REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih dinilai berpotensi besar memperkuat hilirisasi komoditas pangan dan hortikultura di tingkat desa. Pengamat pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, menyebut pemberdayaan ekonomi desa melalui program tersebut merupakan langkah strategis untuk memperpendek rantai distribusi pangan nasional.
Eliza menjelaskan, selama ini rantai distribusi komoditas pertanian di Indonesia masih terlalu panjang, sehingga harga di tingkat konsumen menjadi tinggi. Sementara itu, banyak petani masih menjual hasil panennya dalam bentuk gabah kering, bukan beras, sehingga nilai tambah lebih banyak dinikmati oleh pelaku distribusi dan penggilingan.
“Sebaiknya petani tergabung dalam gabungan kelompok tani dan membangun rice milling unit sendiri,” ujar peneliti CORE ini. “Dengan begitu, mereka bisa menggiling gabah menjadi beras, menghasilkan nilai tambah, dan harga di tingkat konsumen juga akan lebih terjangkau.”
Menurutnya, pembangunan rice milling unit di tingkat desa dapat menjadi pusat ekonomi baru apabila didukung melalui program Kopdes Merah Putih. Program tersebut, kata Eliza, dapat dimanfaatkan untuk membangun unit-unit pengolahan hasil pertanian yang saat ini masih minim, termasuk pengolahan hortikultura dan limbah pertanian.
Ia menilai, pengelolaan limbah pertanian seperti sekam atau dedak bahkan bisa dikembangkan menjadi produk turunan bernilai ekonomi, seperti pupuk organik atau bahan baku etanol. Upaya ini, lanjutnya, sejalan dengan arah kebijakan energi pemerintah yang tengah mengembangkan bahan bakar campuran etanol.
Eliza juga menekankan pentingnya penguatan data dan administrasi agar program Kopdes Merah Putih berjalan efektif. Menurutnya, data yang tersedia saat ini masih berfokus pada level produksi, sementara data distribusi dan pergudangan belum terkelola dengan baik.
Sebagai perbandingan, Eliza mencontohkan Singapura yang telah memiliki sistem registrasi pangan strategis untuk mencatat jumlah dan kualitas komoditas yang tersimpan di gudang. Model tersebut, ujarnya, dapat diadaptasi Indonesia guna meningkatkan transparansi dan mencegah spekulasi harga di dalam negeri.
Ia menegaskan, optimalisasi Kopdes Merah Putih bisa menjadi momentum memperkuat basis ekonomi desa sekaligus menata ulang tata kelola pangan nasional. Melalui hilirisasi di tingkat desa, nilai tambah dapat dinikmati langsung oleh petani, sementara konsumen memperoleh harga yang lebih stabil dan terjangkau.

3 hours ago
1











































