, dan biasanya berkembang pesat dalam lingkungan suku bunga rendah, telah mencapai 16 rekor tertinggi tahun ini, mencapai puncak sepanjang masa di US$3.057,21 per ons pada hari Kamis (20/3/2025).
"Pasar sedang beristirahat sejenak. Ada beberapa aksi ambil untung pada level ini dan dolar juga terus menguat," ujar analis Marex Edward Meir, kepada Reuters.
Indeks dolar AS (DXY) naik 0,23% di level 104,08 pada perdagangan Jumat (21/3/2025), mencapai level tertinggi dalam dua minggu dan membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
"Permintaan aset safe haven yang berkelanjutan, baik berdasarkan kekhawatiran perdagangan maupun risiko geopolitik, terus menjadi kekuatan pendorong utama," ujar Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Presiden AS Donald Trump masih menegaskan komitmen memberlakukan agar tarif timbal balik baru mulai berlaku pada tanggal 2 April.
The Fed mempertahankan suku bunga acuannya tetap pada Rabu pekan lalu dan mengindikasikan dua pemotongan seperempat poin persentase sebelum akhir tahun.
Para pelaku pasar memperkirakan sedikitnya dua penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 bps, dengan penurunan pada bulan Juli sudah diperhitungkan sepenuhnya, berdasarkan data LSEG.
Di sisi lain, Israel mengumumkan peningkatan serangan udara, darat, dan laut terhadap Hamas di Gaza untuk menekan pembebasan sandera yang tersisa, yang secara efektif membatalkan gencatan senjata selama dua bulan dan meluncurkan kampanye udara dan darat habis-habisan terhadap kelompok militan Palestina yang dominan.
Resiko dan panasnya geopolitik pun dapat mendorong harga emas naik dan menggapai rekor-rekor baru.
Pekan ini harga emas relatif sepi sentimen. Ketegangan politik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina akan sangat menentukan pergerakan emas pekan ini.
Sentimen terbesar pekan ini akan datang dari pengumuman inflasi pengeluaran pribadi konsumen AS atau PCE. Inflasi ini adalah pertimbangan utama The Fed dalam menentukan suku bunga acuan.
Inflasi PCE akan diumumkan pad Jumat ini. Sebagai catatan, inflasi PCE (month to month/mtm) mencapai 0,3% dan secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,5% pada Januari 2025.
Jika inflasi kembali menguat maka ini menjadi kabar buruk bagi emas Pasalnya, The Fed kemungkinan akan menahan suku bunga lebih lama sehingga dolar AS dan imbal hasil US Treasury akan menguat. Keduanya menjadi kabar buruk bagi mas.
Pembelian emas dikonversi dalam dolar AS sehingga semakin mahal dolar semakin mahal pula emas.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury berdampak buruk ke emas.
Data penting lainnya adalah pengumuman final pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2024 yang akan dirilis pada Kamis pekan ini. Ekonomi AS pada proyeksi awal tercatat tumbuh sebesar 2,3% secara tahunan pada kuartal keempat (Q4) 2024, pertumbuhan paling lambat dalam tiga kuartal, turun dari 3,1% pada Q3 dan sejalan dengan perkiraan awal.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)