Kesiapsiagaan Pariwisata Jadi Sorotan DPRD DIY Sambut Lonjakan Wisatawan

4 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menjelang libur akhir tahun 2025, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diproyeksikan menerima lonjakan kunjungan wisatawan yang signifikan. Di tengah peningkatan mobilitas tersebut, kesiapan sistem mitigasi dan koordinasi lintas sektor menjadi perhatian utama agar aktivitas pariwisata tetap berjalan aman di tengah ancaman cuaca ekstrem.

Ketua Komisi B DPRD DIY, Andriana Wulandari, menyampaikan penguatan mitigasi menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan sektor pariwisata.

"Yang terpenting adalah bagaimana wisatawan aman dan nyaman saat berwisata di Yogyakarta," ungkapnya, Sabtu (20/12/2025).

Menurut Andriana, kesiapsiagaan seluruh pemangku kepentingan harus ditingkatkan mengingat potensi risiko cuaca ekstrem yang dapat berdampak langsung pada keselamatan pengunjung dan pelaku usaha wisata. Komisi B DPRD DIY, lanjut dia, berkomitmen memperkuat fungsi pengawasan sekaligus mendorong sinergi antar organisasi perangkat daerah (OPD). Ia juga membuka peluang penyusunan regulasi tambahan jika diperlukan untuk memperkuat perlindungan sektor pariwisata.

"Cuaca ekstrem adalah risiko yang benar-benar harus diantisipasi agar libur akhir tahun tetap berlangsung aman dan nyaman," ujarnya.

Ia menekankan, koordinasi yang baik harus diiringi dengan upaya mengingatkan wisatawan agar mematuhi imbauan keselamatan selama berada di destinasi wisata, sehingga kenyamanan wisatawan dan kewaspadaan kebencanaan dapat berjalan beriringan.

"Komisi B siap memperkuat pengawasan dan sinergi antar OPD. Jika memang dibutuhkan, kami juga mendukung penyusunan regulasi tambahan sebagai payung hukum untuk memastikan sektor pariwisata berjalan aman dan berkelanjutan," kata dia menambahkan.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata DIY, Lis Dwi Rahmawati, mengungkapkan libur akhir tahun diperkirakan akan diwarnai peningkatan signifikan jumlah kunjungan wisata. Pada periode Nataru, jumlah wisatawan tercatat naik sebesar 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara tingkat okupansi hotel mengalami kenaikan 5,63 persen. Candi Prambanan menjadi destinasi yang paling banyak menarik kunjungan wisatawan.

Dalam rangka menghadapi lonjakan tersebut, Dinas Pariwisata telah melakukan pemetaan risiko serta mengidentifikasi sejumlah titik rawan guna mengantisipasi dampak cuaca ekstrem. Berbagai upaya disiapkan, mulai dari pendirian posko layanan di Bandara dan kawasan Malioboro, pemantauan cuaca serta arus lalu lintas bersama Kominfo, penyebaran informasi destinasi wisata dan kondisi cuaca terkini melalui media sosial, hingga penerbitan surat edaran terkait standar keamanan destinasi wisata.

"Kami memastikan destinasi wisata tetap aman, nyaman dan menyenangkan bagi wisatawan," ungkap Lis.

Pihaknya juga telah bekerja sama dengan sejumlah instansi, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, untuk memetakan destinasi wisata yang rawan longsor. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap kondisi hidrometeorologi DIY yang perlu diwaspadai.

Akademisi Universitas Gadjah Mada, Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi, menambahkan bahwa potensi cuaca ekstrem telah meningkat sejak September dan diprediksi mencapai puncaknya pada Januari 2026. Ia menilai Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini berada dalam kondisi multi-hazard, dengan ancaman banjir, tanah longsor, hingga risiko kecelakaan di destinasi wisata.

Ghifari juga merekomendasikan penguatan komunikasi mitigasi yang berbasis data BMKG dan BPBD, pelaksanaan kampanye wisata adaptif terhadap cuaca, serta pengembangan konsep wisata ramah lingkungan sebagai strategi jangka panjang.

"Penerapan manajemen risiko harus benar-benar dipersiapkan, termasuk SOP penutupan destinasi jika kondisi tidak aman," ujarnya.

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research